Konten dari Pengguna

Mengurai Benang Kusut Industri Tekstil Jawa Barat

Marisa Intan
Statistisi Ahli Madya di BPS Provinsi Jawa Barat, Field: Statistik Industri, Pertambangan, Energi dan Konstruksi
29 Januari 2025 10:42 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marisa Intan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Marisa Intan, SP, MT, MPP
Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Barat
Foto : Rajesh Kumar Verma, Sumber : Pexels, https://www.pexels.com/photo/white-threads-on-production-line-in-factory-8246743/
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Rajesh Kumar Verma, Sumber : Pexels, https://www.pexels.com/photo/white-threads-on-production-line-in-factory-8246743/
Sejarah industri tekstil di Jawa Barat mengalami pasang surut selama lebih dari satu abad. Basis industri tekstil Jawa Barat berada di Kota Majalaya, pengusaha lokal saat itu mulai marak membangun industri tekstil rumahan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Kemudian mengalami perkembangan, hal ini ditandai dengan pembangunan pabrik yang dilengkapi peralatan tenun mesin. Masa kejayaan dimulai dengan dijadikannya kota Majalaya sebagai sentra tekstil nasional untuk memenuhi kebutuhan sandang masyarakat. Hal ini berlanjut dengan peningkatan permintaan domestik dan ekspor serta peningkatan aktivitas ekonomi wilayah.
ADVERTISEMENT
Potensi industri tekstil di Jawa Barat tidak terlepas dari kontribusinya yang signifikan terhadap perekonomian yaitu peningkatan nilai tambah produk dan menggerakan aktivitas ekonomi industri hulu dan hilir terkait, serta pemenuhan permintaan domestik dan ekspor. Lebih lanjut, industri tekstil Jawa Barat memiliki pangsa ekspor cukup besar sehingga memperkuat posisi tekstil Indonesia di pasar global dan memiliki potensi devisa bagi penerimaan negara. Selain itu pada beberapa wilayah Jawa Barat terdapat sentra-sentra industri tekstil dan produk turunannya sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses produksi dan distribusi.
Tidak berlebihan jika Jawa Barat disebut sebagai jantung industri tekstil dan pakaian jadi di Indonesia, hal ini terlihat dari dominasi peranannya di tingkat nasional mencapai 82,78 persen. Selama satu (BPS, 202dasawarsa terakhir (2013-2023) rata-rata kontribusi industri ini sebesar 6,47 persen terhadap kue perekonomian Jawa Barat, sementara terhadap industri pengolahan sebesar 15,19 persen (BPS, 2024). Puncak pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi terjadi pada kurun tahun 2018-2019 dengan pertumbuhan signifikan di atas 12 persen, memasuki periode 2020-2021 terjun bebas sebagai dampak Pandemi Covid-19. Tahun berikutnya sempat bangkit namun tidak berlangsung lama karena tahun 2023 kembali terkontraksi, penurunan kinerja industri tekstil terntunya akan berdampak terhadap industri hulu dan hilir pendukungnya.
Gambar 1 Distribusi dan Laju Pertumbuahan Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2023 (Persen) Sumber BPS Provinsi Jawa Barat (2024)
Produk industri tekstil dan pakaian jadi Jawa Barat meraih pangsa pasar global dengan nilai ekspor mencapai 5,47 miliar USD menurun sebesar 15,42 persen dibanding tahun 2022. Sementara trend pertumbuhan di tahun 2024 relatif berfluktuasi dengan kontraksi di bulan November 2024. Neraca perdagangan untuk produk tekstil dan pakaian jadi masih mencatatkan surplus sehingga potensi untuk menghasilkan devisa negara masih cukup menjanjikan. Tercatat pada tahun 2023 surplus neraca perdagangan sebesar 2,87 miliar USD terkontraksi cukup dalam sebesar 13,21 persen dibanding tahun 2022 dengan nilai 3,30 miliar USD (BPS, 2024) . Selama satu dasawarsa terakhir angka surplus ini memiliki tendensi menurun dari waktu ke waktu, sehingga diperlukan strategi optimalisasi ekspor agar tidak terjadi defisit.
