Konten dari Pengguna

Menelisik Peranan Ibu Negara dalam Kesuksesan Presiden Indonesia

Mandhalika Cantikarahma
Mahasiswi S-1 Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada
14 Juni 2023 10:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mandhalika Cantikarahma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kunci jadi pemimpin. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kunci jadi pemimpin. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Gerak gerik pejabat pemegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan atau Presiden saat ini tidak lepas dari perhatian publik. Sebagai pemimpin negara, cara Presiden berinteraksi, berkomunikasi, bersikap, dan bertindak pasti akan selalu menjadi sorotan.
ADVERTISEMENT
Bahkan tak hanya itu, masyarakat dan media turut memperhatikan keberadaan sosok yang selalu berada di sekitar Presiden. Sosok tersebut adalah keberadaan Ibu Negara.
Ibu Negara dinilai masyarakat sebagai sosok yang mengayomi bangsa. Ibu Negara merupakan representasi dari sebuah negara di mana tindak tanduknya serta hal-hal yang dilakukannya pasti memancing anggapan orang mengenai keadaan suatu negara.
Ibu Negara menjadi support terbesar dibalik kegiatan seorang pemimpin negara. Sebagai wanita nomor satu di Indonesia, banyak keputusan ataupun kebijakan yang diambil Presiden dengan campur tangan Ibu Negara.
Ilustrasi pasangan suami istri. Foto: Shutterstock
Tentu saja, alasan ini menjadi alasan yang cukup krusial perihal pentingnya keberadaan Ibu Negara, mengingat pengambilan keputusan demi kesejahteraan masyarakat Indonesia merupakan hal yang sulit dan penuh pertimbangan.
ADVERTISEMENT
Dilansir The Conversation, secara umum penelitian dan pengkajian tentang diplomasi Ibu Negara masih terbatas dan tidak terlalu banyak dibicarakan karena secara tidak langsung kebanyakan dari Ibu Negara merupakan istri sah dari seorang Presiden.
Upaya dan efek diplomatik Ibu Negara, serta jasa mereka untuk kepentingan nasional negaranya belum banyak diberitakan dan diakui. Hal ini dapat dipahami mengingat Ibu Negara biasanya tidak memiliki tugas konstitusional resmi yang tercatat dalam wewenang sebagai Ibu Negara dalam Undang-undang selain peran seremonial.
Akan tetapi, kehadiran Ibu Negara dalam kegiatan diplomasi jelas menunjukkan terbukanya emansipasi wanita di kancah politik yang didominasi oleh laki-laki.
Presiden Pertama Indonesia Sukarno bersama istrinya Fatmawati (kanan), putra mereka Guntur (kedua dari kanan) dan putrinya Megawati (kedua dari kiri). Foto: AFP
Gaya Ibu Negara yang lebih feminim atau keibuan dapat dianggap membantu ‘melembutkan’ watak keras suami mereka yang merupakan seorang Presiden. Ibu Negara juga turut andil dalam membangun citra nasional suatu negara.
ADVERTISEMENT
Pentingnya unsur Ibu Negara dalam kemajuan Indonesia bisa ditelaah dari sisi historis Ibu Negara pertama hingga Ibu Negara yang sekarang sedang mendampingi Presiden di era sekarang.
Fatmawati adalah Ibu Negara pertama yang bersanding dengan bapak Presiden Soekarno di era 1945-1967. Ibu Fatmawati acap kali pun menjadi rekan dialog dengan Soekarno tentang konsep-konsep kebangsaan negara, dan beliau pula berjasa besar pada upaya persiapan detik-detik kemerdekaan NKRI.
Yang kedua, ada Ibu Fatimah Siti Hartinah atau yang akrab disapa dengan panggilan Ibu Tien yang merupakan Ibu Negara dan istri dari Presiden ke-dua Republik Indonesia, Soeharto.
Foto Soeharto dan Ibu Tien di Rumah Cendana. Foto: Abdul Latif/kumparan
Ibu Tien pun pernah bergabung dengan unit Laskar Putri Indonesia, organisasi wanita yang memiliki tujuan untuk mengerahkan kekuatan demi menyokong dan men-support pasukan tentara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, adalah Ainun Habibie yang merupakan Ibu Negara ketiga Indonesia yang dikenal akan kesederhanaannya dan kisah cintanya dengan Bapak Habibie yang begitu luar biasa.
Sikapnya yang begitu peduli kepada masyarakat diwujudkan dengan mendirikan beberapa yayasan sosial, antara lain Bank Mata bagi penyandang Tunanetra dan Yayasan Beasiswa Orbit. Cinta dan kasih beliau yang begitu murni jelas sangat membekas dalam hati masyarakat Indonesia.
Ibu Negara Republik Indonesia keempat pada periode 1999-2001 ini adalah seorang aktivis hak-hak perempuan yang dikenal sebagai Ibu Sinta Nuriyah.
Ani Yudhoyono bersama kedua putranya, Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono. Foto: Instagram/@aniyudhoyono
Mantan anggota Dewan Perempuan Indonesia (Kowani) dan anggota Komisi Nasional Kedudukan Perempuan, Shinta Nurya adalah seorang advokat yang sangat vokal untuk hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi dan peduli dengan pemberdayaan perempuan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2000, istri Presiden Abdurrahman Wahid ini mendirikan Yayasan Puan Amar Hayati yang juga merupakan pesantren gerakan perempuan Indonesia. Kristiani Herrawati, Ibu Negara dan istri Presiden ke-enam Republik Indonesia, merupakan seseorang yang dikenal sebagai penggemar fotografi.
Karya fotografinya mendapat sambutan hangat dari banyak pecinta fotografi. Ibu Ani Yudhoyono juga telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan negara dengan aktif di berbagai organisasi seperti National Women's International Club, Dewan Kerajinan Nasional, dan Persatuan Istri Purnawirawan.
Dalam pengalaman hidupnya, Ibu Ani sangat aktif dalam mengimplementasikan kebijakan untuk program-program perempuan Keluarga Sehat Sejahtera dan Indonesia Kreatif (PERKASSA) dan mempromosikan pengembangan dan kredit UKM Mikro-Indonesia.
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi tiba di Hiroshima, Jepang, Jumat (19/5/2023). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Dan yang terakhir ada Ibu Iriana, selaku Ibu Negara kita yang sekarang. Istri Presiden Joko Widodo ini selalu membuat kesan sederhana di setiap tampilannya.
ADVERTISEMENT
Iriana Jokowi aktif dalam kerja Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan memiliki ketertarikan yang kuat terhadap isu-isu yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, seperti Pemberdayaan dan Kesejahteraan Masyarakat.
Ibu Iriana juga terkenal akan kehadirannya yang mendampingi Presiden Jokowi ke medan perang dan memberikan bantuan kemanusiaan ke sebuah rumah sakit di Ukraina banyak mendapat tepuk tangan dari masyarakat Indonesia di media sosial.
Banyak pakar hubungan internasional dan hukum melihat kehadirannya sebagai pesan simbolis bahwa Indonesia dapat membawa harapan persahabatan, yang dapat menjadi langkah awal untuk membuka pembicaraan damai.
Ibu Negara Iriana Joko Widodo mewarnai kerajinan anyaman saat Spouse Program KTT G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (15/11/2022). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO
Dengan langkah ini, diplomasi Iriana menjadi upaya untuk memperkenalkan identitas Indonesia kepada masyarakat dunia, dan membentuk citra Indonesia sebagai negara yang terbuka dan bersahabat.
ADVERTISEMENT
Hal ini penting bagi Indonesia yang tahun ini menjadi presiden G20. Dengan melakukan itu, Indonesia memiliki tujuan untuk memproyeksikan diri sebagai perantara perdamaian yang mengundang Ukraina dan Rusia ke KTT G20 di Bali November ini.
Secara keseluruhan, diplomasi Ibu Negara jelas dapat melengkapi diplomasi konvensional oleh kepala negara sebagai representasi otoritatif negara.
Ibu Negara dapat memainkan peran penting dalam strategi diplomatik untuk meningkatkan persahabatan antar negara. Ibu negara seharusnya tidak lagi dianggap tidak bersuara dan hanya menjalankan peran seremonial.
Mereka harus dan layak menjadi aktor aktif dalam diplomasi internasional. Selain itu, agar lebih bermakna dan langkahnya lebih berarti, Ibu Negara harus memiliki kekuatan untuk memperkuat komitmen negara dalam menegakkan pemberdayaan dan kemajuan perempuan.
ADVERTISEMENT
Suatu pepatah mengatakan bahwa, di belakang seorang pria hebat pasti akan selalu ada peran seorang wanita yang hebat. Bukti bahwa banyaknya hal yang telah diusahakan Ibu Negara demi membantu kinerja suaminya telah membuktikan benarnya pepatah tersebut.
Selain rasa tanggung jawab, partisipasi Ibu Negara juga didasari rasa cinta dan pengabdian untuk sang suami. Anggapan bahwa cinta adalah penghalang kesuksesan dalam kepemimpinan diri seseorang jelas anggapan yang salah.
Cinta itu menguatkan seperti halnya para Ibu Negara menguatkan jati diri seorang Presiden. Keberadaan Ibu Negara bukan hanya sekadar melayani suaminya yang kebetulan adalah seorang kepala negara, akan tetapi keberadaannya juga untuk mengayomi masyarakatnya dan menjadi seorang model terbaik dalam membina dan menerapkan tingginya hakikat seorang wanita dalam mengembangkan suatu negara.
ADVERTISEMENT