Konten dari Pengguna

Spirit Kurban, Jauhi Judol, Dekati Keluarga

Makhsun Bustomi
Penulis Esai, sehari-sehari bekerja sebagai Policy Analyst di Pemerintah Kota Tegal.
19 Juni 2024 12:37 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Makhsun Bustomi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkan anda mengajak anak atau adik anda bermain capit boneka di mall? Jangan-jangan masa kecil anda punya kenangan, sukses membawa pulang boneka tedy bear yang lucu. Merayakan keberuntungan setelah berkali-kali memasukkan koin, menekan tuas atau tombol ajaib di mesin capit boneka. Ah, itu kan sekadar permainan.
Photo by Jonathan Petersson: https://www.pexels.com/photo/closeup-photo-of-two-red-dices-showing-4-and-5-965875/
Mengingat wahana permainan itu, perlulah kita mengingat sebuah eksperimen. Dalam percobaan itu seekor monyet harus menarik tuas sepuluh kali, agar dia mendapatkan buah. Saat itulah dopamin, zat yang dapat membuat senang terkirim ke otak. Namun, ternyata dengan pola yang berulang itu, lonjakan dopamin lambat laun menurun. Kepastian membuatnya cepat puas. Sebaliknya, ketika polanya diacak, tidak harus tiap sepuluh kali menekan tombol mendapat buah, maka dopamin akan menaik drastis.
ADVERTISEMENT
Dopamin adalah zat yang ada pada diri kita yang diproduksi, dikirimkan ke otak dan menimbulkan kesenangan. Percobaan terhadap monyet memberi pelajaran bahwa sifat antisipatif dan keinginan kita akan kesenangan adalah penting untuk mengatasi perilaku yang tak sehat. Sayangnya, naiknya dopamin itu bukan semata karena kita menerima hadiah. Melainkan dopamin ini dilepaskan ke otak untuk mengantisipasi hadiah. Sensasi yang membuat ketagihan adalah ketika menunggu, merasa penasaran, merasa beruntung atau nyaris menang.
Hal ini sedikit menjelaskan mengapa rentan bermain judi. Satu dari lima jenis perliku tak sehat dalam konsep tradisional tentang masalah sosial yang disebut ma-lima. Yaitu madat (narkotika), madon (prostitusi), minum (minuman keras), main (berjudi), dan maling (mencuri). Sehingga Sunan Ampel mengkampanyekan Emoh Lima.
ADVERTISEMENT
Racun Digital
Kita setuju dengan Rhoma Irama, judi ini telah meracuni kehidupan. Sejak zaman pra internet, judi telah sudah melekat sebagai sisi kelam kehidupan manusia. Dari yang konvensional berupa judi kartu di pojok kampung, dadu, kartu, sabung ayam sampai taruhan ketika menonton bola. Di belahan dunia yang lain rumah kasino malah dilegalkan.
Di tengah perayaan Idul Adha, berita perihal judi online bertebaran. Kementerian Komunikasi dan Informasi menyebutkan kita mengalami darurat judi online. Tercatat 2,7 juta warga Indonesia terlibat judi online dengan besaran transaksi 327 trilliun rupiah.
Dalam tayangan dokmenter Netflix berjudul Gambling disebutkan bahwa pandemi covid pada tahun 2020 memang memaksa sebagian besar orang lebih banyak di rumah. Namun, justru lotere digital, judi online menaik. Jelas, era internet membawa ekses transformasi judi menjadi digital. Pendek kata, judi yang sudah sejak lama menjadi industri, kini makin mengindustri dan mendigital. Transasksinya bahkan lebih besar daripada industri olahraga itu sendiri. Bermacam jenis poker online dan slot, judi olahraga atau judi bola dengan menebak siapa pemenang dan kasino online dengan jenis-jenis opsi-opsi taruhan beserta bonus atau hadiahnya.
