part 9 square(3).jpg

Tragedi Pabrik Berhantu: Riwayat Pabrik (Part 9)

17 April 2020 14:04 WIB
comment
20
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tragedi pabrik berhantu. Foto: Massayu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tragedi pabrik berhantu. Foto: Massayu/kumparan
ADVERTISEMENT
Entah apa yang terjadi selanjutnya, kulihat tubuhku terbaring tidak berdaya. Tempurung kepalaku pecah, darah kental berwarna merah kehitaman membasahi wajah. Aku menangis melihat tubuhku sendiri yang mati mengenaskan. Mona dengan sadis menyayat dadaku dan mengeluarkan organ jantung.
ADVERTISEMENT
“Sudah, Non?” aku terkejut melihat Pak Sutyo muncul dari pintu gedung, ia menyorotkan sebuah senter ke arahku.
“Sudah kubunuh, Pak. Jaga saja di depan, aku mau ritual dulu sebentar,” pinta Mona.
Mereka ternyata sekongkol untuk membunuhku. Aku tidak menyangka Pak Sutyo seorang satpam pabrik yang selama ini sangat ramah ternyata berhati iblis.
“Oke Non, beres! Di depan aman kok!”
“Ya sudah sana!” Mona membentak.
“Ba... baik, Non,” Pak Sutyo beranjak pergi.
Aku masih menangis sambil berteriak di hadapan Mona, tapi dia sama sekali tidak mendengarku. Mona merogoh sesuatu dari dalam tasnya, itu butiran kemenyan lalu ia membakarnya. Setelah selesai, Mona memasukkan jasadku ke dalam sebuah kantong plastik besar berwarna hitam yang biasa digunakan untuk membungkus kardus lampu. Ujung plastiknya ia ikat dengan tali rafia, lantai yang penuh dengan bercak darah ia bersihkan. Setelah selesai, ia menyemprotkan permukaan lantai dengan parfum agar tidak tercium bau amis.
ADVERTISEMENT
Jasadku mau dibawa ke mana? Mona!” aku berteriak, Mona menyeret plastik itu sekuat tenaga.
“Mona!” bergegas aku mengikutinya.
Ia menunggu seseorang di pintu gedung. Mona menoleh ke arah kanan, sebuah mobil box masuk ke halaman pabrik dan berhenti di depan Mona. Lelaki berbadan gendut keluar dari mobil, ia membukakan box mobil lalu memasukkan jasadku.
“Tolong kembalikan jasadku!” aku berusaha menyentuh mobil itu, tapi tidak bisa. Tubuhku menembus benda apa pun yang kupegang.
Mona masuk ke dalam mobil, ia duduk di samping kemudi. Aku berusaha mengejar mobil tersebut, tapi seperti ada yang menyedot paksa tubuhku hingga terpental masuk kembali ke dalam gedung yang gelap gulita. Lampu di dalam gedung sudah padam semua, aku tidak dapat melihat apa pun.
ADVERTISEMENT
Tidak lama kemudian, lampu di gedung itu menyala lagi dengan sendirinya. Aku bingung melihat ke sekeliling, ini bukan pabrik tempatku bekerja melainkan sebuah pabrik petasan. Aku mencium bau mesiu di mana-mana. Para pekerja di pabrik ini terlihat masih di bawah umur semua. Mereka masih sangat muda, mungkin umurnya kisaran 13 sampai 15 tahun. Tidak ada baju atau sarung tangan khusus yang melindungi mereka, bahkan sebagian ada tidak mengenakan masker sama sekali. Aku berjalan sambil memperhatikan sekeliling pabrik. Tampaknya mereka tidak menyadari sedikit pun keberadaanku.
Lengan mereka sangat gesit meracik mesiu dan memasukkannya ke dalam lintingan kertas koran bekas yang sudah dibentuk sedemikian rupa. Butir-butir petasan mereka hasilkan dengan cepat, keranjang yang diletakkan di bawah meja penuh dengan petasan. Ada yang bertugas mengambil keranjang itu kemudian mengemasnya ke dalam plastik. Di sudut kanan ruangan yang dekat dengan pintu, berjejer para pekerja yang tugasnya menempelkan label pada kardus petasan.
ADVERTISEMENT
“Semuanya keluar!” suara anak perempuan berteriak dari luar pabrik.
“Ada apa?” mereka saling tatap ketakutan.
Sebelum sempat kabur, suara ledakan terdengar dari sudut gedung. Api menyembur, membakar serbuk mesiu. Mereka terjebak di dalam gedung itu karena pintu utamanya terkunci. Terdengar jerit kesakitan saat api membakar tubuh mereka hidup-hidup. Tidak ada yang bisa diperbuat, satu persatu mereka mati terbakar. Gedung yang hanya beratap seng tua ambruk menimpa para pekerja yang sedang sekarat kesakitan. Aku menangis ngeri melihat kejadian itu, tanpa kusadari lampu kemudian mati kembali. Semuanya sempurna gelap.
Nantikan cerita Tragedi Pabrik Berhantu selanjutnya. Agar tidak ketinggalan, klik subscribe di bawah ini:
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten