Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
24 Ramadhan 1446 HSenin, 24 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Dakwah Digital: Membaca Masyarakat di Balik Layar Gawai
21 Maret 2025 12:41 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari M Febriyanto Firman Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dakwah digital bukan sekadar tren, melainkan sebuah fenomena yang merefleksikan perubahan mendasar dalam cara kita berinteraksi dan memahami agama di era digital. Lebih dari sekadar menyampaikan pesan, ia adalah cermin dinamika sosial yang kompleks.
ADVERTISEMENT
Ruang Publik Digital: Demokrasi Informasi dan Identitas Digital
Media sosial telah mengubah lanskap dakwah, menciptakan ruang publik digital yang memungkinkan akses tak terbatas pada informasi agama. Namun, kebebasan ini juga membawa tantangan. Algoritma media sosial cenderung memperkuat preferensi pengguna, menciptakan "ruang gema" di mana pandangan yang berbeda jarang bersinggungan.
Secara sosiologis, ini menimbulkan pertanyaan: apakah ruang publik digital benar-benar demokratis, atau justru memperkuat polarisasi dan fragmentasi sosial?
Dakwah digital memainkan peran penting dalam pembentukan identitas keagamaan, terutama di kalangan generasi muda. Melalui interaksi dengan pendakwah dan komunitas daring, mereka membangun pemahaman tentang agama dan memperkuat identitas keagamaan mereka.
Namun, identitas digital juga rentan terhadap manipulasi dan komodifikasi. Pendakwah dan kelompok tertentu dapat memanfaatkan popularitas daring untuk membangun pengikut setia, bahkan memicu fanatisme.
ADVERTISEMENT
Viralitas Dakwah Digital: Antara Mobilisasi dan Manipulasi
Media sosial memungkinkan generasi muda terhubung dengan kelompok sebaya yang memiliki minat dan nilai yang sama. Dalam dakwah digital, ini berarti pesan-pesan agama dapat menyebar dengan cepat melalui mekanisme viralitas.
Namun, viralitas juga memiliki sisi gelap. Informasi yang salah atau menyesatkan dapat dengan mudah menyebar dan memengaruhi opini publik. Diperlukan literasi digital yang kuat untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang salah.
Dakwah digital memiliki potensi untuk memobilisasi massa dalam aksi-aksi sosial yang positif. Kampanye daring untuk menggalang dana atau membantu korban bencana alam adalah contohnya.
Namun, potensi ini juga dapat disalahgunakan. Kelompok-kelompok tertentu dapat memanfaatkan media sosial untuk memanipulasi opini publik, menyebarkan propaganda, atau bahkan memicu konflik.
ADVERTISEMENT
Menuju Dakwah Digital yang Bertanggung Jawab
Dakwah digital adalah keniscayaan di era digital. Namun, kita perlu menyikapi fenomena ini dengan kritis dan bertanggung jawab.
• Literasi digital: Penting untuk meningkatkan literasi digital masyarakat agar mereka dapat membedakan antara informasi yang benar dan yang salah.
• Etika digital: Pendakwah dan pengguna media sosial perlu menjunjung tinggi etika digital, menghindari ujaran kebencian, fitnah, dan konten negatif lainnya.
• Dialog dan toleransi: Dakwah digital harus menjadi sarana untuk membangun dialog dan toleransi antarumat beragama, bukan sebaliknya.
Dakwah digital adalah cermin masyarakat digital kita. Ia merefleksikan tantangan dan peluang yang kita hadapi dalam membangun masyarakat yang lebih adil, toleran, dan beradab.