part 4 square(2).jpg

Mayat Pengantin: Mimpi Itu Datang Lagi (Part 4)

28 Februari 2020 19:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mayat Pengantin. Foto: Argy/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mayat Pengantin. Foto: Argy/kumparan
ADVERTISEMENT
Wayang akhirnya datang. Ia adalah seorang lelaki kurus berambut gondrong, rambutnya diikat ke belakang. Ia mengenakan jaket kupluk warna hitam dan celana jeans biru. Wayang datang sendirian, ia tidak mau ada orang yang tahu tentang rencana gila temannya itu. Wajah Wayang terlihat khawatir, perlahan ia buka peti jenazah Sri, lalu menggelengkan kepala. Masih tidak menyangka kalau temannya sebodoh itu, percaya dengan mimpi.
ADVERTISEMENT
“Aku yakin ini tidak akan berhasil, Putu” Wayang berdecak kesal.
“Aku harus coba terlebih dahulu, Way,” Putu mengeluarkan selembar daun talas dari dalam tasnya. “Kau lihat ini, nenek dalam mimpiku yang memberikannya.”
Wayang mengambil daun talas yang bertuliskan bahasa sanskerta, dahinya berkerut, “Berapa lama kau akan mengawetkan mayat istrimu?”
Putu memalingkan pandangan, terlihat sedang berpikir, “Mungkin sebulan,” jawabnya singkat.
“Mungkin?”
“Atau lebih. Atau sampai Sri hidup lagi.”
“Kau gila, Putu. Sudahlah biarkan Sri tenang, kita kremasi saja. Kau bisa cari wanita lain, Putu.”
“Aku tidak bisa hidup tanpa Sri. Kau tahu sendiri kan Wayang. Aku akan buktikan padamu kalau Sri masih bisa dihidupkan lagi.”
“Terserah kau sajalah.”
Walau Wayang sama sekali tidak yakin Sri bisa bangkit dari kematian, dia tetap menyerahkan kunci rumah itu pada Putu. Ia bahkan membantu temannya menggotong peti jenazah masuk ke dalam rumah.
ADVERTISEMENT
“Sudah lama rumah ini tidak ada yang isi. Kau tahu kan kalau rumah ini angker?”
“Ya, aku tahu. Tapi tak jadi soal. Aku yakin selama tidak macam-macam, mereka tidak akan menggangguku.”
Debu terserak di mana-mana, lantainya juga kotor, dindingnya masih terlihat bersih hanya ada sedikit sarang laba-laba saja di setiap sudutnya. Walau sudah lama tidak ada yang isi, peralatan rumah itu terbilang lengkap. Semua ditutup kain putih agar terhindar dari debu.
“Putu, kau harus membersihkan rumah ini dulu. Sudah lama rumah ini tidak ditempati, aku takut ada ular yang masuk ke rumah,” kata Wayang sesaat sebelum pamit pulang.
“Kau tenang saja Wayang, nanti kubersihkan. Sekali lagi, aku sangat berterima kasih padamu.”
ADVERTISEMENT
Setelah Wayang pulang, Putu menyusuri setiap ruangan rumah itu. Ada dua kamar tidur dan satu kamar mandi, dapurnya cukup luas, Putu sempat berpikir sungguh sayang sekali rumah sebagus ini malah terbengkalai. Di sudut dapur, ia menemukan sebuah sapu dan kain pel. Malam itu Putu sibuk membersihkan ruangan rumah. Untungnya listrik rumah masih menyala, kompor gas juga masih berfungsi, air mengalir deras di kamar mandi, Putu tidak akan kesulitan tinggal di rumah itu.
Sri dibaringkan di atas tempat tidur, ia meluluri mayat itu dengan pengawet. Seketika bau pengawet menyengat memenuhi ruangan kamar. Setelah beres, Putu mengenakan kembali kebaya pakaian Sri lalu mendandani wajah istrinya itu. Alisnya dipoles lagi, pipinya dibedaki, bibirnya dikasih gincu, tidak lupa kebayanya disemprot parfum. Setelah itu, Putu membaringkan diri di samping Sri. Ia memeluk tubuh wanita itu sambil menciumi pipinya.
ADVERTISEMENT
***
Mimpi itu datang lagi. Seorang nenek yang wajahnya persis seperti yang Putu lihat di mimpinya kemarin mendatangi Putu lagi. Kali ini nenek itu mengajarkan cara mengucapkan mantra yang tertera di daun talas kemarin. Dengan terbata dan pelan-pelan, Putu mengikuti ucapan nenek itu.
“Kau tanamkan jarum ini di jempol kaki Sri.”
Nenek tersebut menyodorkan dua jarum jahit. Putu menerimanya.
“Lalu apalagi yang harus aku lakukan?”
Nenek tersebut menyebutkan dengan jelas ritual demi ritual yang harus Putu lakukan untuk membangkitkan kembali istrinya. Dan ketika Putu bangun, lengannya sedang menggenggam dua buah jarum. Ia masih ingat tahapan ritual yang harus dilakukan, besok Putu akan memulainya. Jarum itu ia letakkan di atas meja dekat tempat tidur Sri. Kembali tubuh Sri dipeluknya erat dan mata Putu terpejam lagi. Malam kemudian berangsur pagi.
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Mayat Pengantin selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten