Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Otomotif Indonesia: Saling Berlomba Pecahkan Rekor Membelah Jawa
18 Oktober 2020 16:09 WIB
Tulisan dari Marcelinus Rendika Putra Widodo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Seiring dengan pembangunan tol Trans Jawa, aktivitas berkendara “membelah Jawa” dari Jakarta menuju Surabaya dapat ditempuh dalam kurun waktu yang cukup singkat. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari beberapa portal berita seperti CNBC dan Kompas, perjalanan dari Jakarta ke Surabaya via tol Trans Jawa dapat ditempuh hanya dalam waktu 10 jam. Bahkan, banyak yang berspekulasi bahwa waktu yang ditempuh semestinya dapat lebih cepat daripada angka tersebut. Namun, mungkin banyak yang belum tahu bahwa rekor waktu perjalanan dari Jakarta ke Surabaya menggunakan mobil adalah 8 jam 13 menit. Rekor tercepat yang tercatat secara resmi tersebut dipegang oleh F. Viehs pada 28 November 1938. Hingga saat ini, rekor tersebut nampaknya belum berhasil dipecahkan oleh siapapun, setidaknya dalam catatan resmi.
ADVERTISEMENT
Capaian dari F. Viehs tersebut merupakan bukti adanya kompetisi dalam adu kecepatan berkendara dari Jakarta ke Surabaya menggunakan mobil, di mana kompetisi ini dimulai oleh seorang berkebangsaan Perancis bernama Decnop. Dalam buku Sejarah Mobil dan Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini karya James Luluhima, diceritakan bahwa Decnop merencanakan perjalanan nonstop dari Batavia (Jakarta) ke Surabaya melalui Jalan Raya Pos dengan jarak 845 km pada malam Minggu, 11 Mei 1911. Ia berangkat bersama dengan beberapa orang, diantaranya Van der Hoeven selaku pengendara kedua, Du Croo sebagai wartawan surat kabar De Locomotief (berpusat di Semarang), dan salah seorang pembantu pribumi. Mobil yang digunakan dalam perjalanan saat itu adalah Charron. Tidak diketahui pasti apa tipe dari mobil tersebut. Namun, berdasarkan keterangan yang ada, mobil tersebut merupakan model dengan atap terbuka dan menggunakan mesin 4 silinder bertenaga maksimal 12 pk (paardekracht, istilah lain dari horsepower atau daya kuda).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan dalam sumber yang sama, perjalanan tersebut bermula pada Sabtu malam Minggu dari daerah Matraman (kini termasuk dalam Jakarta Timur). Setelah berangkat, mereka langsung bergerak menuju Buitenzorg (Bogor) via Cibinong. Kemudian, mobil tersebut melaju ke arah Cibadak dan Sukabumi. Dalam sesi awal perjalanan tersebut, mereka beberapa kali menabrak anjing yang lalu-lalang secara tiba-tiba. Rombongan ini sempat mengalami kecelakaan tak jauh dari daerah Cianjur, tepatnya di dekat Gunung Missigit (Masigit). Mobil yang mereka kendarai terbalik setelah sebelumnya berbelok tajam dan lepas kendali. Beruntungnya, Decnop dan seluruh penumpang baik-baik saja dan masih dapat melanjutkan perjalanan. Mereka terus melaju melalui markas garnisun Cimahi, kemudian berhenti sejenak di Hotel Preanger, Bandung. Setelah itu, mereka bergerak terus menuju Surabaya melalui Sumedang, Cheribon (Cirebon), Tegal, Kendal, emarang, Demak, Kudus, dan Rembang. Sampai di Sedajoe, rombongan tersebut menyeberangi Sungai Bengawan Solo menggunakan rakit, dan setelah itu melaju cepat ke arah Surabaya. Mereka akhirnya tiba di Surabaya pada hari Senin, 12 Mei 1911. Tercatat, Decnop dan rombongannya di dalam mobil Charron menempuh waktu total 19 jam 26 menit, jauh lebih cepat dibanding menggunakan kereta kuda yang harus menempuh waktu perjalanan selama 1 minggu dalam jalur yang sama. Sejatinya, dalam perjalanan tersebut, Decnop bersama mobil Charron-nya tidak sendirian. Mereka “berlomba” dengan Van Tienen yang mengendarai mobil Delaunay Belleville atap terbuka yang ditenagai mesin 4 silinder 27 pk. Van Tienen juga didampingi oleh beberapa orang, diantaranya Verhagen sebagai pengendara kedua, Karel Wybrands dari surat kabar Het Nieuws van de Dag (berpusat di Batavia), dan salah seorang pembantu pribumi. Sayangnya, “perlombaan” tersebut harus berakhir sebelum waktunya karena Karel Wybrands mengalami luka parah di bagian kepala. Ia terlempar keluar dari mobil Delaunay menjelang tiba di kota Semarang. Hal ini memberi kesempatan bagi Decnop dan mobilnya untuk mencatat rekor perjalanan dari Jakarta ke Surabaya. Tercatat, kecepatan rata-rata yang dicapai oleh Decnop adalah sekitar 44 kilometer per jam, dan kecepatan maksimal yang diraihnya adalah 85 kilometer per jam, sangat cepat bagi mobil di tahun 1911.