ADVERTISEMENT
Racun digital ini menyebar cepat. Judi online jadi mudah dan praktis, bisa dilakukan diam-diam. Bisa nyambi kerja dan mutitasking. Tak heran pelakunya bisa saja mahasiswa di meja belajar, ibu rumah tangga di ruang dapur, oleh PNS sembari menghadapi berkas dan pegawai bank sambil melayani nasabah. Masih hangat tangkapan layar legsilator yang membahas kebijakan negara di gedung DPR asyik membuka situs judi online. Yang terbaru, kasus seorang suami dibakar istrinya gegara sering menghabiskan gajinya untuk judi online. Iroinisnya, keduanya adalah anggota polisi. Di tempat lain, ada seorang istri menghabiskan satu milyar untuk hal yang sama.
Perilaku judi online pasti mengorbankan keluarga. Padahal keluarga adalah tempat di mana kita bisa pulang, merebahkan diri, bercanda, ruang tempat kisah-kisah nabi dan pendidikan kejujuran menjadi anak baik diperdengarkan, tempat kita belajar kerja sama, berbagi peran serta tempat mana yang boleh dan tidak boleh diajarkan. Mengajarkan bahwa masa depan akhirat setelah kehidupan dunia.
ADVERTISEMENT
Keluarga Ibrahim mencontohkan bagaimana keluarga sebagai awal untuk menanamkan dan menguji iman. Siti Hajar bersama Ismail kehausan dengan perbekalan yang menipis dan tanpa air. Kisah kerelaaan Ibrahim untuk menjadikan Ismail sebagai qurban, Siti Hajar yang sabar serta Ismail patuh pada orang tua. Nilai-nilai keimanan haruslah diajarkan sejak di rumah.
Kedekatan
Idul Adha ini menguatkan semangat ber-qurban. Kita mengenal kata karib yang berasal dari qarib atau kerabat yang berasal dari qarabat. Secara istilah kata tersebut berkaitan dengan makna dekat. Dengan kurban manusia diajarkan mendekat kepada Allah agar mendapatkan rida-Nya. Memelihara kedekatan dengan keluarga, menguatkan kedekatan kita kepada Allah.
Kurban bukanlah korban atau victim. Mental victim perlu dihindari. Kadang-kadang kita merasa bukan pelaku, sebagaimana kita tidak merasa bersalah saat bermain japit boneka. Mendekat kepada Tuhan menuntut jalan yang memerlukan keteguhan, komitmen dan kesabaran. Keluarga adalah circle yang akan menemani kita melewati tantangan kehidupan bersama. Apa jadinya jika Siti Hajar tidak mempunyai kesabaran yang luas dan Ismail menolak perintah ayahnya. Demikian pula Ibrahim menjadi teladan pemimpin keluarga yang kokoh.
ADVERTISEMENT
Di sekitar keluarga kecil kita, koordinat lingkaran sosial ini akan meluas. Sehingga muncul istilah kerabat, yang juga berarti dekat. Circle ini kemudian meluas meliputi tetangga dekat, teman kerja dan sahabat karib yang lagi-lagi berarti dekat. Pada akhirnya kita diajarkan nilai-nilai kemanusiaan untuk menyayangi sesama manusia.
Ketika Allah mengganti Ismail dengan domba, artinya tidak ada perintah untuk membunuh manusia. Tidak ada toleransi menyakiti sesama, apalagi orang-orang terdekat kita. Dengan kata lain memilih dekat dengan keluarga dalam waktu yang bersamaan harus dekat dengan Allah. Tak perlu ada ayah mengorbankan anaknya, suami menyia-nyiakan istri serta istri melawan suaminya.
Permainan judi online tersedia kapan saja di mana saja. Saat di kamar bisa diakses sambil rebahan oleh generasi dan anak-anak kita. Lewat permainan itu manusia dipermainkan. Mereka para perancang dan pemain indutri itu paling tahu cara kerjanya. Dengan contoh sederhana, saat bermain japit boneka, mungkin kita masih cukup mudah berhenti. Sebab, mesin itu tak ada di rumah kita. Namun kini beraneka jenis game dan judi online tersedia di genggaman tangan orang tua. Di tangan-tangan mungil anak dan generasi penerus bangsa.
ADVERTISEMENT
Judol tak seperti domba yang mudah dibunuh. Butuh usaha dan keimanan yang penuh.