Apa Saja Perbedaan Kehamilan Ektopik dan Kehamilan Normal?

Konten dari Pengguna
14 Desember 2022 16:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mama Rempong tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perbedaan kehamilan ektopik dan kehamilan normal. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perbedaan kehamilan ektopik dan kehamilan normal. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kehamilan adalah masa yang sangat dinanti bagi banyak wanita ya, Ma. Kehamilan yang sehat diperlukan untuk perkembangan janin yang optimal. Sayangnya, tidak semua kehamilan yang dialami Mama-mama berjalan dengan lancar.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa Mama yang mengalami komplikasi, seperti misalnya kehamilan ektopik. Pada kehamilan ektopik, sel telur tertanam di tempat lain selain rahim, dan sering kali terjadi pada saluran tuba.
Kehamilan ini pun sangat berisiko bagi Mama dan janin. Jika Mama memaksakan kehamilan, dapat terjadi berbagai komplikasi yang membahayakan.
Lantas, apa saja perbedaan kehamilan ektopik dan kehamilan normal? Berikut penjelasan lengkapnya seperti yang diperoleh dari laman Embry Women Health.

Kehamilan Normal

Ilustrasi perbedaan kehamilan ektopik dan kehamilan normal. Foto: Pexels
Kehamilan normal adalah kondisi di mana embrio akan berkembang di dalam diri seorang wanita. Persalinan dapat terjadi 40 minggu dari haid terakhir, yaitu sekitar sembilan bulan. Terdapat tiga trimester yang akan dilalui para Mama dan setiap trimester terdiri dari 3 bulan.
ADVERTISEMENT
Trimester pertama adalah minggu pertama atau minggu ke 0 dan berakhir pada waktu minggu ke 12. Trimester kedua berkisar antara awal minggu 13 hingga minggu 15 dan berakhir pada minggu ke 27 atau 28. Sementara, untuk trimester ketiga dan terakhir dimulai antara minggu 28 atau 29 dan diakhiri dengan persalinan.

Kondisi Tubuh dalam Kehamilan Normal

Ilustrasi perbedaan kehamilan ektopik dan kehamilan normal. Foto: Pexels
Beberapa perubahan fisik lumrah terjadi pada tubuh wanita, seperti:

1. Mual dan/atau muntah

Morning sickness bisa datang kapan saja dan biasanya dimulai setelah satu bulan masa kehamilan. Ini terjadi karena perubahan kadar hormon. Mama yang dapat kondisi ini, harus tetap mengonsumsi asupan yang bergizi meskipun dalam jumlah kecil. Selain itu, Mama juga harus memperbanyak minum air putih.

2. Kelelahan

Pada awal kehamilan, kadar progesteron akan melonjak yang berarti tubuh ingin tidur atau beristirahat. Mama disarankan untuk beristirahat yang cukup dan mengonsumsi makanan yang bergizi, serta jangan lupa melakukan olahraga untuk mendapatkan energi.
ADVERTISEMENT

3. Payudara Bengkak dan Nyeri

Perubahan hormonal setelah pembuahan membuat payudara Mama menjadi nyeri dan bengkak. Hal ini akan berlangsung sampai tubuh dapat menyesuaikan diri dengan perubahan hormonal dalam tubuh.

4. Buang Air Kecil

Darah dalam tubuh akan meningkat selama kehamilan yang menyebabkan ginjal memproses cairan ekstra.

Perkembangan Embrio

Ilustrasi perbedaan kehamilan ektopik dan kehamilan normal. Foto: Pexels
Pada kehamilan normal, sel telur dan sperma bersatu dalam tuba falopi dan sel telur atau zigot yang telah dibuahi akan melakukan perjalanan menuju rahim yang bisa memakan waktu seminggu.
Pembelahan sel dimulai 24-36 jam setelah pertemuan sel betina dan jantan. Setelah perkembangan sel, zigot akan menempel pada dinding rahim. Proses ini disebut implantasi.
Setelah itu, sel-sel akan berkembang dalam perjalanan untuk membentuk bayi selama sepuluh minggu pertama kehamilan. Tubuh dan sistem saraf terbentuk, mulut, telinga, dan jari mulai juga mulai terbentuk. Tali pusat dan plasenta mulai berkembang. Plasenta menghubungkan embrio ke dinding rahim melalui tali pusar untuk mendapatkan nutrisi.
ADVERTISEMENT
Setelah usia kehamilan 10 minggu, embrio menjadi janin dan berukuran sekitar 30 mm. Tubuh bayi terus berkembang, dan detak jantung dapat didengar. Pertumbuhan maksimum terjadi selama minggu-minggu terakhir masa kehamilan, tepat sebelum kelahiran.
Selama kehamilan, USG akan membantu dokter melihat bayi dan memastikan kesehatan si kecil. Detak jantung bayi juga bisa didengar, dan pertumbuhannya bisa dilihat melalui ini.
USG dapat digunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi seperti masalah kesehatan bayi, janin kembar, kesehatan organ reproduksi wanita, kelainan plasenta seperti plasenta previa atau kehamilan ektopik.

Kehamilan Ektopik

Ilustrasi perbedaan kehamilan ektopik dan kehamilan normal. Foto: Pexels
Bagaimana dengan kehamilan ektopik? Ya Ma, kehamilan ektopik adalah komplikasi pada kehamilan di mana embrio menempel di luar rahim. Pada kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi menuju ke dinding rahim untuk implantasi. Namun, pada kehamilan ektopik, sel telur menempel pada area lain seperti tuba falopi.
ADVERTISEMENT
Biasanya ini dikenal sebagai kehamilan tuba. Perkembangan janin di dalam tuba falopi akan sulit, sebab tuba tidak seperti rahim yang dapat mengembang seiring perkembangan janin. Kehamilan ini bisa berbahaya dan risiko tinggi bagi janin dan Mama.

Tanda dan Gejala Kehamilan Ektopik

Ilustrasi perbedaan kehamilan ektopik dan kehamilan normal. Foto: Pexels
Kehamilan ektopik dapat memiliki gejala kehamilan yang khas, namun terdapat gejala lainnya, antara lain:
Peluang terjadinya kehamilan ektopik hanya 1 dari 8 kehamilan. Namun, untuk memastikan apakah kehamilan tersebut adalah ektopik atau tidak, dokter harus memeriksa gejala-gejalanya terlebih dahulu.

Penyebab Kehamilan Ektopik

Ilustrasi perbedaan kehamilan ektopik dan kehamilan normal. Foto: Pexels
Adapun penyebab terjadinya kehamilan ektopik karena beberapa faktor, sebagai berikut:
ADVERTISEMENT

Diagnosis dan Pengobatan

Ilustrasi perbedaan kehamilan ektopik dan kehamilan normal. Foto: Pexels
Untuk membantu mendiagnosa kehamilan ektopik, Mama akan diminta untuk melakukan tes darah, USG dan pemeriksaan panggul. Jika Mama mengalami kehamilan ektopik, tingkat HCG dan progesteron dapat menunjukkan tanda dari kehamilan tersebut.
Setelah diagnosis dikonfirmasi, dokter perlu menetapkan rencana perawatan dan memberikan obat-obatan untuk menyelamatkan tuba falopi jika kehamilan belum berkembang terlalu jauh.
Jika tuba pecah atau terjadi pendarahan, maka dokter akan melakukan operasi pengangkatan. Setelah operasi, tingkat hCG harus mencapai nol untuk memastikan tidak ada jaringan ektopik yang tersisa.
(ANS)