part 4 square.jpg

Tersesat di Nusakambangan: Sel Angker (Part 4)

21 Januari 2020 18:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tersesat di Nuasakambangan. Foto: Masayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tersesat di Nuasakambangan. Foto: Masayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, Roni heran dengan sel yang ia tempati. Dinding atasnya sering meneteskan darah ketika malam tiba. Sudah tiga hari dia harus membersihkan lantainya dari bercak darah. Darah yang menetes dari dinding tembok atas itu adalah darah segar, Roni tidak tahu pasti apakah itu darah manusia atau hewan. Pernah suatu pagi ia menanyakan kejanggalan itu pada Pak Rojak.
ADVERTISEMENT
"Sudah terima saja. Kau kebagiannya sel ini," itu jawaban Pak Rojak setiap kali Roni menanyakan perihal darah.
Hingga pada suatu malam, Roni sedang terbaring di atas tempat tidurnya. Ia masih memikirkan bagaimana caranya agar bisa kabur dari Nusakambangan. Tiba-tiba saja, tidak ada angin tidak ada hujan, sekelebat wanita melintas di depan selnya. Roni melihatnya dengan sangat jelas, barusan adalah sosok wanita mengenakan piama putih. Ini penjara khusus lelaki, lantas dari mana asal wanita itu? Benak Roni bertanya-tanya.
"Woi, woi," Roni memanggil penghuni sel sebelahnya.
"Iya bro," yang menyahut memang suara laki-laki tapi terdengar kemayu karena memang tetangga selnya Roni adalah seorang waria. Jumanto nama aslinya, tapi maunya dipanggil Jumanti.
ADVERTISEMENT
"Lu liat ada cewek yang lewat nggak tadi?"
"Eh, sel elu itu angker, sayang," kata Jumanti.
"Kok lu baru ngasih tahu gua?!" nada bicara Roni naik.
"Ya kan elu nggak nanya, sayang," Jumanti malah menggoda dengan nada genit.
Waria itu juga dipidana mati oleh pengadilan lantaran memutilasi temannya sendiri. Sebuah pembunuhan berencana yang keji. Bagaimana tidak, setelah dimutilasi, organ-organ tubuh temannya dijadikan makanan anjing. Kasusnya terbongkar setelah salah seorang warga mencium bau busuk di rumah Jumanti, yang ternyata berasal dari kepala temannya yang diletakkan begitu saja di bawah tempat tidur.
"Anjir takut banget gua. Bisa pindah nggak sih?" Roni mengerutkan dahinya.
"Sel udah penuh semua, elu nggak akan bisa pindah," timpal Jumanti.
ADVERTISEMENT
"Udah ah gua ngantuk mau tidur," sambungnya.
Sesaat kemudian, keran wastafel menyala sendiri, airnya deras mengalir. Pelan-pelan Roni mendekat, ia matikan keran air dan dari cermin, ia melihat sosok wanita berponi, rambutnya pirang sebahu, tersenyum anggun di belakangnya.
Sontak, ia membalikkan badannya, tapi tidak ada siapa-siapa. Saat ia kembali melihat ke cermin, sosok itu masih ada dan tentunya masih tersenyum, ia mengenakan piama putih sama persis dengan sosok wanita yang melintas di depan selnya barusan. Berkali-kali, Roni memalingkan badannya, tapi sosok itu tetap tidak ada dan hanya bisa dilihat di cermin saja. Darah kembali menetes dari tembok atas selnya.
Buru-buru Roni membenamkan diri di atas ranjang, ia selimutkan kain tipisnya. Keringatnya bercucuran dari dahi, tangannya bergetar, kakinya ditekuk. Roni sadar kalau ia tidak tinggal sendiri dalam sel ini. Ada mahluk gaib yang senantiasa akan mengganggunya. Selnya benar-benar angker.
ADVERTISEMENT
Nantikan cerita Tersesat di Nusakambangan selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten