Peristiwa Sinterklas Hitam dan Pemain Keturunan Timnas Indonesia

Malik Ibnu Zaman
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
14 April 2024 9:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Malik Ibnu Zaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/hadirin-sepak-bola-stadion-1866738/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/hadirin-sepak-bola-stadion-1866738/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Timnas Indonesia berhasil mengalahkan Vietnam dengan skor 3-0 pada laga lanjutan Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang berlangsung di Stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam, Selasa (26/3/2024) malam. Gol Timnas Indonesia diciptakan oleh Jay Idzes pada menit 9, Ragnar Oratmangoen pada menit ke 23, dan Ramadhan Sananta pada menit ke 98.
ADVERTISEMENT
Dengan hasil ini, Timnas Indonesia mengukuhkan kedudukannya di peringkat kedua Grup F dalam kualifikasi Piala Dunia 2026, mengumpulkan total tujuh poin dari empat pertandingan. Keberhasilan ini meningkatkan peluang Timnas Indonesia untuk maju ke tahap selanjutnya.
Keberhasilan ini menandai kemenangan pertama Timnas Indonesia di markas Vietnam setelah dua dekade tanpa kemenangan di sana. Selain itu, ini juga pertama kalinya Timnas Indonesia mencatat tiga kemenangan beruntun atas Vietnam dalam sejarah pertemuan antara kedua tim.
Komposisi pemain Timnas Indonesia sekarang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana sekarang banyak dihuni oleh pemain keturunan seperti Ragnar Oratmangoen, Thom Haye, Nathan Tjoe An, Jay Idzes, Rafael Struick, Ivar Jenner, Justin Hubner, Shayne Pattynama, Sandy Walsh, Jordi Amat, Elkan Bagot.
ADVERTISEMENT
Banyaknya pemain keturunan di Skuad Garuda tentu saja menimbulkan pro dan kontra. Terlepas dari itu, terdapat istilah entah itu satire atau apa, karena banyaknya pemain berdarah Belanda, munculah istilah Timnas rasa Hindia Belanda.
Kita tahu Timnas Hindia Belanda (East Dutch Indies) merupakan tim Asia pertama yang berpartisipasi dalam Piala Dunia, tepatnya di Piala Dunia 1938 yang digelar di Prancis. Tim ini dihuni oleh warga pribumi dan sebagian orang Belanda.
Keterkaitan antara pemain keturunan Belanda dengan Timnas Indonesia memang menarik untuk disimak, terlebih jika kita kaitkan dengan peristiwa sejarah yang dikenal dengan peristiwa Sinterklas Hitam.
Seandainya peristiwa tersebut tidak terjadi, bisa jadi sejak awal era sepak bola di Indonesia, kita akan menyaksikan dominasi atau setidaknya kehadiran signifikan pemain-pemain keturunan Belanda dalam susunan pemain tim nasional. Hal ini bukan tanpa alasan. Kita tahu bahwa hubungan historis antara Indonesia dan Belanda sangat panjang dan kompleks, menciptakan banyak kemungkinan interaksi sosial dan budaya, termasuk di bidang olahraga.
ADVERTISEMENT
Jika tidak ada peristiwa tersebut, saya kira tidak akan ada hambatan signifikan, baik politik maupun sosial, yang menghalangi pemain keturunan Belanda untuk berpartisipasi atau bergabung dengan Timnas Indonesia. Kita mungkin juga akan melihat Timnas Indonesia yang jauh lebih beragam sejak kelompok umur.
Peristiwa Sinterklas Hitam
Zwarte Sinterklaas, dikenal juga sebagai Sinterklas Hitam, adalah sebuah momen ketika puluhan ribu warga Belanda dan Indo-Belanda dideportasi dari wilayah Republik Indonesia. Sebagian besar dari mereka yang diusir tersebut belum pernah mengalami kehidupan di Belanda sebelumnya.
Sejak zaman Kolonial Belanda saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda hingga dekade 1957, tanggal 5 Desember menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak. Tanggal tersebut dikenal sebagai Hari Sinterklas, di mana anak-anak saling bertukar kado. Perayaan tersebut tidak hanya dirayakan oleh orang-orang Belanda saja, tetapi juga orang Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, pada tanggal 5 Desember 1957, tradisi yang seharusnya menyenangkan ini berubah menjadi tidak menyenangkan. Soekarno melarang perayaan tersebut, selain itu ia juga memerintahkan orang-orang Belanda dan Indo-Belanda untuk angkat kaki dari wilayah Republik Indonesia. Pada peristiwa tersebut terdapat 46 ribu orang Belanda baik keturunan atau bukan yang terusir. Soekarno menganggap orang-orang tersebut berbahaya
Saat itu hubungan antara Indonesia sedang panas-panasnya, pasalnya Belanda tak kunjung juga menyerahkan Papua Barat. Selain melakukan pengusiran dan juga pelarangan segala sesuatu yang berbau Belanda, Soekarno juga melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda.
Akibatnya sentimen anti-Belanda pun semakin kuat dan terjadi di mana-mana, mereka pun takut untuk keluar rumah. Sebelum ada instruksi dari Soekarno tersebut sebenarnya kan sentimen anti-Belanda ini sudah ada, misalnya di Masa Bersiap istilah yang disematkan Belanda untuk menyebut periode kekerasan terhadap orang-orang Eropa di Indonesia pada 1945-1946.
ADVERTISEMENT
Jika tidak ada peristiwa Sinterklas Hitam, maka sudah dari dulu kita akan melihat pemain Timnas Indonesia diisi oleh pemain-pemain keturunan Belanda dengan keterampilan dan pendidikan sepak bola yang mumpuni, dipadukan dengan kecepatan pemain lokal.