Konten dari Pengguna

Cerita Pesugihan di Desaku: Banyak Pelakunya, Banyak Korbannya

Malik Ibnu Zaman
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
22 Juli 2023 22:30 WIB
·
waktu baca 10 menit
Tulisan dari Malik Ibnu Zaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pesugihan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesugihan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Saya lahir dan besar di salah satu desa di Jawa Tengah. Menurut rumor yang beredar banyak orang di desa saya yang melakukan pesugihan. Saat itu saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 3 di ibukota kecamatan, ketika teman sebangku saya menanyakan apakah benar bahwa di desa saya banyak orang yang melakukan pesugihan.
ADVERTISEMENT
“Menurut orang yang memiliki mata batin, di desa kamu banyak orang melakukan pesugihan. Ketika malam hari, dari daerah yang lebih tinggi desamu tampak gelap gulita, rumah-rumah gedongan terlihat tidak menyala lampunya, hanya sedikit rumah yang tampak terang. Menurutmu bagaimana?” ujar teman saya.
Mendapatkan pertanyaan tersebut saya hanya diam, sudah sering saya mendengar hal semacam itu, bahkan rumor tersebut sudah ada sejak dulu. Tetapi jika dilihat dari kacamata ekonomi, wajar saja jika banyak orang kaya di desa saya, sebab desa saya merupakan salah satu sentra ekonomi.

Penjelasan Kakek Buyut

Kakek buyut saya (kakeknya ibu) dikenal memiliki kemampuan sebagai seorang tabib, ia juga sering dimintai tolong untuk memindahkan hantu yang suka mengganggu. Setelah lulus Sekolah Dasar (SD) ibu saya diminta oleh kakek buyut untuk tinggal bersama dengannya, sekaligus melanjutkan ke SMP. Kakek saya yang saat itu ekonominya sedang sulit pun setuju dengan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Bukan berarti di rumah kakek buyut ibu bisa bersantai ria. Ia banyak melakukan kegiatan domestik, seperti mencuci pakaian, memasak, membikin air minum untuk tamu, menjemur biji kopi. Maka tidak mengherankan jika ibu mewarisi kemampuan milik kakek buyut dan nenek buyut.
Suatu hari ibu sedang mencuci baju di sungai ditemani kakek buyut, lalu ibu bertanya “Apakah benar di desa ini banyak orang melakukan pesugihan?”, kakek pun menjawab iya. Lebih lanjut kakek buyut menceritakan pemandangan mata yang dilihatnya, orang yang melakukan pesugihan di mata kakek buyut akan terlihat berbeda. Misalnya orang melakukan pesugihan monyet, maka di mata kakek buyut orang tersebut akan terlihat seperti monyet. Jika melakukan pesugihan ular, akan terlihat seperti ular, begitu seterusnya.
ADVERTISEMENT
Menurut penuturan ibu, kakek buyut juga menceritakan bahwa ada satu weton (hari istimewa). Weton tersebut tidak akan bisa melakukan pesugihan dan tidak akan bisa menjadi tumbal, yaitu weton Jumat.
Perihal pemandangan mata yang dilihat oleh kakek buyut, itu juga yang menjadi sebab mengapa hingga wafatnya pada tahun 2000 di Makkah ketika melaksanakan ibadah haji, ia tidak pernah mau melaksanakan Salat Jumat di masjid desanya. Katanya ia melihat hal-hal aneh di beberapa bangunan masjid. Bangunan yang di dalamnya terdapat uang hasil pesugihan, sekalipun uang hasil pesugihan tersebut disumbangan, pasti akan terlihat berbeda.

Uang Nemu

Kondisi ekonomi keluarga saya saat itu (TK-SD-SMP) belum stabil seperti sekarang, baru stabil tatkala saya duduk di kelas 2 Aliyah, alahasil ibu pun banting tulang bekerja menjadi buruh tani. Ayah saya bekerja di Jakarta, tetapi istilahnya ngemprah (jarang kirim uang). Beberapa tahun kemudian ayah mengakui kalau uang gajiannya untuk orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Masa-masa SMP bagi saya adalah masa terberat, seringkali ibu tidak ada beras di rumah, alhasil saya ikut makan di rumah adiknya ibu dan nenek dari pihak ibu. Pernah batuk kering selama berminggu-minggu, boro-boro periksa, untuk membeli obat pun tidak ada. Boro-boro untuk meminjam ke keluarga ayah, yang ada malah dicaci maki.
Meskipun begitu setiap kali ibu mendapatkan gajian dari menjadi buruh tani, ia selalu membeli daging ayam di pasar. Suatu hari ketika sedang mengantre membeli, ibu menemukan uang ratusan ribu di bawah lapak pedagang ayam tersebut. Kondisi uang tersebut masih baru dan wangi. Anehnya pembeli yang lain tidak ada yang melihatnya. Oleh ibu uang tersebut diserahkan ke pedagang ayam tersebut.
ADVERTISEMENT
Ternyata harga ayam naik dua ribu rupiah, berhubung ibu hanya membawa uang pas-pasan, ibu ngutang dulu kepada pedagang ayam tersebut, dan berjanji akan melunasinya besok. Malam harinya, ibu merasakan gelisah luar biasa, tidak bisa tidur, seperti ada sesuatu yang akan terjadi. Dalam keadaan demikian pedagang ayam tersebut datang, lalu berubah menjadi sosok yang menyeramkan dan menyerang ibu. Sosok tersebut tinggi besar, hitam, dan penuh bulu. Untungnya ibu bisa selamat, ia teringat doa yang diberikan oleh kakek (kakek buyut saya).
Keesokan harinya ibu kembali pergi ke pasar dan melunasi utangnya kemarin. Pedagang ayam tersebut seperti merasa khawatir, mungkin khawatir kalau rahasianya terbongkar. Sesampainya di rumah ibu mengatakan kepada saya "Punya utang 2 ribu saja bisa sampai nyawa taruhannya." Sejak saat itu ibu tidak pernah lagi membeli ayam di tempat tersebut.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari kemudian kerabat pedagang ayam tersebut ada yang meninggal dan meninggalnya itu secara tidak wajar.
10 tahun setelah kejadian tersebut, salah seorang tukang bangunan yang bekerja pada pedagang tersebut datang menemui ibu untuk berobat, saat itu ibu sudah menjadi seorang tabib. Tukang bangunan tersebut lalu menceritakan apa yang dialaminya, sama persis apa yang pernah dialami oleh ibu dulu.

Utang Lemari Gispar

Ilustrasi pesugihan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Waktu itu ibu mendapatkan arisan, saat itu saya masih duduk di bangku SMP. Karena sudah lama ingin membeli lemari gispar (lemari panjang), karena barang-barang di rumah berantakan, maka ibu memutuskan untuk membeli lemari gispar. Sesampainya di toko furniture, ternyata uang ibu tidak cukup. Awalnya ibu tidak akan jadi membelinya, tetapi pemilik toko furniture memaksanya. Katanya nggak papa kekurangannya bisa diangsur.
ADVERTISEMENT
Ibu pun berjanji akan melunasinya nanti, ketika uang tabungan milik adik di sekolah dibuka. Ibu sebenarnya khawatir juga, karena mendengar pengalaman dari orang-orang. Ibu pun berkata "Jangan mendatangi yah Pak, pasti akan saya bayar jika tabungan di sekolah dibuka."
Akan tetapi ketika hari tabungan dibuka, uang tabungan milik adik saya tidak dibagikan, wali kelas mengatakan bahwa mereka yang nominal tabungannya besar akan dibagikan minggu depan. Ibu pun pulang dengan tangan kosong, lalu ia mampir ke toko furniture, dan menceritakan yang sebenarnya.
Malam harinya ibu gelisah tidak bisa tidur, saya dan adik saya lalu disuruh tidur satu kamar, sepanjang malam ibu mengawasi kami. Ibu panik tatkala melihat kami seperti orang yang tercekik, dalam kepanikan tersebut datanglah pemilik toko furniture, lalu langsung berubah menjadi tinggi besar dan penuh bulu. Ibu pun membaca doa, makhluk tersebut pun hilang. Nafas kami pun menjadi normal.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya ibu menceritakan hal tersebut kepada adik nenek. Oleh adik nenek dipinjami uang, diminta untuk segera melunasinya. Ketika melunasi utang tersebut, pemilik toko furniture menjadi salah tingkah dengan kata lain malu.
Apa yang dialami oleh ibu juga menimpa seseorang dari desa sebelah, sebut saja orang tersebut bernama Siti. Nah, Siti ini membeli lemari di toko furniture tersebut, tetapi uangnya kurang, ia pun menjanjikan beberapa bulan akan melunasinya. Namun, hingga jatuh tempo, Siti tidak kunjung juga melunasinya.
Bersamaan dengan itu kakak Siti, sebut saja Suti baru saja bercerai. Ia bersama anaknya pun tinggal bersama dengan Siti. Sebenarnya Siti ini khawatir, sebab mendapatkan mimpi yang tidak mengenakan, ia tidak mau untuk bercerita kepada siapa-siapa. Pada suatu malam Suti tidur di kamar Siti, sementara Siti tidur di kamar belakang. Dini hari Siti melihat penampakan tinggi besar dan penuh dengan bulu masuk ke dalam kamarnya yang ditiduri oleh Suti.
ADVERTISEMENT
Siti pun bergegas masuk ke kamar belakang, ia tidak berani untuk menyelamatkan adiknya, sebab ia khawatir akan menjadi mangsa. Keesokan harinya Suti ditemukan sudah tidak bernyawa dalam kamar tersebut. Beberapa hari kemudian Siti mendengar suara dari dalam rumah, suara tersebut adalah suara Suti. Ia menangis sekaligus menyalahkan adiknya, mengatakan bahwa dirinya tidak tahu menahu apa pun tetapi kok malah dijadikan korban.

Teman Saya Hampir Dijadikan Tumbal

Teman saya seorang perempuan hampir saja dijadikan tumbal oleh pemilik toko furniture tersebut, rumahnya menang tidak jauh dari toko tersebut. Berulang kali ia mengalami kesurupan dan kondisinya pun menurun drastis. Akhirnya dibawalah teman saya ini ke salah seorang kiai, ibu dari teman saya ini kemudian oleh kiai dibuka sedikit mata batinnya.
ADVERTISEMENT
Dalam penglihatannya, ia melihat siapa saja yang sudah dijadikan tumbal, ternyata sudah banyak. Ternyata ada beberapa orang yang ia kenal, seperti tukang cilok yang dulu meninggal mendadak. Kemudian ia juga melihat sepupu ibu saya, untuk yang ini dia sedikit heran kok bisa, karena seingat dirinya sepupu ibu saya meninggal karena kecelakaan terjatuh dari angkot ketika hendak mendaftar SMA.
Ibu teman saya ini pun menceritakan apa yang dilihatnya kepada ibu saya. Lalu ibu menceritakan bahwa sepupunya sewaktu SMP selalu berangkat dan pulang lewat gang dekat toko furniture. Dengan kata lain terkena pasangan.

Rasa Penasaran

Salah seorang kerabat jauh penasaran, ia masih satu buyut dengan ibu, ia ingin membuktikan kebenaran hal tersebut. Pada malam-malam tertentu yang dianggap wingit, ia mengawasi dari kejauhan, dan benar saja orang-orang yang diduga memiliki pesugihan menebar sesuatu di setiap pertigaan.
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan kerabat ibu, salah seorang teman kakek lebih nekat lagi. Pada malam tertentu, ia mendatangi rumah-rumah yang diduga melakukan pesugihan, mengintipnya dari jendela. Pemandangan yang ia lihat sungguh mengagetkan, pesugihannya macam-macam ada yang ular, buta ijo, kera, dan lain-lain.

Pesugihan Monyet

Ilustrasi pesugihan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Waktu itu ibu dimintai tolong untuk mengurut anak yang tangannya patah. Awalnya ibu menolak untuk diajak ke rumah orang tua si anak tersebut, lebih baik datang saja ke rumah, tetapi orang tua si anak tidak mau. Akhirnya dengan terpaksa ibu datang ke rumah orang tersebut. Nah begitu memasuki pintu, ibu merasakan hawa yang tidak enak, seminep kalau istilahnya orang Jawa. Sepanjang urut ibu merasakan kehadiran monyet berseliweran.
ADVERTISEMENT
Malam harinya ibu mengalami mimpi, dalam mimpinya bapak dari bocah yang diurut oleh ibu berubah menjadi monyet. Belum sempat melarak, ibu terbangun dari mimpinya. Keesokan harinya ibu menceritakan mimpi tersebut kepada saya, ibu mengatakan bahwa Sabtu depan kerabat dari orang tersebut akan meninggal. Benar saja mertua dari orang tersebut meninggal.

