Senja Nasib Rekaman Fisik dan Terbitnya 'Spotify'

19 November 2017 7:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toko Musik "Jadul", Blok M Square (Foto:  Iqbal Dwiharianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Toko Musik "Jadul", Blok M Square (Foto: Iqbal Dwiharianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, sebuah publikasi perdagangan dan periklanan asal Amerika Serikat, Adweek, merilis sebuah infografis yang menyatakan bahwa 72 persen pengguna aplikasi Spotify di negara tersebut adalah generasi milenial.
ADVERTISEMENT
Dari data tersebut, dengan 143 menit rata – rata waktu penggunaan setiap harinya, terdapat setidaknya 1, 28 miliar lagu yang didengarkan setiap minggunya.
Sedangkan, melansir dari sebuah artikel yang ditulis Rolling Stone Indonesia, Sunita Kaur, Managing Director Spotify Asia, menyebutkan 60 persen pengguna Spotify di Indonesia merupakan generasi milenial.
Bagi yang belum mengetahui, Spotify adalah sebuah layanan aplikasi streaming musik secara online dengan total pengguna aktif mencapai 100 juta yang tersebar di 60 negara.
Aplikasi yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2008, membuat penggunanya tidak perlu lagi membeli bentuk rekaman fisik seperti kaset atau compact disk (CD) untuk mendengarkan musik. Cukup dengan mengetik nama penyanyi atau band yang dimaksud, penggunanya bisa langsung mendengarkan apa yang mereka inginkan.
Toko Central Music, Menteng (Foto:  Iqbal Dwiharianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Toko Central Music, Menteng (Foto: Iqbal Dwiharianto/kumparan)
Wajar rasanya jika layanan musik streaming banyak digunakan oleh generasi milenial. Hal itu lantaran sisi praktis layanan tersebut merupakan hal yang identik dengan generasi milenial.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari satu sisi, terobosan dalam industri musik semacam ini merupakan sesuatu yang sangat diperlukan. Alasannya, pada era yang sudah serba terhubung dengan Internet seperti sekarang, kegiatan pembajakan karya musik sangatlah mudah untuk dilakukan dan merugikan banyak musisi dari segi penjualan.
Namun, apakah kehadiran layanan musik streaming lantas menurunkan minat beli masyarakat terhadap rekaman fisik yang sebelumnya menjadi produk utama para musisi?
Untuk mengetahui hal tersebut, Sabtu pagi (18/11), kumparan (kumparan.com) mencoba menyambangi beberapa toko rekaman fisik yang berada di beberapa wilayah di Jakarta.
Lis (40), kasir toko rekaman fisik Musik Plus yang terletak di Mall Sarinah, Thamrin, mengaku jika pembeli di toko tempat ia bekerja tak lagi seramai dulu. Menurutnya, saat ini segmen pembeli terbatas kepada mereka yang gemar mengoleksi, maupun mereka yang terbiasa menggunakan CD.
ADVERTISEMENT
“Kalau sekarang sih gak terlalu kayak dulu ya, mungkin juga udah banyak orang tau tentang (Spotify) itu ya. Mungkin, kalau kolektor atau yang biasa pakai CD sih ada aja,” ujarnya.
Penurunan jumlah pembeli ini diakuinya sudah berlangsung sejak hari raya lebaran tahun lalu. Selain itu, ia pun mengatakan kalau saat ini jumlah pembeli hanya mencapai sekitar sepuluh orang per harinya. Padahal, dulu jumlah pembeli di tokonya bisa mencapai lebih dari itu.
Toko 'Musik Plus, Sarinah. (Foto:  Iqbal Dwiharianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Toko 'Musik Plus, Sarinah. (Foto: Iqbal Dwiharianto/kumparan)
Berbeda dari penuturan Lis, Rifai (20), cucu pemilik toko rekaman fisik “Toko Central Music” yang terletak di kawasan Menteng mengatakan, kemunculan layanan musik streaming seperti Spotify tidak terlalu mempengaruhi jumlah pembeli yang datang ke toko milik keluarganya tersebut.
“Enggak juga sih, biasanya kalau lagu lama - lama susah juga dicari kalau di internet, paling bayar,” jelas Rifai.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, persaingan yang terjadi bukan disebabkan oleh hal tersebut, melainkan karena semakin maraknya toko yang juga menjual rekaman fisik di Jakarta.
Menariknya, saat ditanyai soal rata – rata usia pelanggan yang biasa datang ke tokonya, Rifai mengaku kalau segmen usia pelanggannya dimulai dari usia 19 tahun. Selain itu, ia mengatakan kalau musik jenis rock, jazz, dan disko masih menjadi genre yang paling digemari anak muda.
“Kalau anak muda rock, jazz, disko. Kalau rock, Pink Floyd yang dicari,” tuturnya.
Senada dengan Rifai, Ridwan (42), pemilik toko rekaman fisik “Jadul” yang berlokasi di Blok M Square, mengaku kalau kemunculan layanan tersebut tidak merubah jumlah pelanggan di toko miliknya.
Ridwan mengatakan, mereka yang membeli rekaman fisik biasanya memang memiliki hobi untuk mengkoleksi. Tidak seperti pembeli pada umumnya yang membeli sekadar untuk didengarkan.
'Musik Plus', Sarinah. (Foto:  Iqbal Dwiharianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
'Musik Plus', Sarinah. (Foto: Iqbal Dwiharianto/kumparan)
“Enggak sih, Karena yang pengkoleksi rilisan fisik memang ini orang yang beda sih. Memang mereka bener – bener ingin koleksi. Bukan sekadar ingin lihat dan dengar saja,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dari penuturannya, pelanggan yang datang ke toko miliknya meliputi hampir semua kalangan usia, tidak terkecuali anak muda.
“Semua, dari kalangan pelajar, mahasiswa, ya orang tua juga. Anak – anak muda sebenarnya lagi banyak,” ucapnya.
Melihat masih bertahannya toko-toko kaset, kemunculan layanan musik streaming tidak terlalu berdampak pada minat generasi milenial untuk membeli rekaman fisik. Sebaliknya, rekaman fisik justru masih mendapatkan tempat di hati generasi milenial.
Reporter & Penulis: Iqbal Dwiharianto