Konten dari Pengguna

Secercah Harapan untuk Ayah

Maryam Nurfauziah
Journalist Student of Polytechnic State Jakarta
21 Mei 2022 18:27 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maryam Nurfauziah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ayah dan Anak Perempuan. Foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ayah dan Anak Perempuan. Foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Cahaya mentari memaksa masuk di antara kain yang tergantung panjang di depan jendela kamar, memberi semangat kepada Risma untuk menemui sang ayah yang tak kunjung memberi kabar. Betahun-tahun kamu tidak pernah bertemu dengan sang ayah yang telah lama hilang, kini saat yang tepat untuk menemui dan membawa pulang.
ADVERTISEMENT
Deru motor pertanda mulainya perjalanan bersama ibumu yang sudah tua, berawal dari Luragung sampai ke Slawi dengan melewati batas provinsi yang menjadikan harapan baru di pagi ini. Dalam perjalanan, kamu selalu berdoa agar usahamu hari ini tidak sia-sia, untuk bertemu ayahmu yang sudah lama meninggalkan ibu, dan kedua kakakmu.
Dengan sedikit ingatan yang sudah lama tersimpan, ibumu mengarahkan jalan yang menjadi tujuan dari perjalananmu untuk menjawab semua yang kamu dan kakakmu sering tanyakan.
3 jam perjalanan dengan ditemani perasaan campur aduk, doa yang selalu dipanjatkan, dan harapan yang sudah lama terpendam, akhirnya kamu sampai di sebuah rumah tua yang menjadi tempat kelahiran dan bagian cerita dimasa kecilmu dulu.
Kamu dan ibumu berjalan menuju pintu rumah tua yang tak asing pernah menjadi tempat keluraga kecilmu tinggal saat dulu. Kamu dengan sangat perlahan mengetuk pintu rumah tua itu seraya berucap “Assalamualaikum,” tak lama kemudian seorang lelaki tua membuka pintu dan mempersilahkan kamu dan ibumu masuk.
ADVERTISEMENT
Awalnya, kamu mengira bahwa itu adalah ayahmu, namun ternyata semua dugaanmu salah. Lelaki tersebut adalah kakak dari ayahmu yang juga sama tidak mengetahui keberadaan ayahmu dari dulu.
“Terakhir, Risma bertemu dengan ayah pada saat Risma baru duduk di kelas 1 SD, ayah mengantar Risma pertama kalinya ke sekolah, namun setelah pulang sekolah, Risma tidak pernah bertemu dengan ayah lagi sampai saat ini,” ucapmu kepada lelaki tua itu.
Setelah kamu dan ibumu menjelaskan kronologi kejadian hilangnya ayahmu, ternyata kakak dan keluarga dari ayahmu pun tidak mendapat kabar dengan waktu yang sama persis dengan cerita yang kamu sampaikan pada saat itu.
Dengan penuh rasa kecewa, kamu harus kembali ke rumahmu dengan semua pertanyaan dan harapan yang sampai saat ini tidak pernah terjawab.
ADVERTISEMENT
Istilah “Ayah menjadi cinta pertama bagi anak perempuannya,” tidak ada dalam dirimu. Yang ada saat ini “Ayah adalah luka pertama bagiku,” ungkapmu. Karena ayah telah menelantarkan ibu, kamu dan juga kakak-kakakmu sedari dulu dan kamu tidak tahu harus mencari kemana lagi untuk bisa bertemu.
Entah apa rencana Allah untukmu. Sehingga sampai detik ini, kamu dan keluargamu belum bisa dipertemukan kembali dan menjalani kehidupan bahagia seperti yang orang lain rasakan dengan sosok ayah di samping kehidupanmu.
Kamu hanya bisa berharap, semoga ayah selalu sehat dan suatu saat kamu bisa dipertemukan kembali dengan ayahmu di waktu yang tepat.