Konten dari Pengguna

Peran Kurikulum Pendidikan Dalam Kemajuan Generasi Bangsa

Lauren David Rangga Wardhana
Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Airlangga - Tidak bermaksud menggurui, hanya ingin berbagi melalui sedangkal pemikiran, ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Kebenaran yang absolut hanya milik Allah semata.
23 Oktober 2024 18:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lauren David Rangga Wardhana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi catatan kekayaan sumber daya alam Indonesia (freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi catatan kekayaan sumber daya alam Indonesia (freepik.com)
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan salah satu negera besar di dunia. Hal tesebut dibuktikan dengan potensi sumber daya alamnya yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Indonesia masih dikenal sebagai negara penghasil kelapa sawit, tembakau, kakao, dan juga rempah-rempah terbesar di dunia. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USADA) pada tahun 2022 memperkirakan potensi minyak sawit dunia tersebar 77,22 juta ton. Dari jumlah tersebut Indonesia menyumbang 45,5 juta ton atau sekitar 59 persen.
Di sektor kelautan menurut FAO (Food and Agricultural Organization), sumber daya laut berupa perikanan di Indonesia mencapai sekitar 6,5 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan sekitar 5,71 ton/tahun. Sumber daya alam tambang yang tersedia di Indonesia pun juga beragam, seperti: gas bumi, gas alam, batu bara, bauksit, pasir besi, emas, timah, tembaga, nikel, mangan, belerang, aspal hingga yodium.
Uraian diatas hanya sekelimut catatan dan data yang mengambarkan betapa besarnya negara ini yang dikaji dari sektor kekayaan sumber daya alamnya.
ADVERTISEMENT
Ironinya di bidang pertambangan atau emas di negeri ini masih dikelola oleh salah satu perusahaan asing asal Amerika Serikat yaitu Freeport. Masih banyak lagi perusahaan asing yang menjadi pioneer utama dalam mengelola sektor pembangunan negeri ini.
Berbagai pertanyaan pun bermunculan, apakah kita sebagai generasi penerus bangsa tidak sanggup untuk mengelola kekayaan alam yang tersedia di negeri sendiri? kempuan sepertia apa yang seharusnya kita miliki agar sanggup mengelola kekayaan alam ini?
Ilustrasi pemuda Indonesia (freepik.com)
Fenomena tersebut tentu harusnya menjadi penyemangat bagi semua lapisan masyarakat untuk saling bekerjasama menciptakan generasi yang berkompeten.
Generasi yang kompeten hanya dapat diciptakan melalui proses pendidikan yang berkualitas, baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal.
ADVERTISEMENT
Pendidikan yang berkualitas mengacu pada kurikulum yang berlangsung. Kurikulum pendidikan yang baik seyogyanya selaras dengan ideologi dan identitas bangsa. Indonesia dikenal sebagai bangsa yang dengan kebiasaan gotong-royong atau bekerjasama. Dalam setting pendidikan hal tersebut bisa digambarkan bahwa seorang pendidik atau guru maupun orang tua memiliki peran untuk mengarahkan siswa atau anaknya menguasai sesuatu yang sedang meraka pelajari. Lebih dari itu, guru atau orang tua harus mampu mengarhan dan membimbing siswa menemukan bakat dan minatnya, yang selanjutnya terus dilakukan pememantauan terhadap kemajuan dan perkembangannya.
Kurikulum pendidikan Indonesia saat ini menggunakan kurikulum Merdeka Belajar. Dalam praktiknya siswa yang harusnya diharapkan mempunyai kemandirian belajar justru mengalami kesulitan dalam proses belajar itu sendiri. Apakah kurikulum merdeka saat ini sudah sesuai dengan identitas bangsa yang mengutamakan kerjasama?
ADVERTISEMENT
Penggunaan kurikulum tentu tidak bisa lepas dari adanya kelemahan. Kelamahan tersebut bukan untuk di dihindari melainkan dijadikan sebagai bahan kritik yang membangun, dengan tujuan dan niatan untuk membangun generasi bangsa yang bekualitas dan berkompeten. Sehingga terbitlah tulisan yang penuh dengan kekurangan dan jauh dari kata sempurna ini, kesempurnaan hanya milik Allah Swt semata. Semoga kurikulum pendidikan dimasa mendatang mampu menciptakan generasi bangsa yang berkompeten yang mampu memajukan negeri ini dengan usaha dan kualitas diri sendiri, aamin.
Lauren David R. Wardhana - Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Airlangga