Konten dari Pengguna

Rasulullah vs Raja Khandak: Hikayat tentang Penyerangan Madinah

Iip Maulana Syaiful Bahri
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
17 Desember 2020 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iip Maulana Syaiful Bahri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tahun 5 Hijriah atau 627 Masehi ketika Baginda Nabi Muhammad SAW memimpin Madinah, terjadi peristiwa perang Khandaq atau pertempuran Al-Ahzab. Khandak atau khandaq berasal dari bahasa arab yang berarti parit. Mengapa parit? hal itu karena dalam menjalankan strategi perangnya, kaum muslimin yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, membuat parit di bagian utara wilayah Madinah selama 6 Hari sebagai strategi menghalau musuh yang berjumlah 10.000 orang. Perang Khandak dilatarbelakangi oleh merasa terancamnya masyarakat jazirah Arab atas kemunculan islam di Madinah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan peristiwa perang khandak tersebut, maka muncul manuskrip kuno berbentuk hikayat (karya fiksi) yang menceritakan perang antara Raja Khandak dan Raja Badar melawan Rasulullah dan Ali, yang berjudul Hikayat Raja Khandak dan Raja Badar. Raja Khandak dan Raja Badar dalam hikayat ini hanyalah tokoh fiktif dan tidak ada dalam cerita sejarah kenabian. Khandak diambil dari strategi perang di madinah yang menggunakan parit, sementara badar diambil dari peristiwa perang badar atau badr.
Salinan manuskrip 'Hikayat Raja Khandak dan Raja Badar' berbentuk digital yang dimuat dalam British Library.

Hikayat Raja Khandak dan Raja Badar

Hikayat Raja Khandak dan Raja Badar adalah sebuah manuskrip yang ditulis dalam aksara jawi dengan menggunakan bahasa melayu. Hikayat Raja Khandak dan Raja Badar atau dikenal dengan Hikayat Raja Handak, adalah sebuah karya fiksi yang didasarkan pada peristiwa perang khandak atau perang penguasaan Madinah, yang menceritakan pertempuran antara Raja Khandak dan Raja Badar yang kafir melawan Rasulullah dan 'Ali.
ADVERTISEMENT
Manuskrip ini ditulis menggunakan tulisan tangan yang sudah cukup modern. Konon, manuskrip ini diterjemahkan oleh Nuruddin ibn 'Ali di Reman (Thailand Selatan) pada tanggal 9 Rabiul awal 1224 (Senin 24 April 1809). Tanggal tersebut mungkin merujuk pada Manuskrip yang lebih awal muncul daripada salinan yang sekarang. Manuksirp ini kemudian diakuisisi dari Bonhams, London, pada 28 April 2005.
Hikayat Raja Khandak dan Raja Badar dalam bentuk digital berisi 69 halaman dengan 21 baris di setiap halamannya, ukurannya yaitu 205 x 160 mm. Ditulis dengan tulisan tangan yang sangat rapih menggunakan tinta hitam dengan rubrik merah. Jenis kertas yang digunakan ialah Modern Endpaper.
Hikayat Raja Khandak masuk dalam kategori kesusastraan islam. Kesustraan zaman islam terbagi atas lima jenis cerita, yakni cerita Al-Quran, cerita Nabi Muhammad, cerita sahabat Nabi Muhamad, cerita pahlawan islam dan sastra kitab. Hikayat Raja Khandak masuk ke dalam kategori cerita sahabat Nabi, karena berisi kisah tentang orang-orang yang dekat dengan Nabi, seperi Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Hanya saja dalam hikayat ini sosok Ali bin Abi Thalib yang mendominasi cerita, ia digambarkan sebagai sosok pahlawan tangguh yang selalu menyertai Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Hikayat Raja khandak menceritakan tentang penyerangan kota Madinah oleh kaum kafir yang dipimpin oleh Raja Khandak dan Raja Badar. Kota Madinah adalah salah satu kota yang dianggap suci, sehingga penyerangannya tidak boleh sampai terjadi dan harus dicegah. Nabi Muhammad dengan didampingi Ali beserta kaum muslimin yang lain berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan kota Madinah dari serangan kaum kafir. Dengan kegigihan bahwa kebaikan akan menang melawan kejahatan, akhirnya kaum muslimin berhasil memenangkan peperangan atas kaum kafir yang dipimpin oleh Raja Khandak.
Berlandaskan kisah yang tertuang dalam Hikayat Raja Khandak dan Raja Badar, rasa cinta yang besar terhadap agama Islam serta kegigihan dalam menegakkan kebenaran yang ditunjukkan Rasulullah dan Ali rasanya patut diteladani oleh kaum muslimin di era yang modern ini. Melalui peninggalan leluhur di masa lalu seperti manuskrip, dapat menjadi pembelajaran yang berharga bagi generasi manusia di masa kini dan masa mendatang kelak.
ADVERTISEMENT

Hasil Transliterasi

Berikut adalah kutipan teks hasil transliterasi terhadap naskah Hikayat Raja Khandak dan Raja Badar yang dimuat dalam British Library.
Bagian Pembuka
Bismillahir Rohman Nirrohim
Wabihinnasta’in billahi l’aliyi l’adzim.
Ini citera tatkala Rasulullah SAW berperang dengan Raja Handak dan Raja Badar.
Barang siapa membaca ini atau mendengarkan dia daripada permulaan datang kepada kesudahannya terlalu besar pahalanya kepada Allah SWT.
Ini kisah maka tersebutlah perkataan Raja Handak anak Nabi Allah Sulaiman tatkala dipindahkan Allah Ta’ala daripada negeri yang fana kepada negeri yang baka maka berpalinglah ia daripada agama nabi Muhammad SAW.
Syahdan maka disembahnya mereka itu berhala…
Bagian Penutup
Maka kembali ke tempatnya
Rasulullah pun menambil air sembahyang, maka sembahyang dua rakaat salam, telah sudah, maka meminta do’a kepada Allah Ta’ala:
ADVERTISEMENT
Ya Tuhanku ampunkanlah kira dosa hambamu yang mati syahid itu
Juga datanglah firman Allah kepada Jibrail.
Ampunkan segala dosa hambamu yang mati syahid. Maka Jibrail pun turun ke dunia Rasululllah.lalu memberi salam. maka rasa hati oleh Rasulullah salam jibril.
Maka kata jibrail, adapun firman Alah kepada Tuan demikian. Telah kuampunlah segala umat dosanya kekasihku yang mati syahid.

Sumber Referensi

Al Mubarakfury. Syafiurrahman. 2014. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Ummu Qura.
Fang, Liaw Yock. 1993. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
http://www.bl.uk/manuscripts/FullDisplay.aspx?index=57&ref=Or_16128