Kesetaraan Gender Harus Terus Digaungkan

Lucia Febi
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
31 Juli 2023 17:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lucia Febi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bicara mengenai feminisme, sederhananya dipahami sebagai emansipasi atau kesetaraan antara wanita dan pria. Banyak yang masih mengkaitkan gerakan feminisme dengan sebuah gerakan abad 18 silam yang tidak lain dan tidak bukan merupakan gerakan revolusi atau bingkai demokrasi hingga tatanan politik semata.
ADVERTISEMENT
Namun, penulis tidak ingin memaknai dengan arti yang demikian sempit. Berangkat dari sudut pandang penulis bahwa pada era modern seperti saat ini, gerakan feminisme yang menggaungkan kesetaraan gender tentu menjadi suatu hal yang penting untuk di perhatikan.
Narasi yang selalu tergaungkan bahwa kaum pria memiliki derajat yang lebih tinggi ketimbang kaum wanita adalah hal yang lumrah sering terdengar di luar sana. Bukan hanya itu, paradigma masyarakat bahwa wanita itu selalu identik dengan persoalan rumah tangga saja.
Paradigma primitif semacam ini tidak boleh menjadi kultur yang hidup dalam tatanan sosial. Seyogyanya wanita tidak boleh hanya di pandang sekadar menyapu, mencuci, dan bahkan memasak saja. Karena peran wanita bisa lebih jauh daripada itu dan bisa lebih berdampak besar pula dari hanya itu.
ADVERTISEMENT
Lintasan sejarah menjadi bukti atas narasi tersebut. Setiap tanggal 21 April Indonesia memperingati Hari Kartini, yaitu hari peringatan atas sosok perempuan yang telah banyak memberikan pembelajaran dan bukti konkret atas perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan.
Bahkan, R.A Kartini mampu hadir sebagai antitesa atas argumentasi bahwa lelaki dan perempuan itu tidak setara. R.A Kartini dalam sejarahnya membuktikan bahwa sebagai sosok perempuan juga memiliki semangat membara yang sepadan dengan laki-laki sebagai seorang pejuang. Pemikirannya dan tindakannya menjadi suatu hal yang perlu di tiru untuk modal perjuangan perempuan di era modern ini.
Sumber: Shutterstock
Sentimen negatif dari masyarakat beberapa dekade ke belakang yang banyak terdengar bahwa derajat perempuan berada di bawah laki-laki harus perlahan mulai dihilangkan.
ADVERTISEMENT
Menarik The Intelligence Group, yakni sebuah lembaga pemerhati perilaku konsumen yang berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat, merilis riset yang menyatakan bahwa dua per tiga generasi milenial percaya bahwa kini perkara gender makin buram dan tak berlaku lagi.
Sebuah kebaganggan atas harapan besar bagi para pejuang kesetaraan gender. Sekiranya, ini bukan menjadi hal yang sepele. Namun, layaknya secercah harapan baru bahwa pada era modern ini kedudukan antara laki-laki dan perempuan sudah mulai di pandang setara.
Satu hal yang pasti, kini gender tak lagi dipandang sebagai sesuatu yang berat sebelah melainkan sudah menjadi hal yang wajib dihormati. Karena pada implikasinya gender tak lagi dipandang sebagai tembok penghalang bagi kaum perempuan untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup.
ADVERTISEMENT
Selain itu, riset Pew Research Center, menyatakan bahwa perempuan milenal saat ini rata-rata menikmati pendidikan yang lebih baik ketimbang ibu atau neneknya. Generasi milenial saat ini adalah generasi terdidik.
Kondisi ini menjadikan generasi milenial utamanya perempuan makin kritis atas berbagai macam kondisi utamanya terhadap ketidakadilan berbasis gender yang masih ada di lingkungan mereka. Emansipasi wanita kini mulai terdorong dan terus memasuki babak baru. Sehingga hal ini turut menyisakan harapan besar perihal sejauh mana kesetaraan gender akan terus diudarakan.
Harapannya pemahaman atas kesetaraan gender tidak hanya terjadi di luar negeri saja. Masifikasi narasi kesetaraan gender harus terus dilakukan juga di Indonesia.
Pernyataan yang menilai ketimpangan antara laki-laki dan perempuan sepatutnya sudah wajib untuk ditinggalkan. Bahkan mendiskreditkan kaum perempuan semestinya menjadi sesuatu yang diharamkan dalam kehidupan bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
Krisis pemahaman atas kesetaraan gender tidak boleh hadir dalam masyarakat Indonesia. Sehingga, dalam kehidupan modern ini bukan hanya perempuan yang memiliki kewajiban untuk terus andil dalam menyuarakan kesetaraan gender. Tetapi, lelaki juga harus turut serta untuk mengedukasi lingkungan sekitar atas pentingnya memahami dan saling menghormati antar gender.