Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Alasan Mengapa Gereja di Bunaken Pakai Toa Sampai Malam Sehingga Diprotes WNA
1 September 2023 20:28 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
BITUNG - Ketua Pria Kaum Bapa (PKB) GMIM, Maurits Mantiri, akhirnya angkat bicara terkait dengan suara toa (pengeras suara ) gereja di Bunaken yang menggalang dana hingga malam hari, dan akhirnya diprotes oleh WNA yang sedang berlibur di pulau tersebut.
ADVERTISEMENT
Maurits yang juga Wali Kota Bitung, menjelaskan jika alasan pengoperasian toa gereja hingga larut malam, dikarenakan masyarakat di pulau Bunaken kebanyakan adalah nelayan, yang baru selesai beraktivitas melaut pada malam hari.
Hal inilah yang kemudian diambil kebijakan jika pencarian dana baru akan dimulai pada malam hari. Adapun pencarian dana dilakukan lewat Pilpen atau Pilihan Pendengar, di mana jemaat yang menyumbang akan request lagu yang kemudian diputar di toa gereja.
Menurut Maurits, cara yang mirip dengan di radio ini juga dilakukan oleh banyak gereja di Sulawesi Utara (Sulut) saat pencarian dana pembangunan sejak dulu.
"Khusus di Bunaken, Pilpen itu dilaksanakan sampai tengah malam karena kebiasaan masyarakat di sana yang adalah nelayan, selalu pulang hingga larut malam atau bahkan pagi hari. Nah itulah situasi dan kondisi di Bunaken," kata Maurits.
ADVERTISEMENT
Maurits kemudian mengambil contoh di Kota Bitung, di mana pelaksanaan Pilpen diadakan pagi hari atau sore hari. Walaupun diakuinya secara konstitusional sudah pernah ditegur oleh BPMS Sinode GMIM, karena dianggap tidak sesuai.
"Itulah semua sudah menjadi karakter kita masing-masing. Cara Pilpen itu adalah kebijakan lokal dari masing-masing jemaat dan gereja, karena Pilpen itu juga pendapatan. Yah kita tak bisa larang," kata Maurits.
Sebelumnya, Maurits menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada WNA yang merasa terganggu dengan suara toa dari gereja yang ada di Pulau Bunaken, Kota Manado, saat penggalangan dana pembangunan hingga larut malam.
Menurut Maurits, sebagai manusia yang diajarkan tentang kasih, harus bisa memberikan maaf kepada sesama. Apalagi, sebelumnya WNA tersebut telah meminta maaf lewat pernyataan yang dibacakan di kantor Imigrasi beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
febry kodongan