Londo Ireng: Serdadu Afrika yang Direkrut Belanda

Luluk Maknunah
Mahasiswa Sejarah 20 UNNES
Konten dari Pengguna
2 Februari 2023 17:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Luluk Maknunah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu teman, bahwa tentara kolonial Belanda itu bukan hanya orang Belanda saja loh, tapi juga ada tentara pribumi yang direkrut Belanda dan ada juga orang-orang dari Afrika, terlebih pada daerah Ghana dan Burkina Faso.
ADVERTISEMENT
Istilah Londo Ireng sendiri diberikan para pribumi untuk orang-orang Afrika yang direkrut Belanda karena kulitnya yang gelap.
Negara Belanda sendiri merupakan negara kecil dengan penduduk yang dapat dibilang sedikit. Mereka tidak mau meninggalkan tanah air-nya karena menganggap negeri jajahan banyak orang-orang miskin dan kekurangan.
Hal ini-lah yang membuat Belanda merekrut pemuda pribumi menjadi tentara kolonial Belanda seperti orang-orang Ambon, Bugis, Madura, dan Jawa. Namun cepat atau lambat para pribumi yang direkrut Belanda akan melepaskan diri juga dari belenggu kekuasaan Belanda.
Dari sinilah yang membuat orang Eropa, seperti Belanda yang mengandalkan bantuan dari serdadu Afrika. Serdadu Afrika ini dianggap memiliki ketahanan yang bagus di iklim tropis daripada orang Eropa. Selain itu, mereka juga dianggap tahan lelah, periang, pemberani, dan terbiasa hidup sederhana.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan serdadu Afrika yang berada di Hindia Belanda menjaga postur tubuh-nya agar besar dan kuat untuk dapat menghina para pribumi yang cenderung memiliki tubuh kecil.
Walau-pun hidup di Hindia Belanda, para serdadu Afrika tidak menyesuaikan diri dengan adat istiada yang ada di Hindia Belanda, mereka tetap mempertahankan kebiasaan di negara-nya dan meniru gaya orang Eropa.
Orang Afrika tetap populer dipekerjakan hingga abad ke 20 sebagai serdadu bayaran, hal ini karena orang Afrika dianggap kuat, mudah diperoleh, dan memiliki daya pikir seperti anak-anak yang membuatnya setia dan penurut.
Orang Afrika memang terkenal perkasa dari zaman dahulu, bahkan dari zaman Yunani kuno sampai kerajaan-kerajaan Islam. Seperti pada Zaman Yunani kuno, orang Afrika terlebih orang-orang dari Ethiopia atau yang biasa disebut Maurus (Moor), dibuktikan dengan tulisan dan seni rupa bangsa Yunani kuno.
ADVERTISEMENT
Sedangkan pada zaman kerajaan-kerajaan Islam para budak dari Afrika biasanya dibeli pada usia 12 tahun, hal ini karena dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memberikan pelatihan militer dan mengajarkan loyal terhadap atasan, setia, dan menurut. Biasanya mereka diwajibkan untuk memeluk agama Islam.
Berbeda dengan Yunani, Romawi ataupun bangsa Eropa lain-nya, budak Afrika yang direkrut kerajaan-kerajaan Islam dapat berkesempatan menjadi panglima, penasihat ataupun kedudukan sosial yang tinggi lainnya.
Sedangkan kerajaan-kerajaan Eropa abad pertengahan, seperti Portugal, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Prancis juga memanfaatkan kekuatan budak Afrika dalam skala besar untuk menaklukkan negeri jajahan-nya.
Negro di Hindia Belanda
Akibat penduduk-nya yang sedikit dan berkurang-nya tentara koloni akibat perang dan penyakit membuat jumlah tentara koloni kian menipis, hal inilah yang membuat keputusan direkrut-nya orang Negro karena murah harganya, mudah didapat, tahan banting, tahan penyakit di iklim tropis dan kuat
ADVERTISEMENT
Pada awalnya Belanda datang ke Elmina datang untuk merekrut orang negro, Belanda menjanjikan hadiah kecil bagi orang yang mendaftarkan diri sebagai tentara bayaran. Namun tidak semua orang negro langsung mendaftarkan diri, butuh beberapa hari untuk mengumpulkan orang yang cukup bahkan Belanda juga mengemukakan akan memperkenalkan peradaban dan mempelajari norma dan kebiasaan Eropa sebagai bujukan dalam perekrutan.
Total pemuda negro yang dapat direkrut berjumlah 18 orang yang diberangkatkan ke Hindia Belanda dengan rencana awal perekrutan yakni 50 orang yang diminta. Pada awalnya para pemuda negro tidak tertarik sebagai tentara bayaran karena sulit meninggalkan kampung halaman-nya dan mempertaruhkan hidupnya di tempat asing nan menjauh
Seorang dokter kapal bernama J.H. Berkmeyer melaporkan dalam tulisan-nya bahwa suasana perjalanan dari El Nina ke Hindia Belanda tidak selalu ramah dan tenang. Orang-orang negro kebanyakan menjadi budak sejak usia belia, sehingga instingnya kemungkinan tumpul hanya beberapa yang ingat tanah kelahirannya, maka dari itu tidak seorangpun yang mencoba melarikan diri walaupun peluang besar ada di depan mata.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan mereka susah untuk diberitahu bahkan harus ditendang atau dipaksa terlebih dahulu agar menurut. Larangan tidak didengar, peraturan pun diabaikan yang mengakibatkan dipaksa patuh dengan tongkat kayu
EDITAN PRIBADI