Hikmah Kemerdekaan, Menikah dan Pandemi

M Febriyanto Firman Wijaya
Peneliti Pusad Studi Anti Korupsi dan Demokrasi UMSurabaya Pemerhati Komunikasi Gaya Baru
Konten dari Pengguna
24 Agustus 2020 5:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Febriyanto Firman Wijaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.instagram.com/p/B0-wofinmnb/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.instagram.com/p/B0-wofinmnb/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“… Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenang dan tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum berfikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
ADVERTISEMENT
Pernikahan sebagai bagian dari ajaran Islam dan salah satu sunnah Rasul Muhammad SAW yang disebut dapat menyempurnakan separuh dari agama. Sedangkan untuk mencapai pernikahan yang demikian perlu dibentuk dengan sakinah, mawaddah dan rahman.
Penggalan Surah Ar-Rum ayat 21 memang sangat relevan dalam mengejawantahkan makna Pernikahan, pada ayat diatas pernikahan itu sebagai keterpaduan antara ketentraman (sakinah), penuh rasa cinta (mawaddah) serta kasih sayang (rahmah).
Imam Qurthubi menafsirkan ketentraman rumah tangga disebut rasa sakinah; yang mana dirasakan oleh suami dari isri melalui mawaddah; yakni rasa cinta kasih yang muncul dari sifat lahiriyah istri, sedangkan rahmah; kasih sayang yang muncul dari sang suami bersifat batiniyah.
Sehingga memahami pernikahan bukan sekedar tentang budaya atau bahkan sex belaka, namun lebih kepada ketentraman hati dari tiap pasangan suami dan istri yang diikat melalui ijab qobul secara sakral.
ADVERTISEMENT
Memahami lebih jauh dari pemahaman ayat(Ar-Rum: 21) tersebut dalam Tafsir Mafatihul Ghaib menerangkan bahwa sakinah ialah rasa tentram dan ketenangan hati yang didapatkan dari pasangan, tidak hanya dari istri untuk suami namun juga sebaliknya suami untuk istri.
Menurut Ar Razi perihal diatas muncul juga dari mawaddah, sebagai rasa cinta kasih yang tercurahkan untuk pasangan serta dari rahmah, rasa kasih sayang yang mengalir dari pasangannya dengan implementasi rasa cinta kedalam hati dan tindakan.
Dengan demikian kemerdekaan pada hati seseorang dalam menikah ialah ketentraman hati sepasang suami dan istri dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Menikah dan Kemerdekaan
Bagi muda mudi yang sudah memasuki usia-usia dewasa sering kali dihantui pertanyaan sederhana namun berasa sedang terjajah, seperti Kapan Menikah?, Sudah Punya Pacar?, Kapan calonnya dikenalin nih?.
ADVERTISEMENT
Pertanyaan diatas sebenarnya wajar saja, melihat menikah sebagai budaya dan kelaziman pada manusia dengan kata lain esensi menikah adalah bagian dari Ibadah, Sunnah Nabi SAW dan tentu ajaran agama Allah SWT, yang pelaksanaanya tidak sekedar “mau” atau “tidak mau”.
Seandainya seseorang menikah hanya karena sekedar “mau”, atau sebaliknya ketika seseorang belum menikah bukan juga karena “tidak mau”. Bukan berarti menikah hanya karna faktor kemauan, sehingga menikah seolah-olah hanya urusan pribadi atau privat.
Padahal menikah bukan lagi perihal urusan pribadi, melainkan menjadi urusan masyarakat, bangsa dan juga negara, yang mana saat pelaksanaannya kita akan mengurus berkas-berkas yang diatur oleh pemerintah.
Walaupun begitu banyak terdapat ruang kebebasan serta kemerdekaan yang luas bagi muda dan mudi lajang saat memutuskan untuk menikah, dan merayakan kemerdekaan juga dari sisi menikah saat pandemi.
ADVERTISEMENT
Meski dengan cara yang berbeda karena pandemi Covid-19 perayaan kemerdekaan Indonesia 75 tahun kali ini, akan tetapi semarak dalam perjuangan dan semangat yang tinggi untuk menjadi bangsa yang maju, bahkan tema besar kemerdekaan tahun ini adalah “Indonesia Maju”.
Tertuang dalam Surat Edaran Mensesneg Pratikno(terbit: 23 Juni 2020)menetapkan slogan “Indonesia Maju” menjadi tema besar peringatan kemerdekaan RI tahun ini.
Makna Indonesia Maju dalam surat tersebut dimaknai sebagai sebuah representasi dari Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebuah simbolisasi dari Indonesia yang mampu untuk memperkokoh kedaulatan, persatuan dan kesatuan Indonesia.
Begitu juga disaat masa pandemi sekarang, kita perlu memperkokoh persatuan dengan saling bahu membahu menghadapi masa sulit seperti ini dengan mematuhi protokol kesehatan yang ada.
