Legenda Sendang Sani: Jadi Bulus Akibat Kebablasan Mandi

M Daffa Apriza
Penulis lepas di bidang sosial-humaniora. Berusaha mengenal dan memahami Indonesia melalui budayanya.
Konten dari Pengguna
21 Mei 2024 7:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Daffa Apriza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ki Dudo—murid Sunan Bonang—yang konon menjadi bulus. Sumber Foto: Pexels/musafir ozx
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ki Dudo—murid Sunan Bonang—yang konon menjadi bulus. Sumber Foto: Pexels/musafir ozx
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Legenda Sendang Sani adalah sebuah gethok tular atau dalam Bahasa Indonesia disebut tradisi lisan. Artinya, kisah ini diceritakan turun temurun dari satu generasi ke generasi lain.
ADVERTISEMENT
Menurut Bapak Sukar, Juru Kunci Sendang Sani, beliau pertama kali mendengar kisah ini—kira-kira di tahun 1964—melalui ibu beliau. Sebelumnya, sang ibu mendengar kisah ini dari nenek beliau.
Awal terpilih menjadi juru kunci, Pak Sukar awalnya justru tidak berminat. Namun, beliau akhirnya menerima perannya setelah mendapat desakan dari masyarakat sekitar. Dengan suasana hati yang gundah, Pak Sukar meminta petunjuk gaib terkait kelayakannya menjadi seorang juru kunci.
“Apakah saya jika menjadi juru kunci di sini atau merawat bulus... Mbah Dudo mau saya rawat?” batin Pak Sukar waktu itu. Pak Sukar kemudian mendapatkan firasat bahwa Mbah Dudo—dalam wujud bulus—datang dan menganggukkan kepalanya di depan beliau.
Setelah itu, Pak Sukar memantapkan diri untuk menyambung tradisi menjadi Juru Kunci Sendang Sani. Konon, sosok bulus yang mendatangi Pak Sukar dulunya adalah abdi dari Sunan Bonang. Namun, sebuah tragedi menimpanya di tengah perjalanan menemani sang guru berkelana ke Gunung Muria.
ADVERTISEMENT

Petaka saat Akan Mengunjungi Sunan Muria

Pada zaman Wali Songo, Sunan Bonang akan mengunjungi Sunan Muria di Gunung Muria dengan ditemani oleh dua orang abdinya—Ki Dudo dan Ki Kosim. Setelah shalat Shubuh, mereka berangkat dari Jawa Timur ke Gunung Muria di Jawa Tengah. Tepat saat tengah hari, Sunan Bonang bersama dua abdinya tiba di daerah Pati.
Karena sudah masuk waktu Dzuhur, Sunan Bonang meminta agar mereka berhenti sejenak untuk melaksanakan Shalat Dzuhur. Namun, mereka tidak menemukan air untuk berwudu. Alhasil, Sunan Bonang meminta dua abdinya untuk mencari air wudhu.
“Abdinya disuruh mencari air itu, mencari ke sana kemari. Ternyata, tidak menemukan air sedikitpun waktu itu,” terang Pak Sukar.
Ki Dudo menyampaikan kepada Sunan Bonang bahwa dia tidak berhasil menemukan air. Mendengar penuturan Ki Dudo, Sunan Bonang menyuruh Ki Dudo untuk menancapkan tongkatnya di lokasi mereka sedang beristirahat.
ADVERTISEMENT
“Setelah itu dicabut oleh salah satu abdinya, ternyata bisa keluar airnya,” papar Pak Sukar. Karena air yang memancar sangat banyak, akhirnya tempat keluar air tadi berubah menjadi sendang.
Namun, Ki Dudo tidak langsung memberitahu Sunan Bonang kalau mereka sudah mendapatkan air. Air yang seharusnya dipakai untuk berwudu dia minum terlebih dahulu. Tidak berhenti di situ, Ki Dudo malah berenang-renang di sendang tersebut.
Karena sudah menjelang asar, Sunan Bonang khawatir dengan Ki Dudo yang tidak kunjung memberi kabar. Setelah mencari ke sana kemari, alangkah tekejutnya beliau mendapati Ki Dudo malah sedang mandi di sebuah sendang.
Sunan Bonang meminta Ki Dudo untuk menyudahi mandinya di sendang itu. Sayangnya, Ki Dudo tidak menghiraukan seruan dari Sunan Bonang. Lantas, sebuah komentar tidak sengaja dari Sunan Bonang merubah nasib dan perawakan Ki Dudo selamanya.
ADVERTISEMENT
“Loh, itu kan bukan tempatmu. Kalo kamu begitu, itu seperti bulus,” jelas Pak Sukar sembari menirukan ucapan Sunan Bonang. Lantas, sosok Ki Dudo berubah menjadi bulus yang sampai sekarang menghuni Sendang Sani.

Lantas Bagaimana dengan Nasib Ki Dudo?

Setelah Ki Dudo menjadi bulus, Sunan Bonang mengajak Ki Kosim untuk melanjutkan perjalanan mereka ke Gunung Muria. Namun, Ki Kosim menolak permintaan Sunan Bonang karena iba melihat keadaan saudaranya yang menjadi bulus.
Sunan Bonang memaklumi perasaan Ki Kosim dan permintannya. Sebelum Sunan Bonang melanjutkan perjalanannya, Ki Kosim bertanya kepada Sunan Bonang bagaimana saudaranya ini akan makan.
Sunan Bonang berpesan bahwa setiap hari Kamis dan Senin, pasti akan ada orang yang berkunjung dan menyisihkan nafkah mereka untuk Ki Dudo.
ADVERTISEMENT
Beliau juga menambahkan bahwa kelak sendang tempat Ki Dudo tinggal juga akan menjadi desa. Nama kedua tempat itu adalah Sani yang berasal dari kata Bahasa Jawa disisani.
Sampai saat ini, Sendang Sani ramai dikunjungi setiap hari Senin dan Kamis. Pengunjung senantiasa datang untuk memberikan makanan kepada Ki Dudo yang mendiami sendang tersebut. “Kalau waktu dulu makannya telur, sekarang roti,” jelas Pak Sukar.
Tidak hanya itu, pengunjung biasanya tertarik dengan khasiat air dari Sendang Sani. Konon, air dari sendang ini memiliki berbagai keajaiban. Beberapa di antaranya adalah menyembuhkan penyakit, membuat penampilan awet muda, dan melancarkan rezeki.