Konten dari Pengguna

Serba-Serbi Teknologi yang Mendampingi Hidup Gen Alfa

Mayritza Aurel
Seorang Mahasiswi di Universitas Pembangunan Jaya. Berkacamata karena suka baca (katanya). Hobi main feeding frenzy.
21 Februari 2024 17:38 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mayritza Aurel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak dengan teknologi. (Sumber: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anak dengan teknologi. (Sumber: Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Generasi Alfa, istilah yang mungkin sudah dikenal atau masih baru bagi sebagian orang, merujuk pada kelompok anak-anak yang lahir di era saat teknologi menguasai hampir semua aspek kehidupan sehari-hari. Generasi Alfa adalah generasi yang mengikuti Generasi Z, terdiri dari individu yang lahir antara tahun 2010-an hingga awal 2020-an (Salim, 2024). Mereka merupakan generasi yang mengalami pertumbuhan di dunia yang terhubung, di mana layar-layar digital menghadirkan informasi, hiburan, dan peluang pembelajaran. Disebut sebagai generasi "digital natives," Generasi Alfa tumbuh di tengah teknologi yang menjadi sahabat sejak awal perkembangan mereka. Namun, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana pengaruh intensif teknologi ini mempengaruhi perkembangan unik mereka. Bagaimana interaksi mereka dengan lingkungan, proses belajar, dan pertumbuhan di era digital ini? Artikel ini akan mengulas perkembangan menarik Generasi Alfa dan dampak penting yang mungkin berpengaruh pada masa depan kita.
ADVERTISEMENT
Sejak Lahir ada dalam Dunia Digital
Sejak bayi ada teknologi. (Sumber: Pixabay)
Mengutip Endang Fatmawati dalam bukunya Praktik Sosial Pemustaka Digital Natives tahun 2022, digital natives sendiri dalam konteks pemustaka adalah orang yang mengenal teknologi sejak dini dan telah terbiasa pada penggunaan teknologi informasi dalam akses informasi di kehidupan sehari-harinya (Dewi dan Gischa, 2023). Ini jelas menunjukkan ciri identitas Generasi Alfa yang terlahir di tengah lansekap dunia yang telah dipenuhi oleh perangkat digital dan konektivitas internet bahkan sejak momen awal kelahiran mereka. Sejak lahir saja, mereka telah dikelilingi oleh perangkat pintar, layar sentuh, dan jaringan digital yang akan terus dievaluasi dan menjadi seperti perpanjangan jaringan saraf mereka sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengembangan awal Generasi Alfa, perangkat-perangkat tersebut bukan lagi benda mati, melainkan teman seiring dengan proses pertumbuhan dan pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Ketika bayi Generasi Alfa meraba-raba dunia ini untuk pertama kalinya, mungkin saja gawai dan perangkat elektronik sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari lingkungan sekitar mereka. Mereka bukan cuma terbiasa dengan suara ayah atau ibunya, tetapi juga dengan suara perangkat yang menggema di sekitar rumah. Pada tahap-tahap awal kehidupan mereka, teknologi tidak hanya menjadi sumber hiburan atau alat pembelajaran, tetapi juga pengantar ke dunia yang terus berubah serta terhubung pada aspek kehidupan lainnya.
Dengan begitu banyak informasi yang dapat diakses melalui layar-layar kecil di genggaman mereka, Generasi Alfa tumbuh dengan kesempatan yang seharusnya bisa digunakan untuk menggali pengetahuan dan mengeksplorasi berbagai sudut dunia, bahkan sebelum mereka mampu berbicara secara lengkap. Seiring dengan pertumbuhan mereka, teknologi tidak lagi cuma menyediakan hiburan, tetapi juga menjadi penunjang untuk pengembangan keterampilan kognitif, sosial, dan bahasa yang merupakan hal krusial dalam fase awal kehidupan.
