Fenomena Sleepwalking : Tidur Tapi Sambil Berjalan?

Marvin Hendita Suparmi
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
12 Desember 2023 12:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Marvin Hendita Suparmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah kalian pernah melihat fenomena orang yang tidur sambil berjalan? Atau kalian pernah mengalaminya? Banyak mitos-mitos yang beredar mengenai gangguan tidur sambil berjalan ini, ada yang mengatakan bahwa jika membangunkan orang yang tidur sambil berjalan akan berbahaya karena dapat menyebabkan serangan jantung. Bahkan ada juga yang menghubungkannya dengan hal-hal spiritual, salah satunya mengatakan bahwa orang yang tidur sambil berjalan sedang dibimbing oleh makhluk halus. Padahal kondisi seperti ini murni karena adanya proses ketidakseimbangan pada bagian otak. Gangguan tidur sambil berjalan ini juga bukanlah hal yang berbahaya, untuk itu mari kita simak lebih lanjut.
Ilustrasi orang tidur (sumber : Pixabay)

Apa itu tidur?

Sebelum mencari tahu lebih dalam mengenai tidur sambil berjalan, alangkah baiknya kita mengetahui definisi sebenarnya dari tidur itu sendiri. Tidur merupakan keadaan istirahat secara periodik yang ditandai dengan menurunnya pergerakan tubuh dan menurunnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar. Terdapat 5 tingkatan pola tidur, 4 tingkatan tidur dalam yang disebut non-REM (non Rapid Eye Movement) atau dikenal sebagai slow-wave sleep dan 1 tingkatan yang disebut REM (Rapid Eye Movement) atau dikenal sebagai paradoxical sleep. Saat berada di fase non-REM gelombang otak bergerak makin lambat dan teratur, sedangkan di fase REM bola mata bergerak dengan cepat di bawah kelopak mata yang tertutup dan detak jantung serta napas bertambah cepat. Saat kita tertidur, pergerakan yang umum kita lakukan adalah menggerakan atau membolak-balikkan badan kita. Lalu apakah kalian pernah terpikir bahwa tidur bisa sambil berjalan?
ADVERTISEMENT
Ilustrasi orang mengalami sleepwalking (sumber : IStock)

Mungkinkah tidur sambil berjalan?

Tidur sambil berjalan biasa dikenal dengan istilah “sleepwalking” atau bahasa ilmiahnya adalah Somnambulism yang berasal dari bahasa Latin somnus yang bermakna tidur dan ambulare yang bermakna berjalan-jalan. Dapat diartikan bahwa sleepwalking adalah perilaku yang biasanya dimulai saat terbangun dari fase slow-wave sleep, yang berujung dapat melakukan aktivitas berjalan-jalan dengan kondisi kesadaran yang minim, berkurangnya reaksi terhadap rangsangan, komunikasi yang buruk, lupa terhadap kejadian yang terjadi, dan umumnya merasa kebingungan setelah terbangun. Orang yang mengalami sleepwalking ini, disebut dengan sleepwalker. Sleepwalking termasuk dalam kategori Parasomnia yang di mana merupakan sekelompok gangguan tidur yang didefinisikan sebagai peristiwa atau pengalaman fisik yang tidak diinginkan yang terjadi pada awal tidur, pada saat tidur, atau pada saat terbangun dari tidur.
ADVERTISEMENT
Sleepwalking biasa terjadi di malam hari, ketika kita sedang berada di fase slow-wave sleep (deep sleep). Gangguan tidur ini terjadi setelah seseorang tertidur selama 1-2 jam dan sleepwalking dapat berlangsung hingga beberapa lama, mulai dari hitungan detik hingga 30 menit. Jangan mengira karena kita tertidur, gangguan tidur ini hanya terjadi saat kondisi mata tertutup. Sleepwalking juga bisa terjadi pada saat kondisi mata kita terbuka.
Terdapat 6 karakteristik yang diperlukan untuk mendukung diagnosis apakah seseorang mengalami sleepwalking, yaitu:
ADVERTISEMENT
Sleepwalking umumnya terjadi pada masa kanak-kanak, tetapi ada beberapa kasus yang di mana orang dewasa juga mengalami gangguan tidur ini. Sleepwalking bukanlah sekedar gangguan tidur sambil berjalan-jalan saja, bahkan dalam beberapa kasus para sleepwalker dapat menyetir, memasak, hingga melakukan aktivitas yang berbahaya seperti melompat dari jendela. Gangguan tidur ini tidak perlu dikhawatirkan selama tidak membuat diri kita berada dalam bahaya. Namun jika memang sudah membahayakan diri kita, maka harus segera dilakukan beberapa cara untuk menghilangkan gangguan tidur tersebut, bahkan pergi ke dokter jika memang diperlukan. Dibalik itu, seperti yang tadi disebutkan bahwa sleepwalking umumnya terjadi pada anak-anak, para peneliti mempunyai dugaan bahwa anak-anak rentan mengalami gangguan tidur ini karena otak mereka belum sepenuhnya berkembang. Tetapi jangan khawatir karena anak-anak akan berhenti mengalami sleepwalking seiring bertambahnya usia dan otak mereka telah sepenuhnya berkembang. Namun jika fenomena ini berlanjut hingga usia dewasa, maka tentu saja pasti ada faktor-faktor penyebab lainnya. Nah kira-kira apa yah yang dapat menyebabkan sleepwalking ini?
ADVERTISEMENT

Apa yah yang menyebabkan sleepwalking?

Para ahli tidur percaya bahwa sleepwalking biasanya terjadi ketika seseorang berada dalam tahap deep sleep dan terbangun sebagian sehingga memicu aktivitas fisik walau keadaan kita tetap tertidur. Para ahli juga belum menemukan kepastian akan penyebab terjadinya fenomena sleepwalking ini. Namun berikut adalah berbagai faktor mempengaruhi seberapa besar kemungkinan terjadinya sleepwalking yang dilansir dari artikel Sleep Foundation, yaitu:

Bagaimana sih cara kita menangani sleepwalking ini?

Penanganan untuk gangguan tidur ini tergantung pada usia pasien, seberapa sering kejadiannya, dan seberapa berbahaya atau mengganggu kondisi tersebut. Dalam banyak kasus, sleepwalking tidak memerlukan pengobatan aktif karena kejadiannya jarang terjadi dan menimbulkan risiko kecil bagi orang yang tidur atau orang di sekitarnya. Gangguan-gangguan tidur tersebut sering kali berkurang frekuensinya seiring bertambahnya usia, jadi bagi sebagian orang, berjalan dalam tidur dapat diatasi dengan sendirinya tanpa terapi khusus apa pun.
ADVERTISEMENT
Jika langkah-langkah untuk menangani sleepwalking perlu diambil, ada sejumlah cara yang dapat dilakukan, sebagai berikut:
Ilustrasi orang bangun tidur (Sumber : Pixabay)

Lalu, amankah jika kita membangunkan orang yang sedang sleepwalking?

Dikarenakan sleepwalking ini berada pada fase tidur yang dalam (deep sleep), maka akan menjadi sulit untuk membangunkannya. Jika kalian membangunkannya, para sleepwalker akan merasa kebingungan mengapa mereka tidak berada di kasur. Hal ini tentu tidak berbahaya, namun kalian harus siap untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi.
ADVERTISEMENT

Referensi

Cochen De Cock, V. (2016). Sleepwalking. Current Treatment Options in Neurology, 18(2). https://doi.org/10.1007/s11940-015-0388-8
Pressman, M. R. (2011). Common misconceptions about sleepwalking and other parasomnias. Sleep Medicine Clinics, 6(4), xiii–xvii. https://doi.org/10.1016/j.jsmc.2011.08.008
Suni, E., & Singh, A. (2023, 3 November). Stages of Sleep: What Happens in a Sleep Cycle. Sleep Foundation. https://www.sleepfoundation.org/stages-of-sleep
Suni, E., & Vyas, N. (2023, 26 Oktober). Sleepwalking: What is Somnambulism?. Sleep Foundation. https://www.sleepfoundation.org/parasomnias/sleepwalking
Umanath, S., Sarezky, D., & Finger, S. (2011). Sleepwalking through history: Medicine, arts, and Courts of Law. Journal of the History of the Neurosciences, 20(4), 253–276. https://doi.org/10.1080/0964704x.2010.513475
Widodo, D. P., & Soetomenggolo, T. S. (2000). Perkembangan Normal Tidur pada Anak dan Kelainannya. Sari Pediatri, 2:(3) ,139 - 145
ADVERTISEMENT