Konten dari Pengguna

Istilah Mulur-Mungkret Kebahagiaan oleh Ki Ageng Suryomentaram

Lydia Julyeta Siahaan
Final Year Student at Sebelas Maret University majoring Psychology
11 Oktober 2022 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lydia Julyeta Siahaan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kebahagiaan. Foto: oleh Ochimax Studio via Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kebahagiaan. Foto: oleh Ochimax Studio via Unsplash
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan merupakan harapan dari setiap individu. Standar dan hal yang membuat bahagia pada masing-masing individu tentu berbeda antara satu dengan yang lain. Menurut Seligman (dalam Pratiwi, dkk. 2022) bahagia merupakan perasaan positif dan juga adanya kegiatan positif. Tak hanya dari tokoh luar negeri saja, konsep bahagia juga dibahas melalui perspektif budaya Jawa yaitu oleh Ki Ageng Suryomentaram.
ADVERTISEMENT
Ki Ageng Suryomentaram merupakan seorang filsuf Jawa yang memiliki julukan “sang Matahari Jawa atau sang Pencerah dari Mataram”. Ia berhasil dalam mengajarkan ajaran leluhurnya yang bermutu tinggi yaitu Kawruh Jiwa. Kawruh Jiwa merupakan ilmu hidup bahagia dan menekankan pada hakikat hidup manusia.
Ki Ageng Suryomentaram mengungkapkan bahwa manusia terdiri atas jiwa dan raga. Jiwa ditunjukkan dengan keberadaan rasa juga pikiran dan keinginan, meskipun tidak terlihat. Sedangkan raga merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan maksud tertentu. Manusia memerlukan kebutuhan jasmani untuk mempertahankan raganya karena raga tidaklah abadi. Kawruh jiwa sendiri merupakan pengetahuan akan jiwa yang dicetuskan oleh Ki Ageng Suryomentaram.
Menurut Ki Ageng Suryomentaram, manusia yang memandang bahwa semua orang adalah sama akan membawa ia ke pemahaman bahwa cara untuk menyenangkan diri sendiri atau memperoleh kebahagiaan adalah dengan menyenangkan orang lain atau bersikap altruistik. Sebelum manusia mencapai pemahaman itu, ia akan melewati proses yang dimulai sejak kecil hingga dapat mengenal dirinya sendiri agar tidak menyakiti orang lain.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana konsep kebahagiaan menurut Ki Ageng Suryomentaram?
Beliau mengemukakan bahwa kebahagiaan dan penderitaan datang secara bergantian di hidup manusia. Dalam kitab Kawruh Begja Sawetah, Suryomentaram (1989) menyebutkan bahwa mboten wonten barang ingkang pantes dipun padosi kanti mati-matian, utawi dipun ceri-ceri dipun tampik kanthi mati-matian.
Kebahagiaan menurut beliau tidak ada yang abadi. Namun, kebahagiaan dan penderitaan merupakan pasangan yang abadi. Lalu muncullah istilah mulur-mungkret (mengembang-mengempis). Mulur-mungkret kebahagiaan muncul karena adanya keinginan manusia itu sendiri yaitu karep.
Karep-lah yang menentukan kebahagiaan manusia. Ketika karep terpenuhi maka seseorang akan merasa bungah, namun ketika karep yang ada di dalam diri manusia tidak terpenuhi maka ia akan menjadi susah.
Hukum mulur-mungkret memandang kebahagiaan dengan: apabila karep tercapai maka akan mulur (mengembang), namun apabila karep tidak tercapai maka kebahagiaan akan mungkret (mengempis).
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan datang ketika seseorang dapat memenuhi kebutuhan pribadi mereka. Baik bungah ataupun susah memiliki ukurannya masing-masing di setiap manusia. Sehingga manusia diatur oleh karep-nya sendiri dengan 3 faktor yaitu: semat/harta, derajat/kemuliaan, dan kramat/kekuasaan. Bungah juga ditentukan oleh faktor tersebut. Sebagai contoh, ketika semat, derajat, dan kramat yang ada pada manusia bertambah maka bungah atau kebahagiaan akan mulur, namun ketika ketiganya berkurang makan bungah menjadi mungkret. Untuk itu manusia hendaknya selalu mawas diri atau berhati-hati terutama terhadap karep agar ia senantiasa bungah atau bahagia dalam hidupnya.
Referensi:
Hasanah, U. (2021). Dinamika Pergeseran Identitas Kramadangsa Menuju Identitas Manusia Tanpa Ciri. The International Journal of Pegon: Islam Nusantara civilization, 6(02), 111-126.
Muniroh, A. (2017). Kebahagiaan dalam Perspektif Kajian Psikologi Raos. Madinah: Jurnal Studi Islam, 4(1), 1-9.
ADVERTISEMENT
Pratiwi, D. C., Adriansyah, M. A., & Rahmah, D. D. D. (2022). Nilai Filosofi Budaya Jawa terhadap Kebahagiaan Hidup Ditinjau dari Demografi. Psikoborneo Jurnal Ilmiah Psikologi, 10(1), 80-91.
Rahmadi, S., & Abas, Z. (2020). Konsep Kebahagiaan Menurut Pemikiran Suryomentaram (Doctoral dissertation, IAIN Surakarta).