Tentang Menikah

Konten dari Pengguna
11 Desember 2019 18:10 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marissakres tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pasangan Menikah. Dok: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pasangan Menikah. Dok: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Menikah itu keputusan paling vital yang akan pernah kamu buat. Kamu akan hidup bersama orang yang tepat sampai akhir hayat.
ADVERTISEMENT
Tapi bukan sekedar bobok berdua, bukan juga sekadar milikin pasanganmu selamanya. Kamu akan menjalani hidup yang lebih terkonsep bersama pasangan dan terikat janji untuk selalu bersuka cita dalam senang dan duka.
Kalau kamu berencana menikah, kamu harus ingat bahwa menikah itu salah satu fase terpenting yang akan kamu jalani. Jadi kamu harus siap lahir dan batin, karena terkadang banyak orang yang menyesal setelah menikah.
Berdasarkan observasi asal-asalanku dan pengalaman pribadi, rata-rata mereka tak tahu apa yang harus dilakukan sebelum menikah karena merasa hidupnya jauh berbeda saat masih bujang.
Ilustrasi Menikah. Dok Pixabay
Kamu harus meninggalkan kebebasanmu nongkrong hingga larut malam, karena di rumah sudah ada yang menunggumu. Meski nanti kamu mendapatkan pasangan yang membebaskanmu bermain, percayalah keinginan untuk bermain biasanya berkurang.
ADVERTISEMENT
Kalau dulu kamu dengan leluasa membeli barang yang kamu suka, setelah menikah kamu akan lebih bijak dalam mengatur keuangan. Apalagi kalau sudah punya anak, yang kamu pikirkan adalah biaya hidup anakmu.
Jika melihat bayangan harga masuk sekolah TK tahun 2020 di akun Instagram @Jouska_id saja sudah bikin merinding. -- Eh apa aku aja yang merinding? Kalau orang kaya mungkin enggak merinding lihatnya. Eh aku lebay ya? haha.
Mari kita lanjut, menurut observasiku tujuan pernikahan bukan bahagia. Salah besar jika menganggap dengan menikah otomatis akan lebih bahagia ketimbang melajang. Orang seakan melupakan kenyataan bahwa ada begitu banyak pernikahan yang tidak bahagia.
Aku punya teman, sebut saja namanya Rini. Belum genap sebulan menikah, ia sudah mendapat KDRT dari suaminya, ia dipukuli hingga diseret dari lantai bawah ke lantai 1 rumahnya. Alhasil ia memutuskan untuk bercerai. Usia pernikahannya hanya 22 hari. Jelas kan kasus Rini ini bukan pernikahan yang bahagia?
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana untuk bahagia dalam pernikahan? Kalau kata ibuku sih untuk bahagia dalam pernikahan, kita perlu bekerja keras. Tanpa kerja keras itu, pernikahan mungkin jadi neraka, atau setidaknya, menjadi sangat hambar.