Konten dari Pengguna

Apakah Salah Menjadi Individualis?

Mahdizal Khalila
Nama saya Mahdizal Khalila asal Kota Padang. Saya adalah Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Andalas. Saya senang berbagi opini dalam mengupas permasalahan yang sedang terjadi. Harapan saya, opini ini dapat bermanfaat bagi orang lain
9 November 2022 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mahdizal Khalila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Manusia sangat erat hubungannya dengan gaya hidup. Setiap individu memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup dapat dipengaruhi oleh faktor orang tua, pendidikan, sosial, dan agama.
ADVERTISEMENT
Secara garis besar gaya hidup tidak dapat ditentukan baik atau buruknya. Contohnya orang yang sosialis belum tentu lebih baik sifatnya dari orang yang individualis, begitu sebaliknya.
Namun, masyarakat cenderung menolak individualis sebagai role model dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya, sosialis dianggap lebih berkontribusi dalam interaksi sosial. Apakah itu benar?.
Secara prinsip, berkontribusi atau tidaknya seseorang kepada masyarakat dilihat dari hasil yang diberikannya. Ketika seseorang tidak dapat memberikan perubahan yang lebih baik dalam kehidupan sosial, artinya dia telah gagal dalam berkontribusi.
Dilihat dari karakter individualis, mereka adalah kelompok orang yang mendahulukan kepentingan personal di atas kepentingan bersama. Namun perlu ditegaskan, kita tidak bisa menarik kesimpulan bahwa mereka tidak akan berinteraksi dengan kehidupan sosial.
ADVERTISEMENT
Buktinya individualis tetap akan ke rumah makan untuk melepaskan rasa lapar nya. Atau membeli baju untuk pakaian sehari-hari. Mereka juga melakukan proses komunikasi interpersonal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya mereka tetap berkontribusi dalam kehidupan sosial.
Selain itu, latar belakang agama dan pendidikan orang tua juga mendasari kontribusi individualis kepada masyarakat. Mereka tetap akan bersedekah dan membantu orang lain demi kepentingan rohani nya, atau dorongan untuk terhindar dari azab akhirat dan ingin masuk ke dalam surga.
Lantas bagaimana dengan individualis yang sering melanggar norma atau melakukan tindakan kriminal?.
Jawabannya sederhana, semua itu didorong oleh keinginan pribadi. Di kasus lain, orang yang dikenal suka berinteraksi dengan masyarakat juga terlibat dalam tindakan kriminal. Ada yang sering membantu orang namun juga suka mabuk. Bahkan, mereka menjadikan keakraban nya dengan masyarakat sebagai sarana untuk melakukan tindakan kriminal seperti menipu atau mencuri.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, individualis kebanyakan dianggap sebagai penjahat (public enemy). Tapi tolak ukur nya salah sehingga pola pikir masyarakat sering keliru.
Individualis dan penjahat adalah dua hal yang berbeda. Jika merujuk pada karakteristik yang saya sampaikan tadi, individualis tidak akan menutup diri dari masyarakat jika itu tidak merugikan dia sebagai pribadi.
Lain halnya dengan penjahat, mereka menutup diri sepenuh nya karena beberapa alasan di antaranya untuk menutupi kejahatannya dari masyarakat atau karena mendapat penolakan dari masyarakat.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penjahat pasti menutup diri, namun individualis tidak selalu menutup diri.
Seiring perkembangan zaman, pemikiran masyarakat yang cenderung berorientasi dengan keuntungan terutama masyarakat kota. Adanya pertimbangan untung dan rugi dari setiap tindakan mendorong masyarakat menjadi individualis.
ADVERTISEMENT
Tanpa disadari masyarakat progresif dan masyarakat semi progresif sudah mulai meninggalkan prinsip hidup gotong royong karena adanya dorongan eksternal seperti paksaan ekonomi. Akibatnya, masyarakat lebih memprioritaskan kebutuhan personal nya di atas kepentingan komunal.
Contohnya seorang wanita karir yang tetap mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya akan tetap berusaha meskipun masyarakat menganggapnya sebagai sebuah penyimpangan.
Upaya melindungi diri ini mendorong masyarakat kota untuk hidup sebagai individualis. Kenyataan ini seharusnya dapat menjadi jawaban tentang apa rasionalitas seseorang menjadi individualis?.
Pemikiran konservatif dalam masyarakat seharusnya dapat kita ubah menjadi lebih baik. Masyarakat konservatif suka menyamakan dua hal yang berbeda sehingga penerimaan terhadap nilai baru yang lebih baik akan semakin sulit. Atau penerimaan masyarakat seharusnya diikuti dengan toleransi kepada individu dalam menjalani hidupnya.
ADVERTISEMENT
Penerimaan ini dapat tercapai jika adanya komunikasi interpersonal yang efektif sehingga masyarakat dapat saling memahami. Komunikasi ini yang akan membentuk kesepakatan bersama yang dapat diterima oleh masyarakat.