part 2 square(2).jpg

Mayat Pengantin: Kematian Pengantin (Part 2)

26 Februari 2020 18:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mayat Pengantin. Foto: Argy/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mayat Pengantin. Foto: Argy/kumparan
ADVERTISEMENT
Upacara adat pernikahan digelar. Orang-orang memadati jalan ikut meramaikan pernikahan tersebut. Sri didandani dengan sangat cantik, sedangkan Putu mengenakan jas putih yang elegan dengan nuansa adat Bali yang khas. Prosesi demi prosesi dilalui dengan sempurna dari mulai penjemputan mempelai wanita hingga prosesi Mewidhi Widana, sebuah prosesi pembersihan diri untuk kedua mempelai.
ADVERTISEMENT
Setelah semua prosesi selesai, tiba-tiba saja Sri meringis kesakitan, tangannya memegangi dada kiri. Putu panik melihatnya, kemudian tubuh Sri lunglai dan jatuh ke lantai. Ia tidak sadarkan diri. Semua orang berkerumun panik, Putu langsung membopongnya ke rumah sakit terdekat. Tapi, nyawanya tidak tertolong. Dokter menjelaskan kalau Sri mati kerena serangan jantung. Sontak saja Putu menangis, ia tidak menyangka pernikahannya akan jadi seperti ini.
Putu duduk di samping mayat Sri yang masih mengenakan kebaya pengantin. Ia terus mengguncangkan tubuh wanita itu sambil nangis nelangsa. Tapi, Sri benar-benar sudah mati, detak jantungnya sudah hilang dan tubuhnya juga kaku. Malangnya nasib pengantin baru itu. Belum sempat merasakan bulan madu, malah datang musibah yang tidak diduga-duga.
ADVERTISEMENT
Selepas sore, Putu memutuskan untuk membawa Sri pulang ke rumahnya. Kedua orang tua Putu juga setuju, lebih baik upacara kremasi jenazah Sri diurus oleh mereka karena Sri sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Mereka menyewa mobil rumah sakit untuk membawa pulang jenazah Sri.
Hari sudah malam, saat jenazah Sri tiba di rumah Putu. Ia membaringkannya di atas tempat tidur, tubuh yang terbujur kaku itu masih mengenakan pakaian pengantin lengkap. Bahkan make up-nya pun belum pudar. Putu, lelaki malang itu, dia tidak siap kehilangan kekasihnya yang sudah ia pacari selama delapan tahun itu.
“Sri, kamu tega banget ninggalin aku. Aku sayang sama kamu Sri.” Putu mengelus rambut kekasihnya itu. Kedua matanya sembab.
ADVERTISEMENT
Sampai larut malam, Putu tetap di samping mayat kekasihnya. Dengan nyenyak ia tidur bersama Sri. Malam itulah semuanya dimulai, sebuah mimpi aneh yang membuat Putu berpikir di luar nalar akal sehat. Dalam mimpi itu ia bertemu dengan seorang nenek yang wajahnya hitam, kukunya panjang, giginya ompong, dan membawa tongkat kayu. Ia menghampiri Putu yang sedang duduk di bawah pohon beringin. Nenek itu tersenyum padanya, kemudian memberi tahu satu hal tentang Sri.
“Kau masih bisa membangkitkan Sri dari kematiannya, Putu,” nenek itu terkekeh sambil menatap ke arah Putu.
“Benarkah?” Ragu-ragu Putu bertanya.
“Iya, awetkanlah mayat Sri. Lalu amalkan ajian Rancasona ini. Niscaya kekasihmu itu bangkit lagi,” nenek itu terkekeh lagi, terkesan aneh juga menakutkan.
ADVERTISEMENT
“Ajian apa itu?”
Nenek yang duduk di samping Putu menyodorkan selembar daun talas, di atas daun itu ada sebuah tulisan berbahasa Sanskerta. Putu tidak tahu apa artinya dan bagaimana merapalkannya. Sebelum ia sempat menanyakan hal tersebut, nenek misterius itu hilang. Putu seketika tergeragap bangun dari tidurnya. Keringat membasahi dahi, napasnya tersengal-sengal. Ternyata hari sudah pagi, cahaya matahari menembus jendela menyinari wajahnya yang masih mengantuk.
“Putu?” Ni Komang, ibunya Putu mengetuk pintu kamar.
“Iya, Bu. Sebentar,” saat hendak membukakan pintu, ia melihat selembar daun talas tergeletak di lantai. Di atas daun itu terdapat tulisan Sanskerta, tidak salah lagi kalau itu adalah daun yang ia lihat di mimpinya! Ajaib sekali, pikir Putu. Sebelum ibunya melihat daun itu, buru-buru ia menyembunyikannya di bawah tempat tidur.
ADVERTISEMENT
“Ibu sudah siapkan untuk upacara ngaben sederhana, jenazah Sri harus segera kita kremasi. Kamu siap-siap ya. Mandi dulu sana.”
“Oh baik, Bu.”
Tidak! Putu tidak mau mengkremasi mayat Sri. Ia berpikir keras bagaimana caranya agar Sri bisa diawetkan. Putu tahu, mempercayai mimpi adalah hal yang bodoh, namun apa salahnya dicoba. Lagi pula nenek dalam mimpinya itu benar-benar memberikan daun talas yang ada mantranya. Ini berarti masih ada kesempatan untuk membangkitkan Sri dari kematian, pikir Putu. Ia meraih smartphone-nya lalu mengetik sesuatu. Putu mendekati mayat Sri, ia mengecup kening istrinya itu.
"Kau akan kubangkitkan sayang," gumam Putu.
Nantikan cerita Mayat Pengantin selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten