Konten dari Pengguna

Mengerti Konsep Empati

Lynea Grandisa
Student of Broadcasting Digital Media And Communication in LSPR.
23 Juni 2023 13:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lynea Grandisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illistrasi memeluk untuk menenangkan. From Pexels.com by Liza Summer
zoom-in-whitePerbesar
Illistrasi memeluk untuk menenangkan. From Pexels.com by Liza Summer
ADVERTISEMENT
Apa itu empati? Mungkin semua orang sudah tahu arti dari empati. Namun, apa kita benar-benar mengerti fungsi dan garis besar dari empati? Saya pikir tidak.
ADVERTISEMENT
Empati merupakan sebuah keadaan mental, di mana kita merasakan pikiran, perasaan, dan keadaan seseorang. Secara sederhana, kita peduli terhadap seseorang.
Rasanya sangat mudah untuk mengerti sebuah keadaan mental melalui sebuah tulisan. Namun, sulit untuk dieksekusikan di kehidupan nyata.

Pengalaman Saya

Ilustrasi penjambretan. Foto: athima tongloom/Getty Images
Saya mempunyai pengalaman di mana saya menjadi korban penjambretan di suatu tempat yang keadaannya sangat ramai. Saya berlari dan berteriak meminta tolong kepada masyarakat di sekitar. Namun, bukannya menolong, saya malah dijadikan tontonan mereka.
Dari banyaknya masyarakat yang berada di lokasi, hanya dua orang yang menolong saya dan mengantarkan saya ke kantor polisi. Sesampainya di kantor polisi, saya terkejut dengan respons petugas kepolisian.
Waktu saya habis untuk mencari petugas yang bekerja pada jam tersebut. Selain itu saya juga diminta fotocopy kartu keluarga dan dokumen-dokumen lainnya yang sebenarnya bisa saya berikan keesokan harinya.
ADVERTISEMENT
Bukannya memberikan solusi untuk masalah saya, petugas malah menceramahi saya, dan menyalahkan saya karena tidak berhati-hati. Keadaan saya tertekan pada saat itu, dan mereka tidak menenangkan saya sama sekali.
Akhirnya saya pulang tanpa membawa hasil. Keesokan harinya, saya membawa dokumen-dokumen yang diperlukan. Tetapi, petugas kepolisian tetap tidak bisa membantu saya.
Dari pengalaman yang saya alami, saya sadar bahwa tingkat kepedulian masyarakat di Indonesia masih sangat kurang, sedangkan tingkat keingintahuan terhadap masalah orang lain sangat tinggi, dan tingkat inisiatif untuk membantu sangatlah minim.
Saya cukup kecewa dengan masyarakat Indonesia setelah mengalami kejadian ini. Yang kita sering dengar bahwa masyarakat Indonesia mempunyai tingkat kepedulian yang tinggi ternyata tidak benar. Menurut penilaian saya, tingkat individualis masyarakat Indonesia lebih tinggi dibandingkan rasa empati.
ADVERTISEMENT

Memanusiakan Manusia

ilustrasi wanita cemas, stres atau depresi Foto: Shutterstock
Pernah dengar bahwa kita harus bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain? Saya sering mendengar itu dari orang-orang yang menurut saya mereka sudah cukup sukses dan bijak untuk berkata seperti itu kepada saya.
Memang sulit untuk menerapkan konsep "memanusiakan manusia", karena kita juga harus belajar ikhlas dan menerima kekurangan orang lain. Di saat kita mempunyai banyak kekurangan, di sisi lain kita harus menerima kekurangan orang lain.
Setelah pengalaman saya dijambret, saya menjadi trust issue terhadap orang, dan segan untuk meminta bantuan kepada orang lain.Hingga suatu hari motor saya mogok di jalan, dan saya enggan meminta bantuan. Setelah beberapa lama saya memikirkan jalan keluar, datang seorang bapak yang bekerja sebagai ojek online. Ia membantu saya secara cuma-cuma.
ADVERTISEMENT
Kebaikan yang bapak itu lakukan terhadap saya, mengubah pola pikir saya lagi dalam menjalani kehidupan. Dalam hidup, kita harus bermanfaat untuk orang lain, tanpa mengharapkan imbalan. Bapak tersebut memanusiakan saya sebagai manusia, bukan sebagai orang yang bisa ia tagih imbalan atas jasanya.
Terima kasih kepada dua orang yang telah membantu saya di lokasi penjambretan, dan Bapak yang telah membantu saya secara cuma-cuma.