Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan
26 Oktober 2017 14:07 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Manik Sukoco tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1508990659/Kebakaran_Hutan_1_x48sok.jpg)
ADVERTISEMENT
Seorang pemadam kebakaran sedang berusaha memadamkan api yang sedang berkobar di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. (Foto: Nova Wahyudi, Antara)
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 24 Oktober 2017, Global Forest Watch (GFW) mempublikasikan data terbaru dari University of Maryland yang menyebut bahwa secara global terjadi rekor pengurangan tutupan pohon, mencapai 29,7 juta hektare (73,4 juta are) di tahun 2016. Jumlah tersebut naik 51% dari total tutupan pohon pada tahun 2015. Sebagai perbandingan, angka ini (kira-kira) setara dengan luas wilayah Selandia Baru.
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (1)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1508992408/Global_Tree_Cover_Loss_2016_yoo6pd.png)
Foto: Global Forest Watch (GFW)
Kebakaran hutan merupakan penyebab utama lonjakan kehilangan tutupan pohon pada tahun 2016. Kebakaran merupakan penyebab utama degradasi hutan di Brazil. Selain itu, deforestasi yang disebabkan oleh pertanian, penebangan, dan pertambangan juga terus mendorong berkurangnya luas tutupan pohon dari tahun ke tahun.
Menurut GFW, pada tahun 2016, Portugal kehilangan 4 persen dari total tutupan pohon, hampir setengah dari total hutan yang terbakar di Uni Eropa. Sementara di Kongo, kebakaran hutan menghancurkan area seluas 15.000 hektar. Adapun kebakaran hutan di Fort McMurray Kanada, telah merusak lebih dari 600.000 hektar hutan dan mengakibatkan kerusakan senilai $8,8 miliar .
ADVERTISEMENT
Sekilas tentang Hutan
Kebakaran hutan jarang terjadi secara alami di hutan hujan tropis. Sebagian kebakaran terjadi ketika api yang digunakan dalam proses pembukaan lahan bertemu dengan suhu ekstrem dan kekeringan. Sebagian lainnya disebabkan oleh efek global dari bencana El Nino 2015/2016.
Meningkatnya kasus kebakaran hutan merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan. Kebakaran memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan dan bisa mengakibatkan kerusakan properti maupun infrastruktur.
Kebakaran hutan juga dapat melepaskan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer, mempengaruhi struktur hutan, serta keanekaragaman hayati. Perpaduan antara kebakaran hutan di daerah tropis, perubahan tata guna lahan, dan perubahan iklim dapat mengakibatkan area hutan mengalami kerusakan jangka panjang.
Deforestasi dan degradasi meningkatkan resiko kebakaran di hutan tropis. Sementara dalam ekosistem yang rentan akan kebakaran, hutan yang terlalu lebat dapat mengakibatkan kebakaran yang lebih merusak.
ADVERTISEMENT
Berkurangnya Luas Tutupan Pohon di Brazil
Wilayah Amazon, Brazil kehilangan 3,7 juta hektare (9,1 juta are) tutupan pohon selama tahun 2016, hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun 2015. Sebagian besar lonjakan tersebut, terjadi di Negara Bagian Pará dan Maranhão, yang terkena dampak parah dari kebakaran hutan pada akhir tahun 2015 dan 2016.
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (2)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1508992568/Brazil_Tree_Cover_Loss_ncclpq.png)
Foto: Global Forest Watch (GFW)
Kehilangan tutupan pohon yang berhubungan dengan kebakaran di tahun 2016 sebagian besar disebabkan oleh api yang lambat penyebarannya yang membakar dasar hutan. Kebakaran seperti ini biasanya tidak mematikan semua pohon atau mengubah cara penggunaan lahan, yang berarti bahwa kerusakan hutan mungkin tidak tertangkap oleh sistem pengawasan deforestasi. Akan tetapi, kebakaran tersebut mengakibatkan berkurangnya kanopi pohon , cadangan biomassa , dan keanekaragaman hayati secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Sistem pengawasan deforestasi resmi pemerintah Brazil, PRODES, baru-baru ini melaporkan bahwa terjadi penurunan deforestasi di Amazon , Brazil pada periode Agustus 2016 -Juli 2017. Ini merupakan sebuah perkembangan yang positif setelah lonjakan angka deforestasi pada tahun sebelumnya.
Data resmi pemerintah Brazil mengukur laju deforestasi yang terlihat dari hutan primer. Data ini kemungkinan besar tidak menangkap degradasi hutan yang terdeteksi oleh data kehilangan tutupan pohon sebagaimana yang diteliti University of Maryland. Kedua data tersebut penting untuk ditelaah. Adapun skala kerusakan yang ditangkap oleh data hilangnya tutupan pohon 2016, menekankan perlunya pengawasan perubahan hutan yang holistik, pentingnya analisis keterkaitan antara perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan keseluruhan ekosistem hutan.
Pada September 2017, Brazil mengalami kasus kebakaran hutan terbanyak sejak pencatatan dimulai tahun 1998. Pernyataan resmi menyebutkan bahwa penggunaan api secara ilegal serta kurangnya pengawasan dari pemerintah menjadi penyebab utama kebakaran.
ADVERTISEMENT
Berkurangnya Luas Tutupan Hutan di Indonesia
Indonesia mengalami peningkatan kehilangan tutupan pohon pada tahun 2016, yang kemungkinan terkait dengan maraknya kebakaran hutan yang terjadi pada akhir 2015.
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (3)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1508992764/Indonesia_Tree_Cover_Loss_2016_tbpk8n.png)
Foto: Global Forest Watch (GFW)
Kebakaran hutan di Indonesia pada akhir 2015, yang sepat dipublikasikan di berbagai media, merupakan bencana lingkungan yang sangat besar. Kebakaran ini melepaskan 1,62 miliar metrik ton karbon dioksida. Sedangkan kabut asap yang dihasilkan, mengakibatkan lebih dari 100.000 kematian prematur . Meskipun kebakaran besar terjadi di akhir 2015, sebagian besar kehilangan tutupan pohon tidak terdeteksi hingga awal 2016.
Dampak dari penebangan hutan dan ekspansi perkebunan skala kecil dan besar juga terlihat jelas dalam data kehutanan yang dipublikasikan GFW. Papua juga tercatat mengalami lonjakan kehilangan tutupan hutan tahun lalu, yang terus berlanjut di tahun 2016 akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit di kawasan hutan primer.
ADVERTISEMENT
Pengurangan luas tutupan hutan ini tersaji dalam peta interaktif yang bisa dilihat pada situs resmi GFW. Berikut peta berkurangnya luas tutupan hutan dari periode 2001-2004, 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2016.
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (4)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1508994637/Screenshot_2017-10-24_2001-2004_nkvk5t.png)
Hilangnya Luas Tutupan Pohon 2001-2004 (Foto: GFW)
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (5)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1508994933/Screenshot_2017-10-24_2004-2009_n5r1bb.png)
Hilangnya Luas Tutupan Pohon 2004-2009 (Foto: GFW)
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (6)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1508995302/Screenshot_2017-10-24_2009-2014_qy0fug.png)
Hilangnya Luas Tutupan Pohon 2009-2014 (GFW)
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (7)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1508995631/Screenshot_2017-10-24_2014-2016_m8a15r.png)
Hilangnya Luas Tutupan Pohon 2014-2016 (Foto: GFW)
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (8)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1508995824/Screenshot_2017-10-24_2001-2016_aqxgny.png)
Total Hilangnya Luas Tutupan Pohon 2001-2016 (Foto: GFW)
Akibatnya tidak tanggung-tanggung. Berkurangnya tutupan pohon di Indonesia dan Brazil berkontribusi terhadap lebih dari seperempat kehilangan tutupan pohon global.
Bertolak belakang dari Laporan GFW, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan bahwa tingkat deforestasi global telah mengalami perlambatan lebih dari 50 persen dalam 25 tahun terakhir. Namun, laporan FAO tetap saja menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang mengalami pengurangan tutupan pohon terbesar (dengan memasukkan Indonesia pada zona merah).
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (9)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1508997948/Indonesia-Net-Loss_uegark.jpg)
State of The World Forest 1990-2015. (Foto: FAO)
ADVERTISEMENT
Menurut analisis GFW, total hilangnya tutupan pohon sepanjang tahun 2001-2016 mencapai 23.086.723 hektare, dengan jumlah pengurangan lahan pada tahun 2012 sebanyak 2.424.128 hektare. Sementara pertambahan jumlah tutupan pohon dalam rentang tahun 2001-2012 hanya sebesar 6.970.546 hektare.
Berdasarkan database FAO (2011), terdapat 445.000 orang pekerja yang bekerja secara langsung di sektor kehutanan. Adapun kontribusi sektor kehutanan terhadap ekonomi pada periode yang sama yaitu sebesar USD 14 juta atau sekitar 1.7% dari GDP.
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (10)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1509000957/Screenshot_2017-10-24-17-34-34_qez6e7.png)
Sehari setelah laporan GFW dirilis, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data penurunan titik api/panas (hotspot) selama tahun 2017 di Indonesia.
Menurut, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, jumlah titik api dari pantauan satelit NOAA menurun 32,6 persen selama tahun 2017 dibandingkan tahun 2016. Jumlah hotspot yang pada tahun 2016 mencapai 3.563 lokasi, pada tahun ini berkurang menjadi 2.400 titik.
ADVERTISEMENT
Hotspot kebakaran hutan dan lahan dari pantauan satelit Terra-Aqua, juga mengalami penurunan sebesar 46,9 persen. Jika pada tahun 2016 terdapat 3.628 hotspot, maka pada tahun 2017 jumlah ini berkurang menjadi 1.927 titik. Adapun tingkat kepercayaan hasil berada diatas 80 persen.