Cerita Tragis

Ada kisah lainnya berkaitan dengan pesugihan di desa saya. Akhir 2021, rumah saya kedatangan tamu, kerabat dari ayah, ia bekerja menjadi penggali pasir. Menurut rumor yang beredar, bos tempat kerabat ayah dikenal memiliki pesugihan, dan sudah banyak korbannya. Bahkan korbannya bukan hanya orang lain, tetapi juga keluarga dekatnya, dan itu membuat gempar pada masanya.
Ibu merasakan hal aneh pada kerabat ayah tersebut, auranya negatif, namun ibu tidak mau mengorek informasi lebih lanjut. Kerabat ayah tersebut menceritakan bahwa dirinya disayang oleh bosnya, sering dipinjami uang. Ibu cuman memperingatkan kepada kerabat ayah tersebut untuk berhati-hati. Satu bulan kemudian terdengar kabar bahwa kerabat ayah tersebut meninggal terkena batu besar di lubang galian.
ADVERTISEMENT
Akhir 2022 ibu kedatangan pasien, ia sudah lama menderita sakit, namun ketika diperiksa ke dokter tidak ada yang aneh, dan anehnya ketika berada di rumah sakitnya makin parah. Pasien tersebut ternyata bertetangga dengan bos yang saya ceritakan. Ibu menebak apakah pada hari-hari tertentu sering ada kembang melati di depan rumah, dan beberapa kali rumahnya kemasukan hewan melata. Pasien tersebut pun mengatakan iya.
Ibu pun menyarankan kepada pasien tersebut, sebelum 40 hari harus sudah pindah rumah. Ia pun menurut perkataan ibu, sekarang tinggal bersama dengan anak sulungnya. Keesokan harinya ketika ibu hendak di pasar, ibu hampir saja keserempet oleh bos tersebut, padahal ibu jalannya sudah di pinggir. Menurut penuturan ibu, bos tersebut dari raut wajahnya menyimpan kemarahan terhadap ibu.
ADVERTISEMENT
Ketika bukit di desa saya sedang bergeliat, banyak orang berkemah di tempat tersebut. Bos tersebut memanfaatkan momentum tersebut, ia menaruh sesuatu di track menuju bukit. Alahasil banyak kejadian di luar nalar, mulai dari banyak orang kesurupan, tersesat, sampai penampakan. Sejak saat itu bukit tersebut menjadi sepi seperti dulu lagi.

Sekujur Tubuh Membiru

Kejadian ini terjadi sudah berpuluh tahun yang lalu. Dalpin namanya, ia bekerja menjadi seorang petani, ketika berangkat dan pulang dari sawah ia selalu melewati sawah milik seorang pedagang yang katanya memiliki pesugihan. Suatu siang ketika pulang, ia melihat ular besar sekali, berwujud setengah ular setengah manusia. Ia tersentak kaget, tatkala ular tersebut berbalik badan menuju arahnya. Ditambah lagi kepalanya merupakan seorang yang selama ini ia kenal yaitu pedagang yang katanya memiliki pesugihan.
ADVERTISEMENT
Dalpin pun berhasil selamat sampai rumah. Di rumah ia menceritakan kejadian yang dialaminya. Istrinya pun memperingatkan kepada Dalpin untuk tidak pergi ke sawah. Tetapi siang harinya, tepatnya wayah tanggung yaitu jam 11 siang Dalpin malah menuju ke sawah. Hingga sore hari Dalpin tidak kunjung pulang, kemudian orang beramai-ramai mencarinya, di sawahnya tidak ada.
Akhirnya Dalpin ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa pada, di pematang sawah milik pedagang. Kondisinya sangat tragis sekali, sekujur tubuh hitam membiru.
Pesan saya adalah jangan sekali-kali menyekutukan Tuhan. Tidak ada cara instan untuk menjadi kaya, kalau mau kaya ya berusaha dengan cara halal. Lebih baik sengsara di dunia, daripada sengsara di akhirat. Sengsara di dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sengsara di akhirat.
ADVERTISEMENT