Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
ADVERTISEMENT
Pemalang (11/8) Minyak jelantah telah menjadi kebutuhan pokok rumah tangga. Rasanya seperti siomay tanpa sambal jika memasak tanpa minyak goreng. Walau banyak dihindari, nyatanya minyak goreng tetap saja salah satu komponen yang baik untuk kesehatan karena mengandung sumber energi sebanyak 9 kal/gr dan membantu meningkatkan densitas kalori pada makanan.
Minyak sawit merupakan jenis yang paling banyak dikonsumsi. berdasarkan penelitian yang dilakukakan oleh Elizabeth, 2002 menyebutkan bahwa “Minyak sawit juga mengandung betakaroten dan tokoferol sehingga dilihat dari segi gizi mempunyai keunggulan.” Meskipun demikian, maksimal penggunaan minyak goreng adalah 2-3 kali, setelah itu minyak dinyatakan sebagai jelantah.
Strukturnya yang sudah rusak dengan penampakan warna yang menghitam serta viskositasnya yang naik disebabkan karena pada saat pemanasan pada suhu tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghasilkan senyawa-senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang merugikan kesehatan manusia.
Yang paling terkenal adalah terbentuknya asam lemak bebas (FFA) berantai pendek, timbulnya busa, penurunan ketidakjenuhan yang dapat meningkatkan berat molekul.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro di Desa Banglarangan berinisiatif mengadakan program penjernihan minyak jelantah yang dapat memperbaiki struktur minyak yang sudah rusak tersebut. Mahasiswa yang diketahui mengambil jurusan Kimia tersebut memanfaatkan kulit pisang kepok sebagai adsorben.
“Penjernihan minyak jelantah menggunakan prinsip adsorpsi menggunakan kulit pisang. Pisang apapun bisa dipakai, hanya saja jurnal-jurnal penelitian paling banyak menggunakan pisang kepok karena memberikan hasil lebih baik,” kata Meliana.
Pisang kepok yang mengandung selulosa dipercaya mampu berinteraksi yang mampu melakukan pengikatan. Proses berlangsung secara adsorpsi.
“Di dalam pisang kepok antioksidan yang akan mengikat radikal bebas dari asam lemak bebas (FFA), selain itu kandungan selulosa dipercaya mampu berinteraksi secara fisik atau kimia yang mampu melakukan pengikatan. Permukaan adsorben akan menyerap warna, serta hasil degradasi minyak seperti peroksida. Daya adsorpsi ini disebabkan karena kulit pisang kepok memiliki pori-pori dalam jumlah besar,” tutur Meliana.
Namun satu hal yang perlu diperhatikan walaupun kondisinya diperbaiki, minyak jelantah tetaplah minyak yang sudah rusak, sehingga penggunaannya tidak boleh berulang-ulang.
ADVERTISEMENT
”Satu hal yang ingin saya sampaikan kepada masyarakat adalah walaupun sudah dijernihkan, sudah diperbaiki kondisinya dengan proses adsorpsi, minyak jelantah tetaplah minyak yang strukturnya sudah rusak. Jadi tidak boleh digunakan berulang-ulang karena akan berbahaya bagi kesehatan,” kata Meliana.
”Sudah sosialisaikan program ini secara langsung pada acara arisan ibu-ibu RW 2 Desa Banglarangan Jumat, 17 Juli lalu. Respon ibu-ibu sangat baik. Mereka sangat antusias mempraktekkan secara langsung di rumah dan saya terus menerus mengingatkan kepada mereka untuk tetap mengingat penggunaan minyak yang tidak boleh terlalu sering. Sosialisasi secara online juga saya lakukan menggunakan media instagram, facebook, dan juga whatsapp,” lanjut Meliana.