Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
San Martin: Bapak Pembebas Amerika Selatan
31 Mei 2022 19:43 WIB
Tulisan dari Luthfi Ridzki Fakhrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika bangsa di utara di Amerika Latin seperti Kolombia, Ekuador dan Venezuela merdeka karena sang pembebas Simon Bolivar, maka bangsa di selatan dari Amerika Latin memiliki sang pembebas lain yaitu José Francisco de San Martin, Dia disebut sebagai Libertador del Sur (Pembebas Selatan) karena berhasil membebaskan 3 negara sekaligus yaitu Argentina, Chili dan Peru.
ADVERTISEMENT
José Francisco de San Martin sendiri lahir pada 25 Februari 1778 di utara Argentina. Ia lahir dari keluarga kelas menengah ke atas. Ayahnya, Juan de San Martin, adalah pejabat pemerintah kolonial Kerajaan Spanyol di Rio de Plata—sekarang Argentina. Keistimewaan inilah yang membuat San Martin dapat menempuh studi di sekolah terbaik.
Perkenalan San Martin dengan dunia militer terjadi pada tahun 1785. Di usia tujuh tahun ia sudah bersekolah di Akademi Kerajaan Spanyol. Di sana ia memiliki posisi sebagai kadet dan akan diproyeksikan sebagai prajurit kerajaan masa depan. Pertempuran pertamanya terjadi pada 1791, ketika ia ditunjuk kerajaan untuk ikut serta dalam pertempuran melawan bangsa Moor di daerah Oraan. Dari sini pengalaman militernya pun terasah yang kemudian membawanya terjun ke dalam pertempuran lain, seperti melawan Inggris (1798) dan Portugis (1801)
ADVERTISEMENT
Ketiga pertempuran tersebut membuat nama San Martin naik daun. Ia mendapat kenaikan pangkat dengan cepat. Di usia yang belum genap kepala dua, ia sudah ditunjuk menjadi kapten dan ikut serta dalam pertempuran heroik berskala besar lainnya. Mulai dari Perang Kemerdekaan Spanyol (1808-1814) sampai Pertempuran Bailen (1808) diikutinya dengan sangat baik. Akibatnya ia diberi kenaikan pangkat menjadi letnan kolonel kavaleri. Pengalaman-pengalaman inilah yang membentuk kepribadian San Martin sebagai militer profesional dan prajurit sejati.
Menuntut Emansipasi dan Kemerdekaan Amerika Selatan
San Martin sangat bersimpati dengan gerakan kemerdekaan, sehingga mengarahkan hidupnya ke arah tujuan emansipasi. Perasaan identitas sebagai orang Amerika Selatan dan ideologi liberalnya, yang berkembang pasca Revolusi Prancis dan masa Pencerahan Prancis di Spanyol, ternyata telah menentukan pilihan dan pandangannya untuk berkontribusi pada kebebasan tanah airnya. Hingga akhirnya ia bergabung dengan pasukan patriot.
ADVERTISEMENT
Atas dasar inilah ketika ia mendapat kabar dari tanah airnya, Argentina, sedang terjadi pemberontakan melawan Spanyol ia bergegas untuk membantu. Ia rela meninggalkan karier militernya di Kerajaan Spanyol untuk membantu rekan-rekan satu negaranya. Pada tahun 1812 ia pun kembali ke Argentina dan langsung membantu para gerilyawan agar lebih siap bertempur. Pada mulanya, ia dicurigai sebagai mata-mata karena rekam jejaknya sebagai prajurit Spanyol. Namun, rasa curiga itu runtuh ketika San Martin memiliki andil penting dalam pertempuran melawan kolonialis.
Pada Januari 1813, ia berhasil melakukan kampanye militer dan mengalahkan pasukan Spanyol yang telah lama mengganggu pemukiman di sekitar Sungai Parana. Kemenangan ini adalah yang pertama bagi Argentina. Dan membuat nama San Martin semakin terkenal. Terlebih ketika ia ditunjuk sebagai Kepala Angkatan Bersenjata. Dari sini, menurut Bartolome Mitre dalam The Emancipation of South America (1969), San Martin mengambil bagian penting dalam mengorganisasi pasukan Argentina dan segera menjadi gubernur militer utara menggantikan Manuel Belgrano yang kalah dari pasukan Spanyol. San Martin kelak memegang tanggung jawab untuk mengatur pertahanan melawan pasukan Spanyol di Peru Atas.