ADVERTISEMENT
Adanya berbagai jenis perangkat teknologi yang semakin canggih, Generasi Alfa membentuk pandangan mereka terhadap dunia dengan bantuan perangkat-perangkat tersebut. Jika bertahun-tahun sebelumnya teknologi hanya menjadi alat bantu, kini keberadaan teknologi menjadi penopang sehari-hari Generasi Alfa yang lambat laun menjadi vital karena ketergantungannya.
Mendorong Multitasking
Anak-anak memgerjakan tugas. (Sumber: Pixabay)
Kemudian karena itu, generasi Alfa sering kali terbiasa melakukan banyak hal sekaligus (multitasking) terutama dalam penggunaan teknologi. Mereka ini bisa mengakses beberapa aplikasi atau platform secara bersamaan, seperti menonton video di YouTube sambil membalas pesan di media sosial atau bermain game sambil mendengarkan musik. Dengan terus-menerus terekspos oleh teknologi, kecenderungan generasi Alfa untuk memproses informasi akan lebih cepat. Maka, ketika mereka terbiasa dengan aliran informasi yang beragam, mereka dapat mengambil keputusan serta menyesuaikan diri terhadap pengetahuan dengan lebih cepat. Meskipun begitu, generasi Alfa dihadapkan pada tantangan mempertahankan fokus mereka pada satu tugas atau kegiatan untuk waktu yang lama. Ini karena terus-menerus terpapar oleh stimulus digital (semua informasi atau pesan yang diterima melalui perangkat teknologi seperti ponsel, komputer, atau internet) membuat mereka rentan terhadap gangguan dan kelelahan mental.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hal utama yang jadi perhatian terhadap teknologi dan media sosial masa kini adalah pengaruhnya terhadap Attention Span seseorang. Attention Span sendiri merupakan (Nur Tazkiyah Sejati, 2023) durasi yang diperlukan seseorang untuk fokus sepenuhnya pada suatu aktivitas. Dengan banyaknya fitur video singkat pada media sosial saat ini dan setiap videonya hanya dibatasi waktu beberapa detik saja, maka Attention Span yang dimiliki pengguna aktifnya akan semakin pendek. Ketika pengguna aktif media sosial perlu untuk memfokuskan diri pada sesuatu yang lebih dari rentang waktu yang biasanya mereka lakukan, maka mereka bisa dengan mudah terdistraksi atau bosan. Menurut Gloria Mark, seorang psikolog dan penulis buku "Attention Span: Finding Focus and Fighting Distraction" di tahun 2004, rata-rata orang memiliki kemampuan untuk fokus pada satu layar selama sekitar 150 detik sebelum beralih ke layar lainnya. Namun, dalam konteks saat ini, orang rata-rata hanya mampu mempertahankan fokus mereka selama sekitar 47 detik sebelum mereka berpindah ke hal lain (Chelsea Anastasia, 2023).
ADVERTISEMENT
Pengaruh Pandemi Covid-19
Murid di masa Pandemi Covid-19. (Sumber: Pixabay)
Teknologi adalah peran kunci dalam akses pendidikan generasi Alfa. Terlebih lagi ketika terjadi pandemi Covid-19 selama 2 tahun lebih, yang mengharuskan mereka untuk menghadapinya dan menjalankan pendidikan melalui bantuan teknologi. Bantuan teknologi dikerahkan melalui bentuk pembelajaran interaktif dan difasilitasi wadah edukasi digital serta tatap muka yang hanya seperti sedang melakukan video panggilan beramai-ramai.
Pembelajaran yang dilakukan secara daring tentu tidak seefektif yang dilakukan secara langsung dan berhadapan secara fisik. Interaksi secara langsung di dalam kelas memungkinkan murid untuk memahami materi pembelajaran lebih cepat dibandingkan pembelajaran di dalam rumah yang diperantarai gawai. Pembelajaran melalui gawai cenderung mendorong murid untuk terdistraksi pada hal-hal di sekitar mereka, ketika Attention Span singkat mereka dipaksa untuk terus berlanjut. Meski banyak pendapat bahwa pembelajaran daring ternyata lebih efektif, namun dalam beberapa kasus, itu bisa terjadi sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran daring memberi ruang mereka untuk belajar secara mandiri, namun juga memberi kemudahan pada murid-murid untuk mengakses jawaban secara cepat di internet ketimbang mendapat jawaban dari hasil pembelajaran mereka sebelumnya. Kecanggihan teknologi generasi Alfa memang memudahkan mereka untuk mengakses berbagai wadah pembelajaran daring yang interaktif, yang dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan kolaboratif mereka. Namun, generasi Alfa juga perlu didorong untuk menggunakan teknologi dengan bijaksana, agar dapat mengembangkan kemampuan kritis.
