Viral, Dugaan Kelalaian di Bandara Sam Ratulangi Sebabkan Lansia Meninggal

Konten Media Partner
10 Januari 2023 14:13 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jonas Massie, lansia berusia 88 tahun mendapatkan pertolongan dari sesama penumpang pesawat, usai dirinya terjatuh di lantai ruang tunggu Bandara Sam Ratulangi. (foto: capture video)
zoom-in-whitePerbesar
Jonas Massie, lansia berusia 88 tahun mendapatkan pertolongan dari sesama penumpang pesawat, usai dirinya terjatuh di lantai ruang tunggu Bandara Sam Ratulangi. (foto: capture video)
ADVERTISEMENT
MANADO - Jonas Massie seorang Lansia berusia 88 tahun asal Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara (Minut) yang meninggal dunia di ruang tunggu lantai 2 Bandara Sam Ratulangi Manado, 19 Desember 2022 lalu menyimpan kekecewaan mendalam dari pihak keluarga.
ADVERTISEMENT
Keluarga menduga ada kelalaian yang dilakukan pihak Bandara Sam Ratulangi Manado dalam hal ini Angkasa Pura, sehingga menyebabkan kematian lansia yang seorang veteran tersebut.
Sempat tak diekspos, akhirnya keluarga angkat bicara terkait kasus ini setelah pihak Angkasa Pura di beberapa kesempatan tak mau mengakui jika ada kelalaian yang terjadi sehingga korban meninggal saat menunggu keberangkatan pesawat yang akan ditumpanginya ke Jakarta.
Lewat sebuah unggahan video di media sosial, akun facebook Fanny Eya Andreas dan akun tiktok @eyaandreas, anak korban, dirinya kemudian menceritakan kekecewaan akan kematian ayahnya yang terlebih dahulu sempat pingsan dan memiliki luka berdarah di bagian pelipis dan hidungnya.
Di video itu, Fanny mengatakan jika pihak Bandara Sam Ratulangi lalai dalam melayani dan memberikan fasilitas prioritas untuk ayahnya yang sudah berusia 88 tahun. Salah satu yang paling fatal adalah tak memberikan bantuan kursi roda dari lokasi check in hingga ke tempat akhirnya beliau meninggal.
ADVERTISEMENT
"Ayah kami yang berusia 88 tahun harusnya menggunakan kursi roda ke ruang tunggu, tapi tak diberikan karena dianggap masih kuat berjalan," kata Fanny.
Pihak keluarga juga menyayangkan pihak petugas Bandara yang dianggap membuat pernyataan palsu dengan mengatakan keluarga tidak meminta kursi roda untuk ayah mereka. Padahal sangat jelas, mereka meminta kursi roda tapi tak diberikan, sehingga akhirnya pihak petugas mau menemani ayahnya dari tempat check-in hingga ke ruang tunggu.
"Kematian papa kami dianggap bukan kelalaian karena 2 stafnya kini berubah informasi dan berbohong katanya keluarga tidak minta kursi roda. Padahal ada durasi argumen 7 menit karena video call dengan saya. Mereka mengaku akan menjaga dan mengantar papa kami dengan aman meski kursi roda tidak dikasih," cerita Fanny di akun media sosialnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Fanny juga menyampaikan jika saat CCTV diperlihatkan, mereka menemukan jika seorang lansia berusia 88 tahun dipaksa berjalan kaki tanpa kursi roda dari tempat check in ke ruang tunggu dengan cepat karena harus mengikuti langkah dari dua petugas yang mendampingi.
"Setelah CCTV diperlihatkan, nampak papaku sehat dan semangat. Namun dia jalan dari periksa tiket ke waiting room gate 3 hanya 6 menit, untuk mengikuti langkah yang mengantar yang berjalan agak jauh dari papaku. Setelah duduk 5 menit papaku jatuh, karena kecapekan," tutur Fanny.
Tak sampai di situ, saat pertemuan yang digelar, pihak KKP mengakui melakukan pertolongan selama 20 menit dibantah oleh keluarga. Dalam CCTV terlihat hanya lima sampai enam menit saja upaya pertolongan yang dilakukan seadanya tanpa alat medis.
ADVERTISEMENT
"Kami harapkan ini menjadi perhatian serius agar tidak ada lagi papa-papa lainnya yang meninggal hanya karena kelalaian," kata Fanny kembali.
Pihak Bandara Sam Ratulangi sendiri membantah adanya kelalaian yang mengakibatkan seorang lansia meninggal dunia. Dalam konferensi pers yang digelar Selasa (10/01) di kantor cabang PT Angkasa Pura I Manado, mereka menyebutkan pihak keluarga tidak pernah meminta kursi roda ke petugas bandara.
Konferensi Pers yang dihadiri GM Angkasa Pura I Manado, Minggus G, pihak KKP, pihak maskapai Lion Air, Otoritas Bandara dan juga dokter jaga saat kejadian, disebutkan jika berdasarkan laporan petugas POTS jika, pihaknya sudah meminta agar pendamping melapor ke meja check-in untuk mendapatkan pendampingan, tapi tak diiyakan oleh pendamping.
ADVERTISEMENT
"Berdasarkan informasi petugas POTS yang saat itu bertugas, petugas POTS menyarankan kepada pendamping untuk melapor kembali ke meja check-in counter agar Almarhum didampingi oleh petugas maskapai. Namun demikian, pendamping menolak untuk melapor kembali ke meja check-in counter maskapai," bunyi pernyataan pihak Angkasa Pura.
"Bahwa setelah terdapat sedikit silang pendapat antara pengantar dengan petugas POTS yang menjelaskan mengenai aturan orang yang dapat memasuki area steril dan pendampingan penumpang, pada akhirnya pada sekitar pukul 08.32 WITA Almarhum memasuki area steril dan kemudian berjalan dengan ditemani oleh seorang petugas POTS (Team Leader), yang kebetulan pada saat itu akan menuju ke area Gate 3 untuk mengambil data manifesto," pihak Angkasa Pura menjelaskan.
febry kodongan
ADVERTISEMENT