Konten dari Pengguna

Community Based Tourism: Semua Desa Harus Bisa Mandiri

Jonson Handrian Ginting
Dosen Departemen Antropologi Universitas Andalas dan Peneliti di Bidang Sosial dan Budaya
12 Agustus 2024 17:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jonson Handrian Ginting tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Desa Umbul Ponggok, salah satu model dalam penerapan CBT (Sumber: https://visitjawatengah.jatengprov.go.id/id)
zoom-in-whitePerbesar
Desa Umbul Ponggok, salah satu model dalam penerapan CBT (Sumber: https://visitjawatengah.jatengprov.go.id/id)
ADVERTISEMENT
Saat ini, pariwisata berbasis masyarakat atau community based tourism (CBT) menjadi salah satu konsep yang semakin populer di Indonesia. Apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan CBT? Konsep ini menempatkan masyarakat lokal sebagai aktor utama dalam pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata. Tujuannya bukan hanya untuk menarik wisatawan, tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat setempat, memberikan manfaat ekonomi langsung kepada mereka, serta menjaga keberlanjutan lingkungan dan budaya lokal.
ADVERTISEMENT
Salah satu tokoh penting dalam pengembangan CBT adalah Martha Chen, yang mendorong prinsip-prinsip keadilan sosial dan pemberdayaan masyarakat dalam konteks pariwisata. Di Indonesia, penerapan CBT semakin meluas, dengan banyak desa berupaya mengambil peran lebih aktif dalam industri pariwisata. Contoh suksesnya adalah Desa Umbul Ponggok di Jawa Tengah. Dengan memanfaatkan potensi alamnya, desa ini berhasil menciptakan objek wisata air yang menarik, sehingga mampu menarik pengunjung dari berbagai daerah.
Desa Umbul Ponggok telah menjadi model dalam penerapan CBT. Dengan keindahan alam dan budaya yang kaya, desa ini berhasil mengubah sumber daya lokal menjadi daya tarik wisata yang signifikan. Mereka mengembangkan kolam renang alami dan fasilitas snorkeling, serta menawarkan layanan homestay yang membuat wisatawan merasa seperti tinggal bersama masyarakat lokal. Keberhasilan ini tidak hanya memberikan keuntungan finansial bagi desa, tetapi juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan dan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa desa-desa di Indonesia dapat mandiri dalam pengelolaan pariwisata, selama memiliki dukungan dan akses terhadap sumber daya yang tepat.
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat. Dari Aceh hingga Papua, bentangan alam dan kekayaan budaya yang beragam membuat setiap daerah memiliki daya tarik wisata yang unik. Misalnya, Bali terkenal dengan wisata budaya dan seni, sedangkan Sumatra menawarkan keindahan alam yang memukau, seperti Danau Toba. Setiap daerah memiliki objek wisata yang berbeda, yang dapat menarik perhatian wisatawan domestik maupun internasional. Keberagaman ini menciptakan peluang bagi masyarakat untuk mengeksplorasi dan mengembangkan produk wisata sesuai dengan kearifan lokal, sehingga memberikan manfaat langsung bagi mereka.
Manfaat dari community based tourism sangat signifikan. Salah satu yang paling penting adalah memberikan kebebasan finansial bagi desa, sehingga mereka tidak lagi bergantung pada anggaran dari pemerintah pusat. Dengan adanya pendapatan dari pariwisata, desa-desa dapat mengelola keuangannya sendiri dan menggunakan dana tersebut untuk pembangunan infrastruktur dan program-program sosial. Hal ini memungkinkan desa untuk tumbuh lebih mandiri dan fleksibel dalam menghadapi berbagai tantangan.
ADVERTISEMENT
CBT juga mengurangi ketergantungan masyarakat pada pekerjaan di luar desa. Dengan menciptakan peluang kerja di sektor pariwisata, masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup mereka tanpa harus meninggalkan kampung halaman. Kemandirian ini berdampak positif terhadap perekonomian lokal, di mana uang yang dihasilkan dari pariwisata akan berputar di dalam desa, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, masyarakat yang terlibat dalam pariwisata juga memiliki kesempatan untuk melestarikan budaya dan tradisi mereka, yang merupakan bagian penting dari identitas desa.
Namun, ada tantangan besar dalam mengimplementasikan community based tourism. Salah satunya adalah integrasi masyarakat dan kesiapan sumber daya manusia. Pekerjaan dalam bidang pariwisata bukanlah pekerjaan individu, melainkan memerlukan kerja sama yang solid antarwarga desa. Integrasi sosial menjadi kunci untuk menciptakan suasana harmonis yang mendukung pengembangan pariwisata. Tanpa kerjasama yang baik, usaha untuk mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat bisa terhambat atau bahkan gagal. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk memberikan pelatihan dan dukungan kepada masyarakat agar mereka siap menjalankan peran ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kesiapan sumber daya manusia juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan CBT. Masyarakat perlu dilatih dalam berbagai aspek, seperti pelayanan kepada wisatawan, pengelolaan lingkungan, dan pemasaran produk wisata. Tanpa keterampilan dan pengetahuan yang memadai, masyarakat mungkin kesulitan memberikan pengalaman wisata yang memuaskan. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas masyarakat sangat penting dalam mengimplementasikan CBT.
Dalam kesimpulannya, community based tourism merupakan pendekatan yang sangat relevan untuk memberdayakan desa-desa di Indonesia. Dengan mengembangkan potensi lokal dan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata, desa dapat mencapai kemandirian finansial yang sangat dibutuhkan. Meskipun ada tantangan dalam integrasi masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia, dengan dukungan yang tepat, desa-desa dapat berhasil mengimplementasikan CBT. Semua desa harus berupaya untuk mandiri melalui community based tourism, sehingga tidak hanya meningkatkan perekonomian, tetapi juga melestarikan budaya dan lingkungan. Mari kita dukung desa-desa kita untuk menjadi mandiri dan berdaya saing dalam dunia pariwisata!
ADVERTISEMENT