ADVERTISEMENT
Refleksi Kemerdekaan dengan Menikah saat Pandemi
Merefleksikan bulan Agustus memang sangat sakral bagi bangsa Indonesia, tiap tahunnya seluruh rakyat Indonesia menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus dengan semangat perjuangan.
Tepat 75 tahun silam, para pemimpin bangsa ini serta ada Ir. Soekarno bersama Muhammad Hatta yang sekaligus menjadi presiden dan wakil presiden pertama Indonesia membacakan naskah proklamasi sebagai tanda bahwa bangsa ini terlah merdeka.
Momentum ini mengingatkan bangsa Indonesia pada sejarah perjuangan pahlawan bangsa yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan Indonesia.
Namun kemerdekaan terasa berbeda dari tahun lalu, meningat Indonesia tengah dilanda pandemi Covid-19. Mulai pandemi diumumkan, menjaga jarak fisik(physical distancing) dari orang lain merupakan salah satu protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
ADVERTISEMENT
Peringatan 75 tahun kemerdekaan tahun ini akan meminimalisir pertemuan orang secara langsung dan banyak yang beralih ke acara virtual, dengan pembatasan ini diharap akan memutus rantai penuluran agar orang tidak saling kontak satu sama lain.
Begitu pula dengan pernikahan dibulan Agustus dimasa pandemi, selain pernikahan dihukumi Sunnah Nabi SAW dan juga untuk mendapatkan ketentraman hati sepasang suami dan istri serta terdapat hikmah lain Kemerdekaan disaat pandemi.
Hikmah yang pertama ialah merdeka untuk menentukan pasangan hidup, muda dan mudi lajang memiliki keleluasaan dalam memilih calon pasangan hidupnya, dan tidak ada paksaan antara keduanya saat akan memutuskan menikah, sehingga murni dalam keadaan sadar.
Muda dan mudi merdeka untuk memilih sesuai selera dan apapun yang diidamkan, dengan mempertimbangkan perihal agamanya, sebagai cita-cita dalam pernikahan untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
ADVERTISEMENT
Kedua merdeka untuk mengatur budget acara, dimasa pandemi saat ini memang sangat sulit bagi kita untuk saling bertemu dan berkontak langsung, melihat keterbatasan itu terdapat peluang besar dalam mengatur budget dalam pernikahan.
Mulai dari undangan yang sebelumnya dicetak hardfile kini dibuat dalam bentuk virtual dan disebarkan via media social kerabat masing-masing, jumlah undangan yang dibatasi kehadirannya juga sangatlah berpengaruh dalam mengatur porsi makanan saat acara walimatul ursy.
Adapun yang tak kalah penting adalah dekorasi yang dulunya saat situasi normal bisa buka terop dan atau di gedung, kini hanya sekedar hiasan sederhana yang diletakkan di dalam ruang tamu rumah sehingga budgetpun bisa diminimalisir.
Tak lupa juga adalah souvenir atau cindera mata yang dipilih dan dipesan sesuai kebutuhan, contoh peralatan makan pribadi yang dapat dibawa kemana saja disaat pandemi seperti ini, dan jumlahnya juga disesuaikan dengan undangan yang ada.
ADVERTISEMENT
Sehingga menikah saat pandemi budget yang dikeluarkan lebih dapat ditekan dan lebih efisien, dan para pasangan muda mudi tak lagi pusing dengan tetek bengek soal pernikahan yang selama ini jadi momok bagi para pejuang cinta tersebut.
Hikmah yang ketiga adalah merdeka untuk memilih bahagia, karena bahagia adalah pilihan dan masing-masing orang. Kemerdekaan seseorang dalam memilih kebahagiaan hidup, banyak diluar sana keluarga yang hidup bahagia meski dalam keterbatasan mereka.
Namun juga ada keluarga yang hidup dalam kemewahaan dan melimpah harta namun sengsara, oleh karena itu merdeka untuk memilih bahagia atau sengsara adalah keputusan anda dengan pasangan setelah menikah.
Sebagai pasangan pernikahan anda yang akan menentukan lika-liku hidup berumah tangga, entah memilih untuk memendam konflik, memelihara curiga, menyalakan amarah, merawat pertengkaran, menumpuk kekecewaan, dan akhirnya meledaklah keributan.
ADVERTISEMENT
Atau bisa memilih untuk saling memaafkan, saling menjaga, dan saling setia. Sehingga anda akan bahagia bersama pasangan anda.
Demikianlah hikmah bulan kemerdekaan saat pandemi yang harus anda manfaatkan dengan cermat dan terlebih lagi jangan salah pilih pasangan hidup, agar anda mendapatkan kehidupan pernikahan yang sakinah mawadah wa rahmah meski saat pandemi.
Merdeka !!!