Melukis Cahaya dengan Hati

Maryam Nurfauziah
Journalist Student of Polytechnic State Jakarta
Konten dari Pengguna
28 Mei 2022 20:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maryam Nurfauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto profil Juhaeni. Sumber: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto profil Juhaeni. Sumber: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Seni melukis dengan cahaya bisa menangkap setiap momen seseorang yang bisa menjadi kenangan di masa depan. Terutama momen sakral yang setiap pasangan idamkan dan hanya terjadi sekali dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika pria bernama Juhaeni memilih menjadi seorang fotografer wedding karena jasanya sangat orang lain butuhkan untuk mengabadikan momen sakral tersebut. Ternyata fotografi merupakan hobi yang sudah beliau tekuni sejak SMP untuk menghidupi keluarganya saat ini.
Pria dengan nama akrab Joni ini sudah lama terjun menjadi fotografer wedding. Perjuangannya untuk mencapai titik sekarang ini terbilang memotivasi siapa pun yang mendengarnya. Pasalnya, banyak kisah menarik dari SMP hingga beliau menjadi fotografer wedding profesional yang sudah mempunyai nama besar di kota tempat beliau tinggal.
Pada saat masih duduk di bangku SMP beliau mulai menyukai fotografi dengan menggunakan kamera yang didapat dari inventaris pekerjaan ayahnya. Kamera pertama yang beliau gunakan yaitu kamera analog Yashica X3, “saya berfikir, kok bisa dari plastik menjadi sebuah foto yang sangat bagus, karena pada saat itu saya pertama kali menggunakan kamera analog Yashica X3 yang memakai klise,” tuturnya. Dari situlah beliau mengetahui teknik dasar fotografi dan terus menekuni bidang tersebut sampai saat ini.
ADVERTISEMENT
Pada saat kelas 3 SMP beliau membawa kamera ke sekolah dan memperkenalkan ke teman-teman kelas nya, ada beberapa temannya yang meminta untuk di foto. Dan dari situlah beliau mulai memperjual belikan karya foto nya dengan harga Rp.1.000 per foto.
Setelah lulus SMP beliau pergi ke Bengkulu untuk melanjutkan SMA disana sambil bekerja dan kursus. Beliau bekerja dan kursus di bagian laboratorium photo, karena itu beliau mulai mengetahui teori-teori mengenai fotografi.
Pada tahun 2001 beliau memutuskan kembali dan menetap di Kuningan untuk menyalurkan hobi nya di bidang fotografi dengan menggarap project wedding pertamanya yang pada saat itu dibayar seharga Rp.150.000 per roll. Setelah project pertama nya itu mendapatkan hasil yang bagus dan disukai oleh klien, beliau sering mendapat panggilan untuk prewedding dan juga foto wedding sehingga sampai saat ini beliau menjadi fotografer terkenal.
ADVERTISEMENT
Bukan tidak mungkin, pasalnya beliau juga pernah mengalami hal buruk pada saat memotret wedding, dimana pada saat itu beliau sudah memotret dari pagi sampai siang, yang diperkirakan roll film sudah mau habis, tetapi kokang kamera terus saja berputar. Dari situ beliau curiga dan ternyata memang benar bahwa roll film nya itu tidak menyangkut pada kokangannya, sehingga foto yang sudah didapatkan dari pagi sampai siang itu tidak tertangkap oleh kamera.
Kejadian tersebut dijadikan pelajaran oleh beliau untuk lebih hati-hati lagi sebelum melakukan pemotretan dan mengeceknya dengan detail supaya tidak terjadi kesalahan lagi.
Dalam foto wedding beliau mempunyai prinsip yaitu “Memotret lah dengan hati, sehingga foto yang dihasilkan itu bagus dan bayarannya juga nanti pasti bagus,” prinsip itulah yang dijadikan pegangan sehingga membuat hasil karyanya banyak disukai oleh orang lain dan mempunyai ciri khas sendiri.
ADVERTISEMENT