ADVERTISEMENT
Pada saat bersamaan, di Chili juga sedang terjadi pertempuran. Ini membuat San Martin harus memikirkan strategi tempur baru. Caranya dengan membantu negara-negara tetangga dalam melawan Spanyol. Bagi San Martin, kemerdekaan Argentina akan dapat terwujud seutuhnya jika pasukan Spanyol hengkah dari Chili dan Peru. Maka itu, ia memerintahkan juga pasukannya membantu gerilyawan didua negara itu.
Setelah melakukan perencanaan matang, pada Januari 1817 San Martin memimpin langsung pasukannya dari Argentina untuk menyerbu ke Chili melewati Andes. Kedatangan pasukan Argentina membuat Spanyol terkejut. Akibatnya, San Martin memenangkan Pertempuran Chacabuco pada 12 Februari 1817. Lalu, setelahnya merebut Santiago pada 15 Februari.
“Dia tahu bagaimana mendominasi manusia, masyarakat, situasi dan bahkan alam itu sendiri. Dia tampaknya telah menyihir orang-orang Mendoza, seperti itulah kasih sayang yang mereka berikan untuknya. Dia bijaksana, licik, dan cerdik untuk semua kombinasinya, tetapi dia menggunakan kualitas ini dengan kemuliaan dan kesetiaan yang diberikan kepada roh dengan keberanian tinggi,” ujar Jenderal Gerónimo Espejo terkait keberhasilan San Martin memenangi pertempuran, dikutip dari buku El Paso De Los Andes (2018)
ADVERTISEMENT
Keberhasilan di Chili tidak membuatnya jemawa. Ia harus memikirkan cara mengusir Spanyol dari Peru untuk mencapai kemerdekaan seutuhnya. Alhasil ia pun mengumpulkan pasukan dan dana untuk menggempur Spanyol. Puncaknya terjadi pada 5 April 1818. Dalam pertempuran yang kelak dikenal sebagai Pertempurain Maipu, San Martin berhasil menghancurkan tentara Spanyol, membunuh sekitar 2.000, menangkap sekitar 2.200, dan merebut semua artileri Spanyol. Kemenangan menakjubkan di Maipu menandai pembebasan definitif Chili, dan Spanyol tidak akan pernah lagi melakukan ancaman serius ke daerah tersebut.
San Martin sempat ditawari kediktatoran tertinggi Chili tetapi ditolak demi teman dan rekannya yang meminta bantuannya yaitu Bernardo O'Higgins dan Jose Miguel Carrera. Dan pada akhirnya Chili dibagi bahkan di antara mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Dia membuat Chili benar-benar bebas dari pasukan Spanyol pada tanggal 15 Mei 1818, dan mulai merencanakan pembebasan Peru. San Martin berhasil membebaskan Chili dan Argentina di selatan, dan disaat bersamaan Simon Bolivar bersama Antonio Jose de Sucre juga telah membebaskan Ekuador, Kolombia, dan Venezuela di utara, oleh karena itu saat itu hanya menyisakan Peru dan Bolivia yang masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Spanyol.
Pada bulan Agustus (1820) San Martin bersama tentaranya diangkut menuju Peru, oleh kapal perang di bawah Lord Cochrane. Dalam setahun San Martin dapat menduduki ibukota Lima, dan pada 28 Juli 1821, ia memproklamasikan kemerdekaan Peru dari Spanyol.
William H. Gray dalam Reformasi Sosial San Martin (1950) mengatakan pada tanggal 3 Agustus ia disebut sebagai “Pelindung Tertinggi Peru” oleh masyarakat Peru. San Martin mulai mendirikan pemerintahan dimana pemerintahannya yang singkat dicerahkan dan ditandai dengan menstabilkan ekonomi, membebaskan orang-orang yang diperbudak, memberikan kebebasan kepada orang-orang Indian Peru, dan menghapuskan berbagai institusi kebencian seperti sensor dan Inkuisisi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Simon Bolivar dan Antonio Jose de Sucre juga berhasil mengusir keluar dari utara, dengan mengejar Spanyol keluar dari bagian utara Peru. San Martin dan Bolivar akhirnya bertemu di Guayaquil pada 26 Juli 1822 untuk memutuskan bagaimana melanjutkannya. Kedua pria itu pergi dengan kesan negatif satu sama lain. San Martin akhirnya memutuskan untuk mundur kembali ke Argentina dan membiarkan Bolivar meraih kemenangan menghancurkan sisa-sisa perlawanan Spanyol terakhir di pegunungan Peru. Keputusannya kemungkinan besar dibuat karena dia tahu bahwa mereka tidak akan cocok dan salah satu dari mereka harus minggir, yang saat itu mungkin tidak akan pernah mau dilakukan oleh Bolivar yang memiliki mimpi untuk mempersatukan seluruh Amerika Selatan.
