Konten dari Pengguna

Paradoks Malas: Semakin Lama Menunda, Semakin Sulit Memulai

Lusita Safitri
Saya merupakan seorang mahasiswa S1 Matematika di Universitas Diponegoro yang tertarik dalam menulis dan berbagi gagasan. Senang belajar hal baru, terutama yang melibatkan analisis, pemikiran kritis, dan kreativitas.
20 Oktober 2024 14:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lusita Safitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Getty Image - AntonioGuillem
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Getty Image - AntonioGuillem
Seringkali kita dihadapkan pada banyaknya deadline yang semakin hari semakin dekat. Biasanya jauh sebelum mendekati deadline, kita merasa, “Ah masih lama, nanti saja.” Hal ini yang mengakibatkan penundaan setiap harinya. Pada akhirnya, tanpa kalian sadari, deadline tersisa lima hari lagi, bahkan bisa beberapa menit lagi. Kita akan menikmati berbagai kegiatan—bahkan hanya bisa rebahan seharian— dengan melupakan segala deadline. Padahal, menunda adalah sikap yang akan tumbuh menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan ini akan membawa kita pada ketidakefektifan waktu dan ketidaksesuaian hasil yang menjadi pencapaian.
ADVERTISEMENT

MENGAPA KITA MENUNDA?

Nah, sebenernya kenapa sih kita sering menunda? Menunda pada dasarnya adalah proses menjeda suatu kegiatan untuk dapat melakukan kegiatan lain atau bahkan beristirahat sejanak. Dalam hal ini, menunda bukanlah hal yang salah. Namun, mengingat waktu yang kita miliki tidak akan berputar kembali, maka menunda adalah suatu kesalahan. Biasanya menunda dilakukan oleh seseorang yang sudah merasa lelah, mental yang lemah, terlalu perfeksionis, banyak memikirkan hal diluar proses pekerjaan utamanya, dan yang terpenting adalah sifat malas yang mendarah daging.
Orang yang menunda-nunda mengetahui bahwa pekerjaan itu penting dan bisa merugikan jika tidak dikerjakan. Namun, ada beberapa hal yang mengakibatkan kebiasaan menunda-nunda, yaitu :
ADVERTISEMENT
Beberapa alasan menunda pekerjaan bagi setiap orang tentu saja berbeda. Namun, pada dasarnya sikap menunda ini adalah suatu pemborosan waktu yang tidak banyak orang menyadarinya.

MALAS MENJADI KEBIASAAN

Menunda pekerjaan yang identik dengan rasa malas tidak luput dari kalimat, “Rehat bentar, nanti dilanjut lagi.” Hal seperti ini sudah lazim dilakukan. Hidup memang banyak lelahnya, istirahat boleh, tapi ingat waktu juga. Bilangnya istirahat, tapi menghabiskan waktu 4 jam bersama hp nya. Secara tidak langsung, menunda-nunda pekerjaan merupakan pangkal malas. Jika dilakukan terus-menerus, malas akan tumbuh dalam diri dan akan berdampak buruk bagi berbagai aspek, terutama masa depan. Tak hanya itu, kebiasaan malas dapat menganggu stabilitas diri dan manajemen waktu.
Sikap malas yang berulang-ulang membuat otak terbiasa dengan pola ini. Yang pada akhirnya menunda pekerjaan adalah hal yang biasa. Sikap ini kemudian berkembang menjadi respons otomatis saat menghadapi tantangan atau tugas penting. Secara keseluruhan, rasa malas akan mempengaruhi produktivitas dan motivasi untuk bekerja pun semakin menurun. Apabila berlarut-larut dalam kemalasan, maka seseorang akan mudah terjebak dalam kecemasan karena tumpukan pekerjaan dan kehilangan kesempatan dalam hidup. Sehingga, segera sadar dan ubah kebiasaan malas ini dengan kegiatan yang bermanfaat.
ADVERTISEMENT

DAMPAK PADA KESEHATAN MENTAL

Dewasa ini banyak sekali pengaruh atau distraksi yang mengakibatkan konsentrasi terganggu. Banyaknya penyebab terjadinya rasa malas mengakibatkan seseorang sulit untuk menganalisis faktor tersebut. Apalagi jika penyebabnya adalah menunda-nunda pekerjaan. Hal ini akan dipastikan membuat segala pekerjaan terasa berat, tetapi justru tetap bersikap normal. Perilaku malas ini memberikan banyak dampak buruk bagi diri sendiri, seperti hilangnya kesempatan untuk masa depan, ketertinggalan dengan pencapaian, merusak reputasi, serta yang menjadi pokok sub bahasan ini adalah dampak pada kesehatan mental.
Mental berkaitan erat dengan penghargaan jiwa terhadap semua hal, baik pencapaian ataupun kegagalan. Bahkan dalam prosesnya, kesehatan mental juga sangat mempengaruhi tingkat ketenangan seseorang. Kenapa kebiasaan malas ini menjadi pokok adanya keterpurukan mental? Karena, setiap pekerjaan yang telah dijadwalkan, seseorang akan dengan mudah menunda hingga tanpa disadari hampir melewati batasnya.
ADVERTISEMENT
Rasa malas yang disertai dengan menunda-nunda inilah yang membuat setiap pekerjaan akan terus menumpuk. Penumpukan inilah yang membuat jadwal berantakan, yang mengakibatkan pikiran stress, bingung mulai darimana, kapan akan dikerjakan, dan bagaimana hasilnya nanti? Banyak asumsi yang mematahkan semangat mengerjakan dapat pupus. Akibat dari menumpuknya tugas itu, akan berlanjut pada kelelahan akut yang terjadi ketika seseorang memforsir pekerjaannya supaya selesai tepat waktu.

BAGAIMANA KELUAR DARI SIKLUS MALAS?

Siklus kehidupan yang produktif tentu menjadi dambaan semua orang. Namun, pernah tidak sih kalian sudah membuat catatan dan jadwal untuk sehari-hari, tetapi sering merasa lupa kemudian terlewat begitu saja? Suatu kebiasaan tidak akan berubah ketika kita tidak menanamkan sikap keharusan dan pemaksaan. Ini penting, dengan mentatar diri untuk disiplin dan konsisten, maka kesempatan untuk keluar dari siklus malas akan terbuka. Segala sesuatu tentu dilakukan mulai dari hal-hal kecil, kemudian tingkatkan level produktivitas dengan kesanggupan kalian.
ADVERTISEMENT
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk keluar dari siklus malas, diantaranya:
Dengan meyakinkan diri untuk keluar dari zona nyaman, menghindari proses penundaan, serta menerima banyak motivasi dapat memberikan peluang baik untuk melepas kebiasaan buruk, terutama malas. Mulailah dengan memaksa dan memulai walau sesulit apapun. Karena hidup yang berjalan sesuai rencana kita tidak akan pernah bisa terulang.