Konten dari Pengguna

Cerita Dongeng Pendek "Malin Kundang"

3 Juni 2021 15:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 4 September 2024 14:16 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mama Rempong tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Cerita Dongeng Pendek "Malin Kundang". Foto: Pinterest
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Cerita Dongeng Pendek "Malin Kundang". Foto: Pinterest
ADVERTISEMENT
Cerita dongeng pendek kali ini datang dari salah satu cerita rakyat di Sumatera Barat. Mama yakin Mama-Mama juga pasti sudah hafal banget dengan ceritanya. Cerita dongeng pendek ini berjudul “Malin Kundang”.
ADVERTISEMENT
Cerita dongeng pendek "Malin Kundang" dapat mengajarkan banyak hal kepada anak-anak kita dengan kandungan pesan moral di dalamnya. Untuk itu, Mama akan membagikan cerita tersebut di artikel kali ini agar Mama-Mama hanya perlu membacakannya kepada anak di rumah. Selamat membaca, Ma!

Cerita Dongeng Pendek “Malin Kundang”

Alkisah, di pesisir pantai daerah Sumatera Barat, hiduplah seorang ibu bersama anak kesayangannya yang bernama Malin. Sejak suaminya meninggal, Ibu Malin harus berjuang mati-matian untuk menghidupi Malin. Meskipun begitu, ia tetap merasa bahagia karena Malin merupakan anak yang penyayang. Dia juga sangat manja. Malin akan selalu menemani ibunya bekerja menjual ikan.
Semakin hari, Malin semakin beranjak dewasa. Ia merasa sudah saatnya untuk menggantikan ibunya bekerja. Namun, Malin memiliki keinginan lain ketika melihat banyak teman sebayanya bisa kaya raya dalam waktu cepat setelah berjualan di kota.
Ilustrasi Pantai dalam Cerita Dongeng Pendek "Malin Kundang". Foto: Freepik
“Mak, Malin ingin merantau ke kota seberang. Malin akan menghasilkan banyak uang untuk Emak dari sana.” Ibu Malin sangat terkejut mendengar keinginan putra kesayangannya itu.
ADVERTISEMENT
“Jangan, Malin. Tetaplah di sini bersama Emak. Emak tidak ingin ada hal buruk yang menimpamu jika merantau ke kota.”
Malin berupaya meyakinkan ibunya bahwa ia akan baik-baik saja di kota. Dengan hati yang gelisah, Ibu Malin melepaskan putranya yang hendak merantau.
“Hati-hati di sana ya, Nak. Jangan lupa untuk cepat pulang.” Ibu Malin memeluk Malin dengan sangat erat. Dia melambaikan tangan di tepi Pantai Air Manis untuk mengantarkan kepergian Malin.
Beberapa lama kemudian, Malin tidak kunjung pulang ke rumah. Bertahun-tahun, ibunya hanya hidup sendirian. Hingga pada suatu hari, Ibu Malin mendapatkan kabar dari salah satu anak temannya yang juga merantau di kota seberang.
“Malin sudah menikah dengan putri seorang bangsawan, Bu. Dia tidak mungkin akan kembali ke sini,” jelas anak teman Ibu Malin yang baru saja kembali dari kota seberang.
ADVERTISEMENT
“Tidak, Malin pasti akan kembali.”
Dua bulan kemudian, Istri Malin yang sedang hamil mengidamkan berlibur ke Pantai Air Manis. Karena sangat menyayangi istrinya, Malin mengabulkan permintaan istrinya itu. Di dalam perjalanan, Malin teringat dengan ibunya. Malin merasa malu jika ia harus mengenalkan ibunya kepada istrinya.
Saat kapal mereka sudah menepi di pinggir pantai, Ibu Malin yang sedang berjualan ikan melihat anaknya dari kejauhan. Ia sangat yakin itu adalah Malin. Sang ibu bergegas berlari dan memeluk tubuh Malin.
“Lepaskan! Siapa kau?” Ibu Malin terkejut ketika tubuhnya didorong oleh Malin.
“Malin, ini aku, ibumu.”
“Ibu? Apa perempuan lusuh ini ibumu? Kenapa kau berbohong, Malin? Kau bilang kau anak bangsawan sepertiku!” Istri Malin sangat marah menemukan kebohongan Malin yang terungkap.
ADVERTISEMENT
“Tidak, dia bukan ibuku!”
Malin bersikeras tidak mengakui ibunya. Ia bahkan menarik tubuh istrinya untuk meninggalkan pantai.
Ibu Malin merasa sangat sedih sekaligus marah. Iapun berdoa kepada Tuhan dan menyumpahi Malin agar dikutuk menjadi batu.
Langit bergemuruh setelah doa itu terdengar.
Ilustrasi Badai dalam Cerita Dongeng Pendek "Malin Kundang". Foto: Freepik
Malin menyesali perbuatan yang ia lakukan kepada ibunya.
“Ibu maafkan anakmu yang durhaka ini!”
Teriakan Malin sia-sia karena tidak lama setelahnya, kapal Malin terombang-ambing oleh ombak hingga karam dan terpecah.
Keesokan paginya, semua orang di Pantai Air Manis terkejut menemukan banyak kepingan kapal yang berserakan. Namun, mereka lebih terkejut saat menemukan batu berbentuk manusia tengah bersujud.
Kutukan Ibu Malin menjadi nyata. Ia menemukan anaknya yang ia kutuk menjadi batu. Ibu Malin menangis dan menyesali ucapannya.
ADVERTISEMENT
Selesai.
Itulah Ma, cerita dongeng singkat “Malin Kundang” yang berasal dari Sumatera Barat. Batu Malin Kundang bahkan dapat kita temukan langsung lho di Pantai Air Manis, Sumatera Barat. Dari cerita ini, Mama-Mama juga bisa mengajarkan pesan moral yang terkandung di dalamnya kepada anak.
Dari cerita dongeng singkat “Malin Kundang”, kita diajarkan untuk tidak boleh durhaka pada orang tua karena bagaimana pun mereka adalah orang yang paling berjasa bagi kehidupan kita.
Bagaimana, Ma? Menarik banget, kan? Semoga cerita dongeng singkat ini bermanfaat bagi Mama-Mama, ya.
(TMA)