Dul Joni di Tengah Pandemi

liasari
Rebahan enthusiast who also a mother, sister, lover, and sesdiluer.
Konten dari Pengguna
22 Mei 2022 9:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari liasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana jalanan di Jakarta pada suatu pagi awal pandemi dimana jalanan lengang dan tidak macet. Foto : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jalanan di Jakarta pada suatu pagi awal pandemi dimana jalanan lengang dan tidak macet. Foto : Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Pada 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa terdapat 2 kasus positif Corona di Indonesia. Kasus tersebut merupakan kasus pertama yang tercatat di Indoesia. Menyusul pengumuman tersebut, pada bulan April 2020, COVID-19 resmi dinyatakan sebagai pandemi di Indonesia melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah konfrensi pers pada 17 Mei lalu, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan kelonggaran kebijakan memakai masker untuk aktivitas di area terbuka dan tes PCR maupun antigen bagi traveler yang telah menerima vaksin COVID-19 dosis lengkap. Pengumuman tersebut tentunya menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Setelah lebih dari 2 tahun berada dalam ketidakpastian pandemi, kita mungkin sudah terbiasa melakukan tindakan pencegahan penularan penyakit demi keamanan bersama. Lagi pula dengan kelonggaran tersebut tidak serta merta mengembalikan kondisi kehidupan masyarakat pada kondisi sebelum pandemi.
Pandemi telah mengakibatkan perubahan gaya hidup, cara bersosialisasi, dan kondisi perekonomian. Perberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai mekanisme kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat untuk mencegahan penyebaran COVID-19 dipandang kontraproduktif dengan pemulihan ekonomi sehingga mengakibatkan banyak usaha yang sulit bertahan dan pada akhirnya tutup.
ADVERTISEMENT
Cerita Dul Joni
Sebut saja Dul Joni, bukan nama sebenarnya. Bapak beranak dua kelahiran Jakarta, 35 tahun lalu ini gagal memenangkan kembali pekerjaan impiannya di bidang properti pada tahun pertama pandemi. Perusahaan tersebut harus melakukan penghematan karena memiliki keterbatasan cash-flow sehingga tidak dapat mempekerjakan kembali Dul Joni dengan posisi dan gaji yang dijanjikan.
Namun demikian, hidup tidak berhenti sampai disitu, ia berusaha untuk terus bertahan dan mencoba peruntungannya dengan membuka usaha kecil-kecilan seperti banyak warga lainnya. Dul Joni beralih menjadi pengusaha segala rupa. Bermodal hobi dan tabungan, ia melakoni sejumlah usaha mulai dari membuka kedai makanan bersama teman-teman, membuka usaha minuman kekinian (Boba) sampai berdagang burung peliharaan demi bertahan hidup di kala pandemi.
ADVERTISEMENT
Tak selamanya bisnis untung dan toko ramai pengunjung, itulah yang dialami Dul Joni. Ia dan rekan bisnisnya sempat mengalami ramainya pembeli, baik yang datang langsung maupun melakukan pemesanan online. Namun demikian, adanya kebijakan pembatasan mobilitas membuat keadaan berubah. Waktu operasional kedai yang singkat berimbas kepada kecilnya pemasukan yang diterima, sementara Dul Joni dan teman-teman harus menanggung biaya operasional seperti membayar gaji karyawan, sewa tempat, dll. Sampai pada akhirnya mereka harus merelakan usaha tersebut tutup setahun kemudian.
Untung bagi Dul Joni yang mempunyai hobi memelihara burung kicau bahwa ternyata hobi tersebut dapat menghasilkan cuan. Ia melihat bahwa meskipun konon katanya pandemi telah mengganggu sendi-sendi perekonomian, namun permintaan akan burung kicau tidak surut. Peluang ini ditangkapnya dengan memberanikan diri membuka usaha dagang burung kicau secara online dan offline sejak April 2020. Ia juga membuka booth minuman boba berdekatan dengan toko burung miliknya dalam rangka diversifikasi usaha.
Meskipun Pandemi, minat pehobi burung tidak surut. Berikut adalah contoh barang-barang dagangan yang dipajang ketika toko Dul Joni dibuka. Foto : Dokumentasi Pribadi
Menekuni hobi memelihara burung kicau baginya juga memberikan kesempatan untuk tetap memiliki kehidupan sosial melalui ajang-ajang perlombaan kicau burung yang cukup rutin diadakan. Kompetisi lokal diadakan seminggu tiga kali dengan hadiah bervariasi mulai uang tunai sampai mobil). Omset yang diperoleh dari berjualan burung kicau pun cukup memuaskan.
Suasana perlombaan kicau burung yang diikuti Dul Joni dan pehobi burung kicau lainnya. Foto : Dokumentasi Pribadi
Ketika ditanya mengenai suka dukanya dalam menjalankan usaha, ia mengaku senang dirinya tidak hanya dapat bertahan di kala pandemi tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi sesama. Meskipun kecil-kecilan, Dul Joni memperkerjakan 2 orang karyawan (sebelumnya 3 orang) yang juga merupakan tulang punggung keluarga di kampungnya masing-masing. Disamping itu, ia juga bahagia sekali melihat raut wajah istrinya setiap kali menerima hadiah hasil dari pendapatannya berdagang. Belum lagi anak-anaknya yang selalu berlarian gembira ketika diajak jajan ke Indomaret atau ke warung Beni di depan jalan.
ADVERTISEMENT
Berbicara pengalaman pahit, Dul Joni mengaku pernah ditipu rekan bisnisnya sehingga dirinya menderita kerugian puluhan juta rupiah. Ia juga pernah merugi akibat harus menutup toko beberapa waktu selama banjir dan perbaikan jalan pasca banjir di sekitar lokasi tokonya. Namun Dul Joni bertekad terus menjalankan usahanya demi menghasilkan cuan-cuan untuk tetap bertahan di tengah kesulitan jaman. Menurutnya, ia tak bisa menunggu keadaan kembali seperti sediakala. Yang bisa ia lakukan adalah beradaptasi dengan keadaan, terus berusaha.
Dul Joni Tidak Sendiri
Berdagang kecil-kecilan merupakan kegiatan yang tumbuh subur sejak pandemi dan pada kenyataanya usaha kecil dan menengah yang dilakukan masyarakat turut membantu pulihnya perekonomian Indonesia. Seperti Dul Joni, banyak masyarakat yang mendadak menjadi pengusaha palugada (apa lu mau gue ada). Selain secara offline masyarakat juga gencar memasarkan produknya secara online baik melalui platform marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Lazada maupun melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook atau bahkan melalui status Whatsapp (WA).
ADVERTISEMENT
Selain konsumtif (mohon maaf, karena gemar membeli), masyarakat Indonesia juga cenderung kreatif dan pandai membaca peluang bisnis. Secara umum masyarakat Indonesia telah mampu memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menunjang perekonomian mereka yaitu pemasaran secara digital. Mungkin inilah keunggulan bangsa Indonesia, tangguh dan tetap berdiri ditengah pandemi. Kita berdamai dengan keadaan, beradaptasi dengan keberadaan Covid, jeli melihat peluang dan mengubahnya menjadi cuan. Dul Joni adalah salah satu dari warga +62 yang melakukan hal tersebut. Kalau Dul Joni bisa, kita juga bisa.