Konten Media Partner

Cerita Warga Saat Erupsi Gunung Ruang: Lari ke Bukit dan Sembunyi di Saluran Air

18 April 2024 16:36 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi terkini Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, Kamis (18/4) pukul 14.00 Wita.
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi terkini Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, Kamis (18/4) pukul 14.00 Wita.
ADVERTISEMENT
SITARO - Erupsi Gunung Ruang di Pulau Ruang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (Sulut), menyisakan cerita mendebarkan untuk warga di daerah dengan sebutan 47 pulau tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak hanya warga di Pulau Ruang saja, warga di Pulau Tagulandang yang ikut terdampak erupsi Gunung Ruang pada Rabu (17/4) malam, juga punya kisah yang pastinya akan diingat mereka hingga beberapa waktu ke depan.
Seperti yang disampaikan Trisye Salindeho, warga Kelurahan Bahoi, Kecamatan Tagulandang, yang wilayahnya berada di radius 6 kilometer dari kawah Gunung Ruang. Artinya, mereka terdampak lontaran batu pijar saat gunung tersebut meletus atau erupsi.
Menurut Trisye, dirinya bersama keluarga, saat mulai terjadi erupsi besar pada malam hari, langsung memilih untuk melakukan evakuasi mandiri, ke luar dari rumah dan berlari ke arah bukit agar terhindar dari lava pijar maupun ancaman tsunami yang bisa sewaktu-waktu terjadi.
Namun, ternyata lari ke bukit juga bukan solusi baik, karena lontaran batu pijar ikut menyasar tempat perlindungan mereka. Alhasil, Trisye bersama keluarganya dan juga beberapa warga yang sama-sama lari ke bukit, memilih berlindung dengan masuk ke selokan air.
ADVERTISEMENT
"Saat pertama erupsi, kami lari ke arah bukit. Tapi, ancaman batu pijar masih ada. Untuk berlindung, kami kemudian memilih bersembunyi di saluran air agar tidak berada di tempat terbuka secara langsung," ujar Trisye, Kamis (18/4) saat dihubungi.
Menurut Trisye, saat itu, ada banyak warga yang terkena batu pijar, termasuk salah satu anaknya. Namun menurutnya, tidak ada cedera serius, mengingat batu yang dilontarkan masih kecil.
Ketika kondisi mulai reda, Trisye bersama keluarga langsung diajak untuk mengungsi ke wilayah Desa Lesah Rende yang masih berada di Pulau Tagulandang, tapi jauh dari radius dampak erupsi.
"Kami kemudian memilih pindah ke Desa Lesah Rende. Puji Tuhan kondisi semua dalam keadaan selamat sampai saat ini," ucapnya.
ADVERTISEMENT
"Semoga sudah tidak ada lagi letusan atau erupsi. Kami terus berdoa dan juga minta topangan doa dari warga di seluruh Sulawesi Utara agar erupsi Gunung Ruang akan cepat berhenti," kata Trisye kembali.
franky salindeho