Menurut Sutopo, berdasarkan analisis citra satelit yang dilakukan KLHK, luas kebakaran hutan dan lahan juga tereduksi. Selama tahun 2017, terdapat 124.983 hektare hutan dan lahan yang terbakar. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan luas lahan yang terbakar pada tahun 2016 yang mencapai 438.360 hektare. Apalagi jika dibandingkan dengan total luas lahan yang terbakar pada tahun 2015, yang mencapai 2,61 juta hektare.
Selain penurunan jumlah titik api dan luas kebakaran hutan, Sutopo juga menyebutkan bahwa ada pergeseran lokasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Jika sebelumnya kebakaran hutan dan lahan terjadi di Sumatera dan Kalimantan, maka pada 2017 lokasi kebakaran bergeser ke wilayah NTT yaitu sebesar 33.030 hektare, NTB 26.217 hektare, dan Papua 16.492 hektare.
ADVERTISEMENT
Ketidaksamaan data atau hasil penelitian yang dirilis oleh GFW, FAO, maupun KLHK adalah sesuatu yang wajar saja terjadi. Hal ini dikarenakan perbedaan alat maupun metode yang digunakan dalam pengukuran.
Mikaela Weisse, analis riset di Institut Sumber Daya Manusia AS yang mengawasi GFW, mengklaim bahwa data GFW sering mendeteksi kerugian skala kecil pada tutupan pohon, termasuk lapisan di bawah kanopi hutan.
Catatan
Walaupun ada tiga hasil pengamatan yang berbeda terkait degradasi dan deforestasi di Indonesia, namun pada dasarnya hal ini merupakan kerugian besar bagi masyarakat karena mengganggu 3 fungsi utama yang melekat pada hutan, yaitu untuk melestarikan keanekaragaman tumbuhan, satwa, serta ekosistemnya (fungsi konservasi); untuk melindungi sistem penyangga kehidupan, mengatur tata air, mencegah banjir, mendinginkan suhu udara, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah (fungsi lindung); maupun untuk menyediakan bahan makanan, buah-buahan, memproduksi hasil hutan (fungsi produksi).
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (11)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1509013653/FAO_4_vkxoxo.jpg)
(Foto: FAO Knowledge)
ADVERTISEMENT
Besarnya skala kerusakan hutan menunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak untuk memperbaiki pengelolaan hutan. Kita tidak boleh terlalu antusias menyikapi penurunan statistik jumlah titik api maupun luas kawasan yang terbakar, karena angka deforestasi maupun degradasi hutan yang terjadi di negara ini sangat mengkhawatirkan.
Kerusakan hutan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia belum seluruhnya dipulihkan. Berbagai satwa yang tinggal di ekosistem hutan, terancam kepunahan. Demikian juga keanekaragaman fauna dan keseimbangan ekosistem.
Akibat sebagian hutan banyak yang terbakar, maka fungsi hutan untuk mencegah banjir dan menampung cadangan air juga menjadi terganggu. Belum lagi potensi kerugian ekonomi dari hilangnya wilayah tutupan pohon yang menjadi sumber produksi bagi pekerja yang bergerak di sektor kehutanan.
ADVERTISEMENT
Pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan berbagai hasil penelitian terkait dengan deforestasi maupun degradasi hutan dan tidak hanya berpaku pada hasil pemantauan dari KLHK. Keberagaman data dan hasil penelitian dari berbagai lembaga hendaknya dikaji secara cermat dan hati-hati demi memperoleh solusi penanganan yang tepat dan efektif.
GFW merekomendasikan bahwa untuk mencegah dampak kebakaran terhadap masyarakat dan hutan, sangatlah penting untuk menghentikan penggunaan api dalam pembukaan lahan pada saat musim kemarau. Regulasi ini telah diberlakukan, baik di Indonesia maupun di Brazil. Namun, luasnya kawasan tutupan hutan yang menghilang dalam beberapa tahun terakhir, mengindikasikan bahwa kebijakan yang dibuat masih belum dilaksanakan secara optimal.
Pengelolaan hutan secara lebih komprehensif diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya degradasi maupun deforestasi. Sistem deteksi dini dan mekanisme kerja sama yang efektif antar institusi diyakini dapat mempercepat respon terhadap kebakaran, mengurangi skala kerusakan, maupun biaya pemadaman.
ADVERTISEMENT
Kebakaran yang terjadi di Indonesia, Brazil, dan tempat lainnya di bumi menunjukkan bahwa kebakaran hutan tidak akan hilang begitu saja – dan dimungkinkan akan semakin parah seiring dengan meningkatnya suhu bumi. Oleh karena itu, seluruh pihak perlu bekerja sama secara sinergis untuk menciptakan mekanisme dan tata kelola hutan yang lebih baik demi terjaganya kelestarian lingkungan.
![Menyoal Deforestasi dan Degradasi Hutan (12)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1509013521/FAO_6_uw1ti2.jpg)