Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Sehari sebelum beraksi, Roni sudah mengamati halaman belakang penjara. Di sana, tepatnya di sebelah kanan atas, ada sebuah lampu tembak dan posko penjagaan. Penjagaan dilakukan dua puluh empat jam, para petugas saling berganti shift, nyaris tidak ada celah bagi Roni untuk bisa menembus tembok yang tinggi dan berkawat duri tersebut. Penjagaan terlihat sangat sempurna kecuali untuk satu hal; bentuk bangunan pagar tembok penjara itu kurang sempurna dan Roni menyadari itu. Tepat di bagian tengahnya, terdapat tonjolan tembok seperti sebuah tiang yang ditanamkan ke tembok tersebut, sehingga ada tempat luang yang bisa digunakan untuk bersembunyi dari pantauan lampu tembak dan penjagaan petugas.
ADVERTISEMENT
Alat lainnya yang ia butuhkan adalah bantal guling, tali tambang, dan sebuah alat pengait. Bantal guling akan ia gunakan untuk mengelabui petugas penjaga sel selama ia beraksi, tali dan sebuah pengait akan ia gunakan untuk memanjat tembok di halaman belakang penjara. Lagi-lagi semua alat-alat itu ia dapatkan dari Jumanti; waria yang baik hati. Waria itu sebenarnya mencatat apa saja yang diinginkan Roni. Jadi, ketika keluarga Jumanti datang untuk menjenguk, ia minta dibelikan semua alat-alat yang diinginkan Roni. Hebatnya waria itu berhasil menyelundupkannya ke dalam sel.
Malam itu, Roni melancarkan aksinya, ia berhasil membuat sebuah boneka dari bantal guling, ia selimuti boneka di atas ranjang itu agar petugas menyangkanya sedang tidur. Setelah itu, tinggal satu dorongan ringan saja dinding yang ia gali sudah bisa digunakan. Roni menunggu waktu yang tepat untuk berlari ke arah dinding penjara. Beberapa kali, lampu tembak itu melintas, Roni sedang menunggu timing yang tepat agar bisa bersembunyi di celah dinding itu. Sesaat sebelum lampu tembak itu menyinari tubuh Roni, lelaki itu sudah berada di tempat yang ia inginkan.
ADVERTISEMENT
Kemudian, ia meraih tali tambang yang sudah dilengkapi dengan alat pengait yang terbuat dari besi. Tali itu berhasil menggantung pada kawat duri, Roni menarik-narik tali itu memastikan kalau kaitannya cukup kuat untuk dia panjat.
Perlahan Roni mulai memanjat tombok pagar tanpa diketahui petugas. Ini adalah pertaruhan hidup dan mati kalau ia berhasil sampai di puncak dan terlihat oleh petugas, pastilah ia akan ditembak. Saat tinggal sedikit lagi sampai di puncak, ia berhenti. Menunggu cahaya lampu tembak melintas terlebih dahulu agar tidak terlihat. Dan dengan sekali tarikan saja, ia berhasil berada di puncak. Ditarikinya tali itu lalu ia lemparkan lagi ke luar penjara, dengan tergesa-gesa Roni menuruni tembok itu. Kaki dan lengannya berdarah terkena kawat duri.
ADVERTISEMENT
Belum ada satu pun yang tahu tentang pelariannya. Ia mengendap-endap di antara semak-semak lalu masuk ke dalam hutan. Roni berlari secepat yang ia bisa, entah ke mana arahnya yang penting menjauh dari lapas. Sekitar tiga puluh menit setelah Roni berhasil kabur, bunyi bel darurat yang berasal dari lapas terdengar nyaring. Petugas sudah menyadari kalau Roni melarikan diri.
"Bergerak cepat!" Suruh kepala lapas pada anak buahnya.
"Siap Pak!"
"Telusuri semua hutan, tangkap dia secepat mungkin!" Kepala lapas naik pitam.
"Siap Pak," jawab para anak buahnya kompak sambil memegang senjata laras panjang.
Malam itu juga, mereka menyebar ke segala arah. Anjing-anjing pelacak dikerahkan. Para petugas bersenjata siap meringkus Roni dan membawanya ke tiang kematian.
ADVERTISEMENT
***
Dua hari berlalu dan Roni belum juga ditemukan. Lelaki itu masih berkeliaran di hutan Nusakambangan. Kondisi tubuhnya semakin lemah. Sepanjang pelariannya, ia hanya memakan biji-biji kopi mentah yang ia petik sendiri dari pohonnya. Sementara untuk air minum, dia hanya mengandalkan embun yang menempel pada dedaunan.
Roni harus terus berjalan, tujuannya adalah pantai. Ia akan menyeberang ke dermaga dengan cara berenang. Tapi, sampai saat ini ia belum juga melihat pantai. Sekelilingnya hanya pohon-pohon besar dan semak-semak rindang. Tubuhnya seketika ambruk, ia tidak lagi punya tenaga untuk berjalan. Matanya sayup memandangi langit yang cerah. Ia pasrah bila memang harus mati di hutan ini sekarang. Perutnya sangat lapar, tenggorokannya sangat haus. Dan saat ia terkapar, tiba-tiba terdengar suara langkah seseorang. Ingin sekali Roni bangkit dan lari, tapi tidak bisa. Langkah itu semakin mendekat, suara daun-daun kering terinjak terdengar sangat jelas.
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Tersesat di Nusakambangan selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini: