Bertemu Naruto, Monyet Selfie Asal Sulawesi Utara yang Gemparkan Dunia

Konten Media Partner
13 Maret 2019 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Naruto, monyet hitam berjambul Sulawesi yang di potret tahun 2011 (foto: wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Naruto, monyet hitam berjambul Sulawesi yang di potret tahun 2011 (foto: wikimedia commons)
ADVERTISEMENT
NARUTO yang satu ini bukanlah tokoh manga asal Jepang yang menguasai silat. Naruto ini adalah nama Monyet Hitam Berjambul Sulawesi (Macaca Nigra), atau dikenal dengan Yaki, yang tinggal di Cagar Alam Tangkoko, Batuangus, Kota Bitung Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
Naruto sempat menggegerkan dunia, karena fotonya yang diambil David J. Slater, seorang fotografer alam liar asal Inggris, pada tahun 2011, menjadi viral karena seolah-olah tengah melakukan selfie dan senyum. Foto ini juga menjadi sejarah, karena masuk ke pengadilan hak cipta.
Setelah 8 tahun, bagaimana kondisi Naruto di Cagar Alam Tangkoko Batuangus, Kota Bitung, Sulawesi Utara?
Foto Naruto yang diambil pada 6 Maret 2019 di Cagar Alam Tangkoko Batuangus, Kota Bitung, Sulawesi Utara (foto: fine/isa)
Rabu (6/3) pagi hari, tak jauh dari Pos I di Cagar Alam Tangkoko, ada satu ekor Yaki, sendirian tengah bermain di atas motor yang di parkir. Sesekali dia memainkan helm yang ada di atas motor.
Saat di dekati, Yaki itu pergi menjauh tapi tak menghilang. Dia duduk diatas batang pohon yang tergeletak di jalan. Saat diambil foto, Yaki itu hanya diam.
ADVERTISEMENT
Yaki yang dipotret itu akhirnya diketahui merupakan Naruto, monyet selfie yang terkenal tersebut. Hal ini diketahui setelah Peneliti Macaca Nigra Project, Dwi Yandhi Febriyanti ditunjukan foto yang diambil.
Foto terbaru Naruto yang diambil 6 Maret 2019 di Cagar Alam Tangkoko Batuangus, Kota Bitung, Sulawesi Utara (foto: fine/isa)
Menurut Febriyanti, dirinya mudah mengenal Naruto. Bukan karena terkenal, tetapi lebih ke alasan ilmiah, yakni seluruh Monyet Hitam Sulawesi atau dikenal Yaki, memiliki perbedaan satu antara yang lain.
"Jadi semua Yaki punya perbedaan. Wajah, hidung, mulut hingga bokong merahnya semua punya ciri khas tersendiri yang berbeda satu sama lain. Yaki, adalah primata spesial," kata Febriyanti.
Febriyanti sendiri mengungkapkan, di Cagar Alam Tangkoko, para peneliti telah memberikan nama masing-masing untuk Yaki yang ada.
"Saat ini populasi Yaki terancam punah kalau kita tidak lestarikan. Ini adalah primata endemik sulawesi. Data yang ada tahun 2012 lalu, ada 5ribuan Yaki, terproteksi hanya sekira 2ribuan," kata Febriyanti kembali.
ADVERTISEMENT
isa anshar jusuf