Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
ADVERTISEMENT

Tiga bulan berturut-turut menjadi Provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi se-Indonesia, Sulawesi Utara akhirnya menutup tahun 2019 dengan deflasi. Dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara, pada Desember 2019, terjadi deflasi 1,88 persen.
ADVERTISEMENT
Dalam rilis tersebut, terjadinya deflasi disebabkan oleh penurunan indeks pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 8,28 persen, kelompok sandang 0,22 persen, kelompok kesehatan 0,13 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,03 persen.
Kepala BPS Sulut Ateng Hartono mengatakan, sebenarnya di Sulawesi Utara, terjadi peningkatan indeks pada kelompok pengeluaran transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 2,31%, kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,05%, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,03%.
"Namun, dalamnya penurunan indeks pada kelompok pengeluaran bahan makanan mengakibatkan akhir tahun 2019 mengalami deflasi," tutur Ateng, Kamis (2/1).
Ateng juga menjelaskan, komoditas yang memberikan sumbangan inflasi terbesar adalah angkutan udara sebesar 0,2972%, bawang merah sebesar 0,1140%, kendaraan sewa sebesar 0,0546%, dan beberapa komoditi lainnya.
ADVERTISEMENT
"Dalamnya deflasi di Desember, menjadikan Sulut sebagai daerah yang paling tinggi mengalami deflasi di Sulawesi," ujar Ateng.
Sekadar diinformasikan, untuk tahun 2019, BPS Sulut mencatat inflasi tahun kalender sebesar 3,52% dan inflasi secara year on year sebesar 3,52%.
manadobacirita