ADVERTISEMENT
Apabila dikaji lebih lanjut, terdapat pola yang sama antara pertumbuhan ekspor dan impor tekstil dan pakaian jadi di Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa industri tekstil dan pakaian jadi di Jawa Barat memiliki ketergantungan cukup besar terhadap impor bahan baku dan penolong dalam proses produksi, sejalan dengan impor jenis produk tekstil dan pakaian jadi untuk keperluan konsumsi. Produk tekstil domestik dalam hal ini belum optimal mensubstitusi impor bahan baku dan penolong bagi kebutuhan produksi industri tekstil dan produk turunan tekstil.
Gambar 2.Nilai Ekspor dan Impor Produk Tekstil dan Pakaian JadiProvinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2023 (Juta USD, Sumber BPS Provinsi Jawa Barat,
Tantangan bagi industri tekstil dan pakaian jadi di Jawa Barat berupa perlambatan hingga penurunan kinerja terutama pada setahun terakhir. Penurunan kinerja industri tekstil dan pakaian jadi memaksa produsen untuk melakukan efisiensi sehingga pada gilirannya terjadi pengurangan kapasitas usaha dan terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja.
ADVERTISEMENT
Karakteristik industri tekstil dan pakaian jadi di Jawa Barat memiliki orientasi ekspor sehingga penurunan kinerja ekspor otomatis berdampak terhadap penurunan aktivitas usaha. Penyebab penurunan nilai ekspor Jawa Barat adalah krisis geopolitik sehingga mempengaruhi kondisi perekonomian global dan permintaan komoditas, kebijakan perdagangan internasional dan persaingan. Faktor internal yang turut mempengaruhi ekspor seperti kualitas produk, kapasitas produksi, penerapan teknologi dan harga produk yang kompetitif. Selain itu gempuran impor produk tekstil dan pakaian jadi turut melemahkan daya saing produk tekstil terutama dari sisi harga dan kualitas tidak dapat bersaing. Disisi lain kinerja usaha dan daya beli masyarakat yang menurun juga turut mempengaruhi permintaan domestik produk tekstil dan pakaian jadi.
Dari sisi kebijakan terdapat tarik ulur kebijakan impor berupa relaksasi impor melalui regulasi Permendag Nomor 8 Tahun 2024 menjelaskan bahwa impor barang tertentu, termasuk produk TPT dapat dilakukan dengan hanya memenuhi kewajiban verifikasi atau penelusuran teknis dan dibuktikan dengan dokumen pabean berupa manifest, tanpa perlu persetujuan teknis lebih lanjut. Padahal, persetujuan teknis ini sejatinya dapat menjadi filter agar produk impor tidak masuk wilayah Indonesia. Regulasi ini menjadi bumerang bagi industri TPT sehingga dampaknya pasar domestik dibanjiri produk impor legal dan illegal sehingga mengakibatkan industri tekstil dan produk tekstil turunannya terpuruk.
ADVERTISEMENT
Langkah strategis diperlukan untuk membangkitkan industri tekstil dan produk turunannya. Pemerintah harus mendorong dan memfasilitasi infrastruktur bagi industri tekstil dan pakaian jadi untuk ekspansi. Koordinasi antar kementerian terkait untuk penyempurnaan grand desain pembangunan industri tekstil dan prroduk turunannya yang komprehensif dan berkelanjutan serta penyusunan regulasi yang pro ekspor. Perpanjangan masa berlaku Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 55/PMK.010/2020 tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan terhadap Impor Produk Kain dibutuhkan untuk melindungi produsen TPT. Selain itu untuk meningkatkan pangsa pasar produk TPT Jawa Barat perlu adanya diversifikasi produk dan negara-negara tujuan ekspor.
Transformasi industri tekstil dan produk turunannya menjadi keharusan guna peningkatan efisiensi, produktivitas dan kualitas produk. Hal ini dapat ditempuh dengan penggunaan digitalisasi, penggunaan robot dan sistem otomatisasi, penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penerapan konsep keberlanjutan tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga meningkatkan citra dan daya saing industri tekstil di pasar global. Tidak ketinggalan penggunaan teknologi canggih seperti internet dan Artificial Intelligence untuk peningkatan efisiensi produksi sehingga memiliki daya saing tinggi. Dengan implementasi strategi yang terarah, industri tekstil di Jawa Barat dapat mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, meningkatkan daya saing, dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT