Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Tradisi Maleman Warga Jawa Tondano di Minahasa Saat 10 Malam Terakhir Ramadhan
19 April 2023 19:45 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
MINAHASA - Sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan diyakini oleh umat muslim yang berpuasa sebagai malam akan turunnya Lailatul Qadar , yang merupakan malam terbaik di bulan Ramadhan, di mana ibadah di malam itu setara dengan ibadah seribu bulan.
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW menghidupkan malam-malam tersebut dengan beribadah, salat zikir dan amalam lainnya hingga waktu fajar di malam-malam tersebut.
Maleman dilaksanakan di malam-malam ganjil yaitu malam 21 (Selikur), 23 (Telulikur), 25 (Selangkung), 27 (Pitulikur) dan malam 29 (Songolikur), yang diyakini sebagai malam akan turunnya Lailatul Qadar.
"Di Kampung Jawa Tondano, Maleman dilaksanakan pada tiga malam ganjil, di mana ada dua lingkungan yang akan ditugasi membawa ambeng ke masjid secara bergantian," kata Ridwan Nurhamidin, salah satu tokoh muda di Jawa Tondano.
ADVERTISEMENT
Dikatakan Ridwan, Ambeng dibawa dalam anca atau sosiru, dan dibagikan kepada jemaah masjid khusus pada anak-anak untuk kemudian disantap bersama. Ambeng sendiri berisi banyak penganan, nasi dan lauk pauk.
"Tradisi ini juga bertujuan agar anak-anak lebih dekat dengan masjid," kata Ridwan kembali.
Kampung Jawa Tondano sendiri berada di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Lokasi ini merupakan daerah di Minahasa yang mayoritas penduduknya adalah umat muslim.
manadobacirita