Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Harga Tomat Membaik Bikin Nilai Tukar Petani di Sulut Naik Jadi 116,51 Persen
4 Desember 2024 18:16 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
MANADO - Harga tomat yang membaik di bulan November 2024, tak hanya mendorong terjadinya inflasi , tetapi juga berdampak baik untuk Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Utara (Sulut).
ADVERTISEMENT
Bersama dengan komoditas kelapa, tomat menjadi komoditas utama penyumbang kenaikan 3,05 persen Indeks Harga Terima Petani (It) di Sulut, sehingga It menjadi 140,20 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Aidil Aidha, mengatakan jika NTP pada bulan November 2024 naik 2,86 persen menjadi 116,51 dibandingkan dengan bulan Oktober yang bernilai 113,27.
Menurutnya, perubahan NTP dikarenakan nilai Indeks Harga yang diterima Petani (It) mengalami kenaikan lebih tinggi dibanding nilai Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib).
"Indeks Harga yang diterima Petani (It) naik sebesar 3,05 persen sementara Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) naik hanya sebesar 0,18 persen," ujar Aidil.
Lebih lanjut, Aidil menjelaskan jika dilihat secara Year to Date (YTD) atau tahun kalender, NTP mengalami kenaikan sebesar 3,25 persen. Sementara itu, NTP secara Year on Year (YoY) atau tahun ke tahun juga naik 3,00 persen.
ADVERTISEMENT
"Sejalan dengan NTP, Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) juga mengalami kenaikan sebesar 3,00 persen, dari nilai 115,33 pada bulan Oktober menjadi 118,79 pada bulan November," ujar Aidil lagi.
Sementara itu, untuk wilayah perdesaan terjadi inflasi bulanan dari konsumsi rumah tangga sebesar 0,23 persen. Semua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga mengalami inflasi kecuali kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Lainnya, kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, dan kelompok Pendidikan yang nilainya cenderung stabil.
"Inflasi bulanan tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 0,31 persen," kata Aidil menambahkan.