Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Seribu Teknologi Pembuka Mimpi
6 Juni 2022 12:55 WIB
Tulisan dari Wafa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ribuan inovasi dari teknologi dan sains sebagai pewujud mimpi
ADVERTISEMENT
"Mata dapat melihat segala arah, tapi terkadang hati melihat apa yang tidak terlihat oleh mata".
ADVERTISEMENT
Membaca sepenggal kalimat di atas, kita seakan ikut merasakan kesulitan yang dialami tunanetra. Tunanetra merupakan individu yang memiliki penglihatan lemah dengan akurasi penglihatan kurang dari 6/60 atau tidak lagi memiliki penglihatan setelah didiagnosis. Mendengar istilah tunanetra pasti kita berfikir bahwa kata tersebut identik dengan seseorang yang hanya duduk diam dan tidak bisa melakukan suatu hal yang hebat. Namun, dibalik keterbatasan itu mereka harus bisa bangkit karena masih ada orang yang peduli. Barangkali dari mereka merasa dirinya tidak berharga dan kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki. Padahal ada orang yang bisa membantu mereka untuk mewujudkan kemampuan yang dimilikinya dengan membuat alat yang bisa memudahkan mereka dalam beraktifitas.
Sebelumnya, sudah ada beberapa orang yang mencoba membuat sebuah teknologi untuk memudahkan tunanetra dalam mengasah potensi yang ada dalam dirinya. Mereka berupaya membuat tongkat mulai dari klasik hingga tongkat dengan desain modern yang bisa memudahkan para tunanetra. Salah satunya yaitu Sutarsi Suhaeb pada tahun 2016 yang berusaha menciptakan alat berupa tongkat elektronik yang berbasis Sensor Ultrasonik Dan Mikrokontroler Atmega8535. Kemudian kami memperbarui inovasi yang sudah ada sebelumnya dengan menambahkan sensor pulse dan sensor inframerah.
ADVERTISEMENT
“Inovasi, empati dan solusi".
Inovasi sensor pulse dan inframerah dapat dikategorikan sebagai robot machine. Hal ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, disini kami mengaplikasikan sensor inframerah yang berfungsi untuk mengeluarkan suara berupa peringatan saat terdapat penghalang di depan tunanetra. Cara kerja sensor Inframerah adalah dengan memanfaatkan pantulan inframerah dari pemancar (transmitter). Ketika ada objek di depan sensor inframerah, maka sinar inframerah dari pemancar akan terhalang oleh benda serta akan dipantulkan menuju penerima. Saat objek terdeteksi oleh sensor, maka dapat menghasilkan output berupa suara yang akan memudahkan tunanetra. Jadi, saat tunanetra berjalan dan di depannya ada batu atau balok kayu misalnya, maka tongkat elektrik ini akan mengeluarkan suara sehingga tunanetra bisa menghindari batu atau balok kayu tersebut. Dengan adanya tongkat ini, para penyandang tunanetra tidak akan merasa kesulitan lagi dalam melakukan aktifitasnya. Sehingga tunanetra tidak akan menutup diri dan memiliki semangat untuk berbaur dengan yang lain. Selain itu, mereka dapat menunjukkan kemampuan dan bangkit dari keterpurukan.
ADVERTISEMENT
“Keberanian untuk bangkit".
Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani Kuno mengatakan bahwa, “The conquering of fear is the beginning of wisdom.” Artinya, Kemampuan menaklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan. Orang yang mempunyai keberanian mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan yang sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Beberapa motivasi yang harus didengar dan ditanamkan dalam hati para tunanetra yaitu bahwa dirinya harus berani, banyak orang yang mendukungnya, tidak ada yang akan menertawakannya. Tunanetra harus mampu mengusir rasa takut dan kegelisahannya, dengan begitu tunanetra mampu untuk bangkit dan meraih mimpi-mimpi yang selama ini hanya menjadi angan-angan belaka.
Salah satu kisah dari tunanetra yang berhasil mewujudkan mimpi mereka adalah Marla Runyan. Keadaan tersebut tidak membuat ia menjadi putus asa melainkan ia berusaha beradaptasi dan tetap bekerja keras. Pada dasarnya, Marla Runyan suka berolahraga kemudian memutuskan untuk menjadi atlet lari. Ia memperoleh banyak penghargaan dalam dunia olahraga yaitu pernah menjadi juara nasional lari wanita 5000 meter, meraih 4 medali emas, dan meraih medali perak pada perlombaan tolak peluru. Hal ini membuktikan bahwa keterbatasan yang dimiliki oleh tunanetra tidak membatasi potensi yang ada dalam diri mereka.
ADVERTISEMENT