Menikah dan Punya Anak Bukan Prioritas Generasi Z

Lina Selviana
Mahasiswi Binus University
Konten dari Pengguna
13 Februari 2023 5:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lina Selviana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi traveler Gen Z Foto: Dok. Booking.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi traveler Gen Z Foto: Dok. Booking.com
ADVERTISEMENT
Seiring perkembangan zaman, pergeseran pola pikir antar generasi berubah. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan skala prioritas yang dipilih oleh Gen Z (1997-2012).
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan baby boomer (Gen X), menikah dan memiliki anak bukanlah prioritas nomor satu Gen Z. Oleh karena itu, Gen Z pasti sering sekali mendengar celotehan “kapan menikah?” dan “kok belum punya anak?” dari orang tua maupun kerabat terdekat.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh IDN Research Institute: Indonesia Gen Z Report 2022 yang membahas tentang skala prioritas. Berikut merupakan grafik skala prioritas Gen Z:
1. Kebahagiaan Orang tua (83%)
2. Menabung untuk masa depan (81%)
3. Meningkatkan hard dan soft skill (77%)
4. Meningkatkan pendapatan (76%)
5. Fleksibilitas dalam bekerja maupun belajar (75%)
6. Meningkatkan relasi (74%)
7. Menikah dan berkeluarga (71%)
8. Travelling (71%)
9. Menolong sesama (70%)
10. Religius (68%)
ADVERTISEMENT
11. Memiliki anak (64%)
Ilustrasi Pernikahan. Foto: Shutter Stock
Dari hasil riset tersebut menunjukkan bahwa menikah dan memiliki anak bukan prioritas utama bagi Gen Z. Kebanyakan dari Gen Z lebih memprioritaskan orang tua dalam hidup mereka. Menikah dan memiliki anak bukanlah salah satu kunci kebahagian hakiki bagi kebanyakan Gen Z.
Hal tersebut didorong oleh faktor trauma melihat kegagalan pernikahan orang tua, belum siap secara emosional dan finansial, dan lain-lain.
Kenyataannya, menikah bukan hanya menyatukan dua belahan jiwa, melainkan kesiapan menghadapi ujian pasca pernikahan. Permasalahan bisa berupa misscommunication, finansial, maupun perbedaan cara pandang. Dari realita tersebut membuat Gen Z berpikir dua kali apakah menikah adalah prioritas utama mereka atau tidak.
Segelintir masyarakat Indonesia terutama orang tua maupun kerabat kita yang lanjut usia (Gen X) masih menganggap aneh dengan keputusan Gen Z untuk tidak terburu-buru menikah dan memiliki anak. Gen X menganggap apabila menikah dan memiliki momongan lebih cepat akan mengurangi gap usia antara anak dan orang tuanya.
Ilustrasi pasangan muda yang siap punya anak. Foto: Shutter Stock
Gen X berpendapat akan ada yang merawat saat di usia senja apabila memiliki anak. Kesenjangan generasi (Generation Gap) akibat perbedaan opini antar generasi tidak dapat dihindarkan.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan keputusan untuk tidak menikah dan memiliki anak dengan cepat tidak selamanya berdampak negatif. Data Direktorat Jenderal Dukcapil merilis kependudukan semester II tahun 2021, penduduk Indonesia sudah mencapai 275.361.267 jiwa.
Dari banyaknya populasi Indonesia saat ini diharapkan Gen Z dinilai mampu menekan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia yang saat ini mengalami peningkatan.
Sosok Gita Savitri Devi atau lebih dikenal sebagai Gitasav (@gitasav) merupakan influencer yang memilih untuk childfree. Keputusan beliau dan suaminya, Paul Partohap (@Partohaps) untuk childfree tak lain karena bagi pasangan muda untuk memiliki sosok anak adalah tanggung jawab yang besar dan perlu dipikirkan secara matang.
Ilustrasi ayah dan anak. Foto: Ivan_Karpov/Shutterstock
Hal tersebut dipertegas dalam kanal YouTube milik Gita. "In my honest opinion, lebih gampang nggak punya anak daripada punya anak. Karena banyak banget hal preventif yang bisa dilakukan untuk tidak punya anak," ujar Gita.
ADVERTISEMENT
Keputusan Gita dan suaminya banyak menimbulkan kontroversial di keluarga maupun netizen. Banyak yang mendukung dan menentang keputusan Gita dan suami. Terlebih lagi adanya komen milik Gita yang memantik perdebatan netizen.
Hal tersebut bermula saat salah satu netizen berkomentar memuji Gita yang memiliki wajah awet muda walaupun sudah berumur 30 di akun milik @gitasav. Alih-alih membalas dengan ramah, justru Gita membalas dengan sindiran.
"Not having kids is indeed natural anti aging. You can sleep for 8 hours every day, no stress hearing kids screaming. And when you finally got wrinkles, you have the money to pay for botox," begitu balasan Gita. Banyak netizen yang kecewa dan murka terhadap komentar Gita. Seakan-akan memiliki anak merupakan sesuatu yang salah dan menyedihkan.
Ilustrasi ibu dan anak preremaja. Foto: Selfmade studio/Shutterstock
Dari fenomena tersebut, seperti yang kita ketahui bahwa keputusan untuk menikah atau tidak dan memiliki anak atau childfree merupakan hak seseorang.
ADVERTISEMENT
Seseorang berhak menentukan jalan hidupnya tanpa harus ada tekanan dari orang lain. Perlu digarisbawahi bahwa apa pun keputusan seseorang, kita harus hargai tanpa harus "menyalahi" keputusan yang mereka pilih. Apa pun konsekuensi yang diterima dari pilihannya, biarlah itu menjadi urusan orang tersebut. Belajarlah untuk saling menghargai.
Gap yang terjadi antara Gen X dan Gen Z mengenai perbedaan skala prioritas hidup sering diperdebatkan dalam kehidupan sehari-sehari. Perbedaan inilah sering sekali menimbulkan miscommunication.
Perbedaan perspektif dalam melihat kehidupan dapat berubah seiring waktu. Hal tersebut dikarenakan setiap generasi mengalami nilai sosial dan nilai kepribadian yang terus berubah seiring perkembangan zaman.