ADVERTISEMENT
Rekor waktu milik Decnop bertahan selama 6 tahun sebelum terpecahkan menggunakan sepeda motor. Sedangkan untuk mobil, rekor tersebut tidak dapat dipecahkan selama hampir 13 tahun lamanya. Tokoh yang kemudian dapat memecahkan rekor milik Decnop adalah Branbergen Sr dan Branbergen Jr. Mereka berangkat pada 23 Februari 1924 melalui jalur dan jarak yang sama seperti halnya yang dilakukan oleh Decnop dan rombongannya. Mobil yang digunakan oleh pasangan ayah dan anak tersebut ialah Fiat Sport. Tidak diketahui secara pasti apa tipenya dan berapa tenaganya. Namun yang pasti, mobil ini mampu membawa Branbergen Sr dan Jr memecahkan rekor dengan catatan waktu 17 jam 45 menit. Jika dihitung secara manual, kecepatan rata-rata yang ditempuh menggunakan mobil tersebut ialah sekitar 47-48 kilometer per jam, menandakan bahwa perkembangan teknologi mobil semakin berkembang. Hanya dalam waktu 3 tahun 7 bulan, tepatnya 4 September 1927, rekor baru telah dicatat oleh KE Schütt dengan mengendarai General Motors LaSalle. Mobil yang menggunakan mesin berkonfigurasi V8 tersebut sanggup membawanya memecahkan rekor Batavia (Jakarta)-Surabaya hanya dalam waktu 11 jam 58 menit dengan kecepatan rata-rata sekitar 70 kilometer per jam. KE Schütt rupanya belum puas dengan rekornya sendiri. Ia kembali mencoba memecahkan rekor pada 6 Februari 1929 menggunakan mobil yang berbeda, yakni Ford Model A. Mobil tersebut menggunakan mesin 3.3 liter 4 silinder dan bertenaga 40 pk. Meski nampaknya lebih inferior dibanding mobil sebelumnya, namun KE Schütt berhasil mencatatkan rekor baru dengan mobil ini dalam waktu 11 jam 26 menit, dengan rerata kecepatan 76 kilometer per jam.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan perkembangan teknologi mobil, rekor kecepatan lebih mudah terpecahkan. Pada 28 Mei 1932, seorang bernama Alfons Gall berhasil memecahkan rekor menggunakan mobil Austin Compressor. Tak dijelaskan bagaimana spesifikasi mesin yang digunakan, namun catatan waktu 10 jam 53 menit nampaknya cukup menggambarkan bahwa mobil ini memiliki tenaga yang lebih baik dibanding Ford Model A yang dikendarai oleh Schütt, sang pemegang rekor sebelumnya. Ditaksir, kecepatan rata-rata yang diraih oleh Alfons Gall menggunakan mobil Austin miliknya adalah 77 kilometer per jam. Rekor kembali dipecahkan, kali ini oleh HG van der Sluis pada tanggal 21 Oktober 1934. Masih melalui jalur yang sama sejauh 845 km, Ia menggunakan mobil Fiat Balilla dengan mesin 995 cc 4 silinder dan bertenaga maksimal sekitar 36 pk. Dengan mobil tersebut, van der Sluis mampu mencatat waktu 10 jam 10 menit, dengan rerata kecepatan sekitar 83 kilometer per jam.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, adanya pembukaan jalan Pamanukan di tahun 1934 membuat jarak Batavia-Surabaya terpangkas 45 km, menjadi hanya 800 km. Waktu perjalanan Batavia-Surabaya di bawah 10 jam telah menjadi keniscayaan. Hal ini dibuktikan oleh DH Heuterman pada tanggal 29 Agustus 1935. Ia mengendarai Ford bermesin V8 yang sanggup membawanya memecahkan rekor Batavia-Surabaya dalam waktu 9 jam 13 menit, dan Surabaya-Batavia dalam waktu 9 jam 8 menit pada keesokan harinya. Artinya, kecepatan rata-rata yang diraih oleh mobil tersebut ialah sekitar 86-87 kilometer per jam. Dan akhirnya, rekor waktu terbaik dari Jakarta ke Surabaya tercatat atas nama F. Viehs pada 28 November 1938. Rekor waktu 8 jam 13 menit (Batavia-Surabaya) dan 8 jam 49 menit (Surabaya-Jakarta) berhasil diraihnya dengan menggunakan mobil yang sama dengan HG van der Sluis, yakni Fiat Balilla. Dengan spesifikasi yang sama, F. Viehs mampu mencatat rata-rata kecepatan setinggi 97 kilometer per jam.
ADVERTISEMENT
Memang, semua rekor diatas diraih ketika jalan raya di Jawa masih cukup lengang tanpa adanya banyak kendaraan. Namun, melihat dari adanya tol Trans Jawa dan didukung oleh teknologi mobil yang sangat maju, memcahkan rekor milik F. Viehs bukanlah hal yang mustahil dilakukan. Meski demikian, mencatat rekor waktu baru sejatinya bukanlah hal yang begitu penting, karena bagaimana pun juga setiap pengendara harus mengutamakan keselamatan dengan cara menghormati batas kecepatan yang berlaku.
Sumber:
Luluhima, James. 2012. Sejarah Mobil dan Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini. Jakarta: Kompas Media Nusantara
Tulisan karya Marcelinus Rendika Putra Widodo, mahasiswa Universitas Airlangga jurusan Ilmu Sejarah