Laras P.O Haryanto: Belajar Seni Tanpa Biaya

Muhamad Noor Maulana
Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
Konten dari Pengguna
17 Desember 2022 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Noor Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Niyaga, Sanggar LPH, Senin (05/12/2022).
zoom-in-whitePerbesar
Niyaga, Sanggar LPH, Senin (05/12/2022).
ADVERTISEMENT
Laras P.O Haryanto (LPH) sebuah sanggar di Kota Kudus yang bermarkas di Garasi P.O Haryanto, Ngembal, Kabupaten Kudus. LPH berdiri pada tanggal 9 Juli 2020. "Sejarah berdirinya LPH bermula waktu COVID-19, sebab pemerintah kota tidak peduli kepada para seniman," tutur Damar Fajar, sebagai anggota LPH melalui pesan singkat, Kamis (08/12/22).
ADVERTISEMENT
Damar juga menambahkan, sanggar tersebut dibangun untuk menampung para seniman baru yang ingin berkecimpung di dunia pewayangan atau seni lainnya.
Selain pewayangan, ada juga campursari dan seni tari. Di LPH saat ini yang banyak peminatnya adalah seni tari. "Anggota aktifnya ada 40 orang itu untuk yang karawitan, untuk yang tari ada 50, campursari 25 orang, dan untuk pedalangan 30 orang. Jadi, semua total anggota yang aktif sekitar 155 orang," ungkapnya lagi, Sabtu (03/12/22).
LPH siap menerima dari dalang, sinden hingga niyaga secara gratis. Wayang kulit, sound system, panggung, gamelan dan peralatan juga instruktur berpengalaman sudah disediakan. Siapa pun yang belajar tidak membayar sepeser pun, dan bahkan bahan habis pakai seperti makanan dan camilan diantarkan setelah pelatihan selesai.
ADVERTISEMENT
Di sana menerima semua orang yang ingin berlatih untuk menjadi dalang, niyaga, dan sinden. Mulai dari anak anak SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa, mereka menjadi satu untuk tujuan yang sama.
"Pak Haji Haryanto menegaskan untuk semua anggota dan para pelatih tidak hanya fokus kepada latihan gamelan saja, tetapi juga harus fokus beribadah. Jadi setiap malam jum'at, beliau mengajak anggota dan instruktur untuk pengajian rutin, di sana tidak hanya belajar tentang budaya, namun juga agama," katanya, Minggu (04/12/2022).
H. Haryanto merangkul para seniman senior untuk menjadi instruktur di sanggar tersebut, serta mengajak bibit unggul generasi muda untuk berlatih menjadi seorang seniman. Menurut H. Haryanto sendiri, anak muda yang berbakat perlu dilatih lagi. Selain itu, diperkenalkan juga kepada budaya agar ikut melestarikan.
ADVERTISEMENT
Damar salah satu anggota menjelaskan kenapa dia berminat untuk masuk ke sanggar tersebut, "Pertama, ingin mengembangkan bakat, kedua ikut serta melestarikan budaya kita sendiri kalau bukan kita siapa lagi, apalagi zaman sekarang pemuda pemudi juga kurang minat pada seni, yang ketiga saya ikut sanggar untuk sampingan, jadi seniman itu bukan menjadi sumber penghasilan utama, tetapi dari seni itu bisa menghidupi," jelasnya, Kamis (08/12/2022).
Adapun biaya sewa pada acara wayangan itu 25 juta per malam dan campursari 8 juta. Pembagian uang untuk pemain tersebut dibagi secara merata. Tetapi untuk upah yang diterima oleh dalang lebih banyak dari yang lainnya. Damar sendiri mendapat upah kisaran 200 sampai 500 ribu rupiah.
Damar, anggota LPH, Senin (05/12/2022).
Menurut saya, seni itu perlu dilestarikan oleh warga Indonesia. Sebab, anak muda zaman sekarang terlalu sedikit mengetahui perihal seni dan budaya. Banyak orang tua pada zaman sekarang yang tidak memberi pengetahuan tentang seni kepada anaknya, sebab itu masih banyak anak yang tidak ingin menjadi seorang seniman.
ADVERTISEMENT
Damar berpesan ke generasi muda untuk semua anak muda yang ada di negara tercinta ini mari kita bersama sama melestarikan budaya yang ada di Indonesia. Kalau bukan kita sendiri siapa lagi yang akan melestarikan, tidak ada kata sulit dan tidak ada kata terlambat sebelum mencoba. Semua ini demi anak cucu kita besok untuk anak muda yang sudah mau melestarikan budaya tetap semangat dan jangan pernah menyerah untuk belajar.