KKN Undip, Penjernihan Minyak Jelantah dengan Kulit Pisang

Mahasiswa Kimia Undip, sedang belajar menulis
Konten dari Pengguna
12 Agustus 2020 5:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari melianapuspasaridewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penjernihan minyak jelantah
Pemalang (11/8) Minyak jelantah telah menjadi kebutuhan pokok rumah tangga. Rasanya seperti siomay tanpa sambal jika memasak tanpa minyak goreng. Walau banyak dihindari, nyatanya minyak goreng tetap saja salah satu komponen yang baik untuk kesehatan karena mengandung sumber energi sebanyak 9 kal/gr dan membantu meningkatkan densitas kalori pada makanan.
Minyak goreng
Minyak sawit merupakan jenis yang paling banyak dikonsumsi. berdasarkan penelitian yang dilakukakan oleh Elizabeth, 2002 menyebutkan bahwa “Minyak sawit juga mengandung betakaroten dan tokoferol sehingga dilihat dari segi gizi mempunyai keunggulan.” Meskipun demikian, maksimal penggunaan minyak goreng adalah 2-3 kali, setelah itu minyak dinyatakan sebagai jelantah.
Minyak sawit mengandung Betakaroten dan Tokoferol
Strukturnya yang sudah rusak dengan penampakan warna yang menghitam serta viskositasnya yang naik disebabkan karena pada saat pemanasan pada suhu tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghasilkan senyawa-senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer yang merugikan kesehatan manusia.
Minyak jelantah
Yang paling terkenal adalah terbentuknya asam lemak bebas (FFA) berantai pendek, timbulnya busa, penurunan ketidakjenuhan yang dapat meningkatkan berat molekul.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro di Desa Banglarangan berinisiatif mengadakan program penjernihan minyak jelantah yang dapat memperbaiki struktur minyak yang sudah rusak tersebut. Mahasiswa yang diketahui mengambil jurusan Kimia tersebut memanfaatkan kulit pisang kepok sebagai adsorben.
Sosialisasi penjernihan minyak jelantah kepada ibu-ibu
“Penjernihan minyak jelantah menggunakan prinsip adsorpsi menggunakan kulit pisang. Pisang apapun bisa dipakai, hanya saja jurnal-jurnal penelitian paling banyak menggunakan pisang kepok karena memberikan hasil lebih baik,” kata Meliana.
Diskusi dilakukan setelah sosialisasi
Pisang kepok yang mengandung selulosa dipercaya mampu berinteraksi yang mampu melakukan pengikatan. Proses berlangsung secara adsorpsi.
“Di dalam pisang kepok antioksidan yang akan mengikat radikal bebas dari asam lemak bebas (FFA), selain itu kandungan selulosa dipercaya mampu berinteraksi secara fisik atau kimia yang mampu melakukan pengikatan. Permukaan adsorben akan menyerap warna, serta hasil degradasi minyak seperti peroksida. Daya adsorpsi ini disebabkan karena kulit pisang kepok memiliki pori-pori dalam jumlah besar,” tutur Meliana.
Pisang kepok
Namun satu hal yang perlu diperhatikan walaupun kondisinya diperbaiki, minyak jelantah tetaplah minyak yang sudah rusak, sehingga penggunaannya tidak boleh berulang-ulang.
ADVERTISEMENT
”Satu hal yang ingin saya sampaikan kepada masyarakat adalah walaupun sudah dijernihkan, sudah diperbaiki kondisinya dengan proses adsorpsi, minyak jelantah tetaplah minyak yang strukturnya sudah rusak. Jadi tidak boleh digunakan berulang-ulang karena akan berbahaya bagi kesehatan,” kata Meliana.
Sosialisasi secara langsung kepada ibu-ibu
”Sudah sosialisaikan program ini secara langsung pada acara arisan ibu-ibu RW 2 Desa Banglarangan Jumat, 17 Juli lalu. Respon ibu-ibu sangat baik. Mereka sangat antusias mempraktekkan secara langsung di rumah dan saya terus menerus mengingatkan kepada mereka untuk tetap mengingat penggunaan minyak yang tidak boleh terlalu sering. Sosialisasi secara online juga saya lakukan menggunakan media instagram, facebook, dan juga whatsapp,” lanjut Meliana.