Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
Putu heran kenapa wanita itu tidak kunjung mati. Biasanya makhluk berkepala kambing langsung muncul dan memakan tumbalnya. Tapi, kali ini berbeda, tangisan Arini masih terdengar dari dalam kamar. Putu mondar-mandir sambil garuk-garuk kepala, ia heran kenapa hal ini bisa terjadi? Apakah tumbalnya terlalu muda sehingga makhluk tersebut tidak mau memakannya? Putu tidak mau membukakan pintu kamar itu, ia masih berharap semoga tumbalnya bisa diterima. Kemudian dari lubang kunci, ia mengintip Arini, wanita itu sedang duduk memeluk dengkul di sudut kamar sambil menangis ketakutan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu dari dalam kamar, Arini ingin sekali kabur, tapi ada teralis yang terpasang pada jendela kamar sehingga Arini tidak bisa kabur sama sekali. Setelah lima jam terkurung, Arini berhenti menangis. Ia bangun dan berjalan mendekati mayat Sri, wajah mayat tersebut tampak segar seperti bukan orang mati. Ragu-ragu Arini menyentuh kening Sri, ia kaget karena kening mayat itu terasa hangat. Namun, saat ia tempelkan lengannya di bagian dada kiri, tidak terasa ada detak jantung di sana.
"Pak Putu, sampai kapan kau akan mengurungku? Apa maksud semua ini?!"
Tidak ada jawaban dari Putu. Arini kembali duduk di pojokan kamar, ia memperhatikan sekeliling. Kamar yang tidak terurus, baju kotor terserak di mana-mana, bercak darah kering menempel di dinding. Dan ceker ayam yang sudah mengering bergelantungan di atap. Tempat apa ini? tanya Arini dalam hatinya. Pastilah Putu sedang melakukan sebuah ritual. Malam semakin larut, tidak terasa Arini tertidur di atas lantai. Putu mengintipnya dari lubang kunci, ia berdecak kesal kenapa tumbalnya belum juga disantap makhluk berkepala kambing.
ADVERTISEMENT
Tengah malam Arini bangun karena mendengar suara gesekan. Seperti seseorang sedang menggesekkan tubuhnya ke tembok. Masih dalam keadaan kantuk, ia berdiri mencari sumber suara tersebut. Di sudut kanan kamar, terlihat seseorang sedang berdiri membelakanginya. Ia ketakutan dan berteriak karena setelah diperhatikan lagi ternyata manusia itu berkepala kambing. Arini menggedor-gedor pintu, minta dikeluarkan.
"Pak Putu tolong, Pak!"
"Pak!"
Putu yang sedang tidur di atas sofa seketika tergeragap bangun, ia langsung tersenyum. Pasti makhluk gaib itu sedang melakukan aksinya, pikirnya. Perlahan Putu mengintipnya lagi dari lubang kunci, tanpa ia sadari sebuah obeng muncul dari lubang kunci tersebut lalu menusuk bola mata kanannya. Darah mengucur, Putu menjerit kesakitan. Ia mundur dengan langkah terhuyung hingga ambruk ke lantai. Kakinya dihentak-hentakkan ke lantai, menahan rasa perih, ia kemudian menghempaskan apa pun yang ada di depannya, ngamuk tidak karuan. Sudah dapat dipastikan mata kanannya buta, obeng yang ditusukkan oleh Arini tepat sekali mengenai mata Putu.
ADVERTISEMENT
“Bangsat!” Putu berteriak kesakitan, wajahnya berkeringat.
“Keluarkan aku dari sini iblis sialan!” teriak Arini dari dalam kamar.
Lengannya masih memegangi obeng yang tidak sengaja ia temukan di kolong tempat tidur Sri. Sosok berkepala kambing tidak menampakkan wujudnya lagi, Arini baru sadar kalau gelang jimat dari ayahnyalah yang melindungi dia dari gangguan jin jahat. Berkali-kali Arini menghujamkan obeng tersebut pada engsel pintu, semakin lama engsel itu semakin merekah. Apakah dia bisa keluar dari kamar?
Sementara itu di luar, Putu masih menjerit kesakitan. Tangannya meraba sembarang arah mencari kunci kamar. Putu sudah kehabisan kesabaran, ia ingin menghabisi wanita tersebut. Setelah menemukan kunci, ia beranjak ke dapur untuk mengambil golok. Dengan patah-patah ia berjalan sambil memegangi mata kanan, kali ini dia akan menghabisi wanita itu!
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Mayat Pengantin selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: