Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Puasa Membentuk Kesalehan Sosial
2 Maret 2025 10:59 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Luthfy Rijalul Fikri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Puasa (shaum) bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga sarana untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam ajaran Islam, puasa tidak hanya berorientasi pada dimensi individual, tetapi juga memiliki dampak yang luas dalam kehidupan bermasyarakat. Kesalehan sosial adalah bentuk kebaikan yang tidak hanya dirasakan oleh diri sendiri, tetapi juga memberikan manfaat bagi orang lain.
ADVERTISEMENT
Menurut teori Etika Sosial Islam yang dikembangkan oleh Fazlur Rahman (1982), bahwa ibadah dalam Islam tidak hanya bersifat ritualistik, tetapi juga harus berdampak pada kehidupan sosial. Dalam konteks puasa, ibadah ini melatih individu untuk lebih peka terhadap kondisi sosial di sekitarnya, terutama dalam memahami penderitaan kaum dhuafa. Rasa lapar yang dialami selama berpuasa membangun empati terhadap mereka yang kurang beruntung, sehingga mendorong semangat berbagi dan solidaritas sosial.
Selain itu, Moral Development dari Lawrence Kohlberg (1981) juga relevan dalam menjelaskan bagaimana puasa dapat membentuk kesalehan sosial. Kohlberg menyebutkan bahwa perkembangan moral seseorang melewati beberapa tahap, dan salah satunya adalah tahap kepedulian terhadap masyarakat. Dalam hal ini, puasa berperan sebagai sarana pendidikan moral yang menumbuhkan kepekaan sosial serta dorongan untuk membantu sesama.
ADVERTISEMENT
Puasa juga memiliki landasan kuat dalam Al-Qur’an sebagai sarana membentuk ketakwaan dan kepedulian sosial. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 183:
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya sebagai ibadah individu, tetapi juga sebagai cara untuk meningkatkan ketakwaan yang berimplikasi pada kesalehan sosial. Selain itu, dalam Surah Al-Insan ayat 8-9, Allah memuji orang-orang yang memberikan makanan kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan, sebagai bentuk kepedulian sosial yang sejalan dengan semangat puasa.
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al Insan: 8-9)
ADVERTISEMENT
Contoh nyata dari kesalehan sosial yang lahir dari puasa dapat ditemukan dalam tradisi berbagi takjil, kegiatan sahur on the road, dan zakat fitrah yang diwajibkan bagi umat Islam menjelang Idul Fitri. Semua ini menunjukkan bahwa puasa tidak hanya meningkatkan kualitas ibadah individu, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih peduli dan harmonis.
Dengan demikian, puasa bukan hanya sekadar ritual ibadah, tetapi juga instrumen sosial yang mampu membentuk masyarakat yang lebih adil dan berempati. Dengan menjalankan puasa dengan penuh kesadaran, diharapkan nilai-nilai kesalehan sosial dapat terus tumbuh dan memberikan manfaat bagi kehidupan bersama. Semoga kita semua diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalankan ibadah puasa, serta ibadah puasa kita semua diterima oleh Allah Swt. Aamiin. [lrf]
ADVERTISEMENT