news-card-video
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Big Data Solusi Ataukah Ancaman?

MALE.co.id
Male Indonesia adalah Platform Berita Online Digital Tentang GAYA HIDUP PRIA DEWASA dengan Segala Aktivitasnya, Termasuk Pesona Wanita.
21 Juni 2018 13:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MALE.co.id tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Big Data Solusi Ataukah Ancaman?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Apakah Anda sudah cukup familier dengan teknologi canggih bernama Big Data? Besar kemungkinan, istilah ini masih agak asing di telinga masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tapi, di luar negeri, Big Data sudah lama dikembangkan. Misalnya saja, pada tahun 2012 lalu, pemerintah Amerika Serikat mengalokasikan dana sebesar 200 juta USD guna mengembangkan teknologi canggih tersebut.
Dari namanya sendiri, Big Data berhubungan dengan jumlah data cukup besar. Peningkatan jumlah pengguna internet semakin hari semakin banyak. Bila tidak ada satu wadah atau penyimpanan yang tersentralisasi, bisa terjadi ledakan data.
Karena itu, teknologi Big Data disebut-sebut menjadi jalan keluar. Data disimpan dalam jumlah besar sebelum kemudian dianalisis sehingga mampu memberi rekomendasi perihal tindakan yang harus dilakukan.
Kendati demikian, promosi Big Data gagal total di Amerika Serikat. Sebagian pihak menilainya sebagai teknologi salah sasaran. Pada tahun 2015, Big Data tidak masuk dalam teknologi yang berguna di review sebuah perusahaan konsultan teknologi tersohor, Gartner.
ADVERTISEMENT
Review tersebut mengevaluasi berbagai aspek, mulai segi perkembangan, pemasaran, kegunaan serta bagaimana menciptakan inovasi baru. Hasilnya, Big Data dianggap kurang berkembang dan tidak banyak dipakai oleh sejumlah perusahaan.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Penyebab utama kegagalan Big Data yaitu buruknya citra teknologi canggih ini sejak awal diluncurkan. Banyak orang berpendapat, Big Data merupakan pengumpulan data yang tidak perlu. Citra buruk itu membuat orang-orang sulit melihat keunggulan Big Data secara teknis.
Belum lama, di Indonesia sendiri teknologi Big Data sudah diterapkan oleh Jakarta Smart City. Sedangkan, Netflix memanfaatkannya guna pengumpulan data sejak tahun 2013. Netflix menghindari pemakaian istilah “Big Data” lantaran track record yang buruk. Mereka menggantinya dengan nama “Data Visualization”.
Ternyata, Netflix sukses besar dan banyak diakses pengguna internet sebagai sarana menonton film, serial televisi serta streaming hal lain. Langkah mereka tergolong tepat memberikan rekomendasi kepada penggunanya berdasarkan data yang disimpan dalam viewing history.
ADVERTISEMENT
Pengalaman Netflix menunjukkan bahwa Big Data masih punya potensi demi menjadi teknologi yang bermanfaat. Syarat utamanya yaitu kemudahan dalam mengakses. Kemudahan ini akan menjadikan sebuah data begitu berguna.
Seorang pakar data terkemuka, Matthew C. Harding mengamini hal tersebut. Ia sendiri memakai Big Data untuk menjawab berbagai persoalan energi, lingkungan dan kesehatan. “Big Data merupakan teknologi yang dapat membuat manusia menentukan pilihan terbaik,” ujar Harding.