Tantangan yang Diperoleh
Bermain ponsel. (Sumber: Pixabay)
Meskipun terhubung secara digital, generasi Alfa juga menghadapi tantangan termasuk segi kesehatan baik fisik maupun mental, keamanan dan privasi, hubungan interpersonal, serta perilaku. Eksposur yang berlebih terhadap teknologi membuat mereka semakin sulit fokus pada rutinitas sehari-hari yang sesuai dengan jadwal. Distraksi yang ditimbulkan mempengaruhi mereka untuk terus berada dalam jaringan, hingga dapat mendorong mereka untuk terus aktif dan bahkan begadang. Ini mengarahkan anak-anak tersebut pada gangguan tidur. Mereka bisa kekurangan waktu tidur mereka, dan terburu-buru bangun agar dapat kembali berada dalam jaringan. Ini bisa menjadi hal yang cukup kritis, karena di sisi lain kebanyakan dari mereka butuh waktu istirahat yang cukup dalam masa perkembangannya. Mereka butuh waktu untuk beristirahat yang optimal agar dapat membantu mereka fokus ketika menjalani pembelajaran di sekolah.
ADVERTISEMENT
Sosial media sendiri merupakan alat yang Keterbukaan mereka di media sosial juga mampu membuat mereka tertekan secara mental, dikarenakan tuntutan yang mereka dapatkan agar selalu berada dalam jaringan. Mereka menciptakan persona untuk profil media sosial mereka, hingga ketika mereka tidak dapat memenuhi ekspektasi baik milik dirinya sendiri atau milik orang lain, mereka cenderung kecewa dan bisa berpengaruh pada kondisi tekanan batin mereka. Selain itu, paparan media sosial membentuk ketidakseimbangan dalam hubungan interpersonal mereka. Anak-anak tersebut cenderung menyukai persona daring yang mereka ciptakan, sehingga mereka lebih percaya diri untuk berinteraksi secara daring saja. Hal ini memicu isolasi diri terhadap lingkungan sekitar, yang dimana seharusnya usia mereka adalah usia prima untuk bermain dengan teman sebaya dan beraktivitas di lingkungan luar rumah.
ADVERTISEMENT
Keterbukaan mereka di media sosial juga bisa mengancam keamanan dan privasi yang mereka belum sadari apa pentingnya hal tersebut dan apa bahaya yang ditimbulkan oleh keterbukaan tersebut. Permainan berbasis daring juga memungkinkan merkea untuk berinteraksi dengan orang asing tanpa wajah, rentan sekali terhadap penipuan yang kebanyakan dari mereka bisa hindari. Ini tentu merugikan mereka jika lawan interaksi mereka punya niat jahat sementara mereka membuka banyak informasi kepada orang-orang tersebut.
Isu yang ditimbulkan oleh media sosial ini bisa mengarah kepada media populer. Generasi Alfa melihat banyak sekali inspirasi dari berselancar di internet, yang lama kelamaan seperti menjejalkan standar untuk menambah ketidakpercayaan diri mereka. Idola yang mereka lihat di media sosial mendorong mereka untuk menjalani diet ketat, membeli berbagai produk kecantikan, membeli banyak barang-barang lebih dari yang dibutuhkan, dan lain sebagainya. Hal tersebut perlahan mengarah kepada kapitalisme.
