part 9 square.jpg

Mayat Pengantin: Keluarkan Aku (Part 9)

4 Maret 2020 11:30 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keluarkan aku. Foto: Argy/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Keluarkan aku. Foto: Argy/kumparan
ADVERTISEMENT
Putu membuka pintu kamar. Ia menerjang Arini yang berdiri dua meter di hadapannya. Golok diayunkannya ke sembarang arah karena tangan kanannya masih memegangi mata yang berlumur darah. Arini berhasil menghindari golok tersebut, ia kemudian berteriak sambil menusukkan obeng ke mata sebelah kiri Putu. Ia mundur beberapa langkah lalu ambruk. Obeng tersebut masih tertancap di mata Putu, golok di tangannya lepas, kali ini Putu menjerit kesakitan. Arini hilang kendali, entah karena panik atau entah kenapa, dia naik ke atas badan Putu kemudian mencabut obeng tersebut. Dengan brutal ia tusukkan berkali-kali obeng itu ke leher Putu.
ADVERTISEMENT
"Bangsat kau!" Arini mengamuk, darah dari leher Putu muncrat ke wajahnya.
Lelaki itu kejang-kejang lalu tewas dengan mengenaskan. Obeng masih tertancap di lehernya setelah itu, Arini langsung melarikan diri. Mayat Putu bersimbah darah terkapar di lantai. Sedangkan Sri masih terbaring tidak bernyawa di atas tempat tidurnya.
***
"Ayah, rumah yang di dekat sawah itu bagaimana?"
"Dipinjam temanku, Mah."
Pagi itu Wayang sedang duduk di beranda rumahnya. Istrinya muncul dari dalam rumah membawa segelas teh manis.
"Ayah sebaiknya tengok ke sana. Tanya mau sampai kapan dipinjam. Lagian lebih baik dia sewa saja, ngapain pula ayah baik banget."
"Ayah bingung Mah. Putu itu teman baik ayah. Jadi tidak sampai hati kalau nyuruh dia buat sewa."
ADVERTISEMENT
"Ya, tidak bisa begitulah ayah. Itu kan aset keluarga. Ya sudah ayah tengok saja dulu. Lihat keadaan rumah takutnya ada yang rusak."
"Ya sudah besok ayah tengok ke sana."
Pagi sekali Wayang berangkat naik motor bebek. Setibanya di sana, dia heran kenapa pintu rumahnya terbuka. Dipanggil-panggil pun Putu tidak menyahut, ia masuk ke dalam kamar dan terkejut saat melihat mayat Putu terkapar di lantai. Banyak darah kering tercecer, mayat itu sudah membusuk. Wayang panik, buru-buru berlari keluar, namun saat hendak menuju pintu, tiba-tiba pintu tersebut tertutup dengan sendirinya. Lalu ada sesuatu yang menarik kaki kanannya sehingga Wayang terjatuh ke lantai. Tubuhnya diseret masuk ke dalam kamar, pintu pun tertutup rapat. Ia berteriak minta tolong, tapi tidak ada siapa pun di sana yang dapat mendengarnya.
ADVERTISEMENT
Dadanya turun naik, keringat bercucuran di dahi, setelah diseret kakinya berhasil lepas. Ia menggedor-gedor pintu kamar, mencoba untuk mendobraknya, namun tetap tidak berhasil. Ada mayat Sri di atas tempat tidur, juga mayat Putu yang busuk membuat Wayang mual-mual. Kamar itu remang sebab tirai jendelanya tertutup rapat, cahaya hanya masuk dari ventilasi udara yang kecil. Wayang tidak tahu makhluk apa yang barusan menyeret kakinya. Ia tidak melihat apa pun, hingga akhirnya di pojok kanan ruangan dekat dengan tempat tidur Sri, muncul sesosok bayangan manusia berkepala kambing.
Ia perlahan mendekat, Wayang semakin berteriak ketakutan. Makhluk itu meluruskan telunjuknya ke wajah Wayang dan seketika Wayang tidak bisa berbicara. Lidahnya putus lalu jatuh ke lantai. Disusul bola-bola matanya menggelinding kesana-sini. Wayang berlutut, tubuhnya bergetar seperti ikan hidup yang baru saja dibanting. Satu per satu organ tubuh Wayang jatuh, termasuk kelaminnya. Dan sekali hisapan saja, makhluk itu menyedot semua oragan tubuh Wayang lalu menelan sisa tubuhnya bulat-bulat.
ADVERTISEMENT
Sesaat setelah makhluk itu selesai menyantap Wayang, dengan ajaib jari telunjuk Sri bergerak. Sekali hentakan saja.
Nantikan cerita Mayat Pengantin selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten