news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Gerakan Intelektual IMM dalam Merespons Transformasi Gerakan Digital

MOH ALI S M
Tim Media Surabaya Academia Forum (SAF) Mahasiswa Pasca Sarjana Pengembangan Sumber Daya Manusia (UNAIR)
Konten dari Pengguna
4 Desember 2021 22:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MOH ALI S M tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kecerdasan Buatan ilustrasi by Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Kecerdasan Buatan ilustrasi by Pixabay
ADVERTISEMENT
Sebagaimana kita ketahui bersama, intelektual merujuk pada mereka yang memiliki wawasan yang luas dan menyeluruh terhadap segala aspek masalah melalui pendidikan formal atau interaksi dengan lingkungan sekitar. Seorang intelektual, sebagaimana yang disebutkan oleh Abdul Halim Sani dalam bukunya Manifesto Gerakan Intelektual Profetik bahwa “Seorang cendekiawan merupakan penafsir jalan hidup”, manusia selalu mentransformasikan tradisi yang ada untuk menciptakan keadilan. Karakteristiknya ialah sebagai "juru bicara" dari "masa depan". Selain itu, kubunya berfokus pada nilai-nilai ideal yang memperjuangkan kebajikan, kebenaran, kejujuran, dan kesejahteraan.
ADVERTISEMENT
Intelektual pada dasarnya adalah seorang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar, menggagas, menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan berdasarkan nilai-nilai sakral dan humanisme universal, mereka berupaya mengembangkan budaya yang lebih beradab yang dapat memenuhi kebutuhan zaman. Dalam pengertian ini, kaum intelektual harus secara struktural dan kultural menginterupsi situasi di balik hegemoni yang menindas dalam skala nasional dan global.
Pandemi COVID-19 yang belum mencapai titik terangnya, telah berdampak bagi semua aspek umat manusia; masyarakat, komunikasi, pendidikan, politik, dll. Demikian pula permasalahan yang muncul saat ini akhirnya bukan saatnya kita menyalahkan keadaan, melainkan beradaptasi dengan keadaan.
Oleh karena itu, perkembangan peradaban membutuhkan berbagai inovasi gerakan pembaharuan yang biasa disebut dengan reformis modernis. Sebagai gerakan intelektual, Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) perlu di rekonstruksi dari berbagai aspek baik dari segi metode, strategi, bahkan bidang teknisnya untuk menghadapi berbagai kendala guna memenuhi dan menjalankan perannya. Hal ini tidak hanya bermanfaat dalam koordinasi dan integrasi kerja organisasi IMM, akan tetapi juga untuk mencegah pragmatisme Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah agar gerakan tersebut tidak kehilangan esensinya dan menghindari gerakan-gerakan yang sporadis.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu diambil langkah taktis untuk merumuskan kembali pola gerakan intelektual, khususnya bagi kita yang saat ini sedang bergelut di IMM, kita harus mulai berpikir keluar jangan terlalu disibukkan dengan permasalahan internal saja itulah yang menyebabkan salah satu penghambat mandek atau berhentinya kita memunculkan gagasan yang dapat membangun IMM ke arah yang lebih baik. Maka di sini IMM harus benar-benar memegang teguh identitasnya sesuai dengan tujuannya yaitu akademisi islam yang berakhlak mulia, maka sudah seharusnya kader IMM memang wajib menebar manfaat sesuai dengan Tri kompetensinya terutama dalam hal intelektual demi masa depan bangsa yang lebih baik.
Senada dengan yang disampaikan oleh ayahanda Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. dalam resepsi milad Muhammadiyah yang ke- 109 bahwa “Kunci menyelesaikan masalah bangsa ini ialah, tekad dan kesungguhan yang kuat disertai dengan ketulusan, kejujuran, keterpercayaan, kecerdasaran, keseksamaan, serta langkah-lamgkah terencana dan tersistem yang terfokus pada mencari solusi. Sungguh tidak ada kekuatan yang akan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa yang berat itu sendirian”. Dengan demikian kita bisa melihat sejauh mana pergerakan kita selama ini sudah masuk ke tahap mana dalam merespons persoalan dan memikirkan pembangunan nasional bangsa ini.
ADVERTISEMENT
Melawan Disrupsi Pergerakan Intelektual dalam dunia digital
Disrupsi adalah istilah yang sering kita dengar, yaitu gangguan terhadap sistem yang disebabkan oleh perubahan dan perkembangan zaman, terutama di bidang teknologi, di mana tatanan yang semula terbentuk seketika hancur seperti gelombang. Akhirnya bubar. Dalam hal ini, perubahan budaya yang dibawa oleh perkembangan zaman telah melahirkan inovasi, dan teknologi informasi telah memudahkan akses dan akses masyarakat terhadap berbagai aspek informasi. Oleh karena itu, seiring berjalannya waktu, pergeseran budaya ini akan menghancurkan berbagai karya dan produk intelektual. Tidak sulit menemukan bahwa permintaan masyarakat akan buku, tulisan dan produk intelektual lainnya tidak lagi tinggi. Pada akhirnya, kaum intelektual tenggelam dalam jurang globalisasi, terombang-ambing, dan tidak bisa lagi menjelma sebagai “juru bicara” masyarakat, dan masyarakat telah terintegrasi ke dalam realitas.
ADVERTISEMENT
Namun, ini memberikan peluang bagi kita untuk berinovasi dalam perjuangan kaum intelektual untuk menciptakan anti hegemoni. Dalam hal ini penulis akan menjelaskannya melalui alat komunikasi khususnya media massa, karena pada dasarnya salah satu faktor perusak terbesar adalah kemudahan akses informasi. Pada dasarnya media massa adalah sarana komunikasi antara aktivis dan massa. Media massa pada masa perjuangan kemerdekaan hanya sebatas surat kabar atau media cetak seperti poster dan radio. Oleh karena itu, para pejuang kemerdekaan perlu memiliki keterampilan literasi. Demikian pula pada masa pergolakan politik tahun 1965, kediktatoran orde lama bisa digulingkan bahkan pada masa reformasi. Mungkin bisa dibilang ada sedikit kemajuan dalam media massa yaitu Televisi.
Dewasa ini kemajuan teknologi media komunikasi berkembang pesat baik berita maupun audiovisual. Platform media sosial dengan berbagai fungsi telah menjadi konsumsi sehari-hari bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi atau sekadar mencari hiburan. Media massa yang semula hanya mencakup tulisan dan penyiaran kini berkembang pesat, media massa mudah berkembang, sekarang ini kita menyebutnya media sosial atau social media. Informasi yang dibutuhkan masyarakat disajikan dengan mudah dan sebebas mungkin. Di sisi lain, jangan lupakan unsur hiburan. Inilah sebabnya mengapa saat ini kami lebih suka menonton Youtube dari pada TV, menggulir feed IG daripada membaca editorial di media digital, dan bahkan sekarang lebih memilih Tik Tok daripada Youtube.
ADVERTISEMENT
Fenomena sebagaimana diuraikan di atas merupakan bagian dari fakta sosial dari pergeseran kemapanan skema komunikasi massa yang kemudian menuntut para intelektual untuk berinovasi merumuskan pola-pola gerakan baru agar tetap mampu bertanggung jawab menjalankan perannya. Selain itu, kemampuan kita untuk bertransformasi ke dunia digital dalam dunia pergerakan sangat perlu dimatangkan mulai dari sekarang, agar kita tidak hanya terpaku pada masalah internal organisasi dan lebih mudah menyatu dengan sistem yang berlaku di masyarakat dan pemerintah untuk memudahkan kita menyuarakan kebenaran.