ADVERTISEMENT
Fenomena “Sephora Kids” adalah hal yang terjadi sebagai contoh. Sephora sendiri merupakan toko yang menjual kosmetik serta produk-produk untuk kesehatan kulit. Anak-anak dengan rentang usia Generasi Alfa semakin sering mengunjungi toko tersebut beberapa waktu akhir dan menunjukkan keinginannya untuk membeli produk perawatan kulit, bahan Retinol (jenis vitamin A yang bermanfaat untuk menunda penuaan) yang belum mereka butuhkan sama sekali di usia saat ini, meskipun batas penggunaan Retinol untuk usia termuda adalah 11 tahun.
Paparan media sosial terhadap anak-anak juga kerap disebut membuaat perilaku mereka berubah dan berkelakuan tidak sopan terhadap orang-orang yang lebih tua dari mereka. Mereka melihat banyaknya contoh komentar-komentar di media sosial dalam hal perdebatan, yang membuat mereka jadi terdorong untuk berpikir bahwa mereka juga bisa membela dirinya ketika ditegur. Dengan banyaknya hal serta ucapan yang beredar di media sosial, membuat anak seusia mereka mencontoh dan mengaplikasikannya pada dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Penutup
Generasi Alfa, yang hidup di era digital yang semakin terkoneksi, menjadi saksi serta pengguna aktif teknologi yang terus berkembang. Mereka lahir di tengah meriah dan gemerlapnya perkembangan teknologi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meskipun teknologi membuka pintu untuk informasi yang luas dan cara belajar yang menarik, teknologi juga bisa menjadi senjata pada generasi-generasi sebelum mereka. Dikarenakan adaptasinya yang cepat pada berbagai jenis teknologi, Generasi Alpha dapat terbilang sebagai anak-anak pintar dan pandai. Peluang mereka untuk terus melanjutkan perkembangan teknologi dan mewujudkan mimpi-mimpi atas masa depan yang pernah ada bisa saja terjadi.
Untuk membantu Generasi Alpha menavigasi dunia digital ini, dibutuhkan dukungan dan bimbingan yang tepat. Dengan pendekatan yang mendalam dan disertai kerjasama antara semua pihak, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka dengan baik. Ini akan membantu mereka mengatasi tantangan serta memanfaatkan teknologi dengan cara yang positif. Dengan persiapan yang baik, Generasi Alfa akan siap menghadapi masa depan yang penuh peluang, meskipun penuh ketidakpastian.
ADVERTISEMENT
Referensi
Anastasia, C. (n.d.). Rata-Rata Orang Hanya Memiliki 47 Detik Rentang Perhatian, Gimana Biar Bisa Fokus Lebih Lama? Retrieved February 21, 2024, from https://www.liputan6.com/health/read/5213462/rata-rata-orang-hanya-memiliki-47-detik-rentang-perhatian-gimana-biar-bisa-fokus-lebih-lama?page=3
Dewi, R. K., & Gischa, S. (2023, June 28). APA Yang Dimaksud Generasi digital native? Ini Penjelasannya .... KOMPAS.com. https://www.kompas.com/skola/read/2023/06/28/200000969/apa-yang-dimaksud-generasi-digital-native-ini-penjelasannya--
Salim, M. P. (2023, June 28). Apa yang Dimaksud Generasi Digital Native? Ini Penjelasannya .... Halaman all. Kompas.com. Retrieved February 21, 2024, from https://www.kompas.com/skola/read/2023/06/28/200000969/apa-yang-dimaksud-generasi-digital-native-ini-penjelasannya--?page=all
Sejati, N. T. (2023, August 21). 5 Tips Atasi Masalah Attention Span, Biar Bisa Lebih Fokus! IDN Times. Retrieved February 21, 2024, from https://www.idntimes.com/life/inspiration/nur-tazkiyah/tips-atasi-masalah-attention-span-biar-bisa-lebih-fokus-c1c2
Siloam Hospitals. (2023, September 26). Manfaat Retinol untuk Wajah dan Efek Sampingnya. Siloam Hospitals. Retrieved February 21, 2024, from https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-retinol#mcetoc_1gv093abiegv
ADVERTISEMENT
https://www.kompas.com/skola/read/2023/06/28/200000969/apa-yang-dimaksud-generasi-digital-native-ini-penjelasannya--