Melansir dari Britannica saat meninggalkan Kongres Peru San Martin meninggalkan pesan peringatan: “Kehadiran seorang prajurit yang sukses (tidak peduli seberapa tidak tertariknya) itu berbahaya bagi Negara-negara yang baru saja dibentuk.”
ADVERTISEMENT
Menolak Terlibat dalam Politik
Sebagai seorang pembebas dan pejuang kemerdekaan, kejayaannya sama besarnya dengan Simon Bolivar. Seperti Bolivar, dia adalah seorang visioner yang mampu melihat melampaui batas-batas tanah airnya sendiri dan memvisualisasikan sebuah benua yang bebas dari kekuasaan asing. Juga seperti Bolivar, dia terus-menerus dihalangi oleh ambisi haus kuasa dari orang-orang yang mengelilinginya.
Meski begitu dia juga berbeda dengan Bolivar terutama dalam tindakannya setelah kemerdekaan, sementara Bolivar menghabiskan energi terakhirnya berjuang untuk menyatukan Amerika Selatan menjadi satu negara besar, San Martin yang sudah muak dengan berhadapan dengan politisi pengkhianat sewaktu perang kemerdekaan memutuskan untuk pensiun menuju ke kehidupan yang tenang dipengasingan tanpa mau terlibat dalam politik. Sejarah Amerika Selatan mungkin akan sangat berbeda seandainya San Martin ikut terlibat dalam politik seperti Bolivar.
ADVERTISEMENT
San Martin dikritik selama hidupnya dan dianggap pengecut karena memutuskan mundur dan tidak mengejar sisa tentara Spanyol di Peru seperti yang dilakukan Simon Bolivar. Namun sejarah telah membuktikan keputusannya sangat tepat dan hari ini pilihan militernya diangkat sebagai contoh kehati-hatian perang daripada pengecut. Hidupnya penuh dengan keputusan yang berani, dari meninggalkan tentara Spanyol untuk memperjuangkan Argentina hingga menyeberangi Andes untuk membebaskan Chili dan Peru, yang bukan tanah airnya.
Dia menolak hampir semua gelar dan penghargaan yang coba diberikan oleh orang-orang di Amerika Selatan yang telah dibebaskannya termasuk pangkat, posisi, tanah, dan uang. Meski San Martin menolak berbagai penghargaan, mengutip dari Universidad Nacional de Cordoba ia tetap dianggap sebagai Pembebas Amerika Selatan. Di Argentina ia diakui sebagai Padre de la Patria (Bapak Bangsa). Di Peru, ia dikenang sebagai pembebas negara itu, dengan gelar Fundador de la Libertad del Perú, Fundador de la República, Generalísimo de las Armas (Pendiri Kebebasan Peru, Pendiri Republik dan Generalissimo of Arms). Di Chili, pasukannya memanggilnya dengan sebutan Capitán General (Kapten Jenderal).
ADVERTISEMENT
San Martin memutuskan pergi ke Eropa, di mana dia menghabiskan sisa hidupnya. Masa senjanya dihabiskan di pengasingan bersama putrinya, di Brussel, Paris, dan Boulogne-sur-Mer, dengan bijaksana ia menghindari politik dan keterlibatan lebih lanjut dalam situasi anarkis yang menodai sejarah awal negara-negara yang baru merdeka di Amerika Latin. Dia meninggal pada 17 Agustus 1850, di Boulogne-sur-Mer.
Namun karena San Martin telah meminta dalam wasiatnya agar nantinya dikuburkan secara sederhana di Buenos Aires, maka pada tahun 1878 jenazahnya dibawa kembali ke Argentina, dan sebagai wujud penghormatan pemerintah Argentina akhirnya memutuskan untuk membawa jenazahnya ke Katedral Buenos Aires, dan diberikan tempat istirahat di sebuah makam yang megah.